Mohon tunggu...
Dodi
Dodi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Anak Bungsu

cerpenis pemula

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Undangan Terakhir

15 November 2020   17:03 Diperbarui: 15 November 2020   17:08 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku mulai gugup, tingkah mulai menyalahi kemauan, bibir terasa ragu ingin menampilkan senyum atau bahkan  harus menyembunyikan gelisah di balik bedak yang mempercantik wajah ini.

Perasaanku yang aneh sekarang mengalahkan rasa gugup ketika dilamar oleh lelaki yang sekarang bersanding bersamaku di pelaminan. Lebih gugup dibandingkan saat mendengar kata sah dari para saksi ketika ijab kabul kemarin di KUA.

Sekarang, di pelaminan ini bersama lelaki yang sudah resmi menjadi suamiku, aku malah merasakan salah tingkah karena menunggu kedatangan sosok yang lain.

Dia akan menjadi tamu istimewaku malam ini, tamu yang akan menghipnotis semua urat sarafku. Dengan senyumnya, wajahnya yang sederhana belum lagi sapaan itu, sapaan yang bahkan hanya dia yang tahu, hanya dia yang menyapaku dengan sapaan aneh itu.

Dia bukanlah orang ketiga dalam hidupku. Karena akan salah menyebutnya orang ketiga, karena aku ini baru saja menikah, bahkan sekarang sedang resepsi acara sakral seumur hidup itu. Jadi tak mungkin aku mengatakan dia adalah orang ketiga antara aku dan suamiku sekarang.

Sebuah nama yang pendek dimiliki sosok itu. Tak lebih tak kurang hanya empat huruf tak banyak. Nama yang aku tulis seminggu yang lalu di sisa - sisa akhir jatah lembaran undangan. Seseorang yang hampir lupa kuundang di hari yang berbahagia ini.

"Tidak ada lagi sayang, atau kamu punya mantan atau orang yang pernah kamu cintai secara diam -- diam."

alon suamiku saat itu yang sebenarnya tanpa sengaja mengingatkan aku dengan sosok ini karena bingung siapa lagi yang akan diundang setelah keluarga dan teman kami berdua yang seingatku saat itu. 

Dia bukan mantan, tapi kalau kalimat akhir dari calon suamiku saat itu iya, sosok yang di detik - detik akhir kutulis di lembaran undangan itu memang sosok yang pernah aku cintai secara diam - diam. Mencintainya dalam doa, menyayanginya dalam mimpi dan menjadi makmumnya dalam khayal.

"Iya mas, aku lupa seseorang. Tapi jangan liat ya.. malu," jawabku kemudian sambil menulis nama sosok itu di lembaran undangan.

Pelan kutulis namanya, sengaja kututup dengan hijab panjangku agar pasanganku itu tak tahu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun