"Mas nanti saya kenalkan sama bajingan", begitulah kira-kira asal muasal perkenalan saya dengan bajingan yang populer sekali dari Temanggung.
Awalnya saya kaget dan bertanya-tanya dalam hati, "dikenalin sama bajingan? kasar sekali ini orang-orang". Maklum dalam pandangan masyarakat umum kata bajingan cenderung dimaknai sebagai ungkapan kasar yang nggak sopan bahkan dianggap sebagai umpatan.
Namun anehnya bajingan di Temanggung justru menjadi sesuatu yang dinanti-nantikan dan menjadi ciri khas dari kota tembakau ini. Lah kok bisa?
Kesalahpahaman saya ini akhirnya selesai setelah Pak Untung petani saya di Kledung yang sore itu saya bertamu ke rumahnya menyuguhkan makanan yang saya amati terbuat dari singkong dengan balutan gula merah yang menggoda selera.
Singkong Manis Itu Ternyata Namanya Bajingan
Penamaan yang ekstrim membuat saya sempat salah paham, bajingan dalam bayangan saya adalah sesuatu yang negatif rupanya sangat jauh berbeda dari yang sebenarnya dihidangkan.
"Owalah Pak, bajingan itu makanan toh", sambil ketawa saya meminta maaf karena sudah berprasangka buruk terlebih dahulu sebelum tau yang sesungguhnya.
Pak Untung menjelaskan kalau bajingan itu adalah makanan khas Temanggung yang terbuat dari singkong pohon direbus hingga lunak kemudian dibalut dengan gula merah yang manis, legit, dan kental.
Cocok banget dihidangkan saat masih panas dan disandingkan dengan kopi arabica sindoro yang pahit dan asamnya nendang. Apalagi Kota Temanggung yang dingin memang pantas kalau sambil ngobrol sambil menikmati hidangan yang hangat-hangat.
Soal rasa pastinya bikin nagih, perpaduan antara singkong yang pulen dengan balutan gula merah yang manis benar-benar memanjakan lidah, nggak seekstrim penamaannya. Saking populernya bajingan sudah dikenal luas sebagai kuliner khas Temanggung yang banyak dicari oleh wisatawan.
Disayangkan saya nggak sempat foto-foto bajingan, saking keenakan menyantapnya.