Mohon tunggu...
Rudy
Rudy Mohon Tunggu... Editor - nalar sehat N mawas diri jadi kata kunci

RidaMu Kutuju

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Jurus Lurus Menjemput Maut

20 Februari 2020   06:09 Diperbarui: 20 Februari 2020   06:24 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Di tengah proses penulisan draft naskah artikel ini datang berita mengejutkan tentang meninggalkan seorang artis masih tergolong muda Asraf Sinclair suami dari penyanyi papan atas Bunga Citra Lestari atau lebih dikenal dengan inisial BCL. 

Karena relevan dengan topik tulisan ini, kiranya perlu diberi sedikit catatan sebagai pengingat bahwa sesungguhnya cukup kematian itu sebagai nasihat tanpa kata (Hadist). Kematian itu bisa datang kapan saja, kepada siapa saja, di mana saja dan dengan cara apa atau bagaimana saja.

Jangan salah sangka, bahwa judul artikel ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan rencana aksi suicide bomber atau bom bunuh diri, paham radikalisme atau ratusan kombatan ISIS asal Indonesia yang akhir-akhir ini sedang menjadi sorotan luas, di samping masalah virus corona yang masih mengancam dunia itu. 

Tetapi yang jelas, pokok persoalan yang hendak dibahas pastinya erat kaitannya dan menyangkut hajat hidup setiap individu, baik sekarang maupun di masa yang akan datang di seluruh muka bumi. 

Melalui tulisan ini kompasianer ingin berbagi pengalaman pribadi ditambah hasil pengamatan sekitar tentang apa dan bagaimana menyongsong hari tua atau yang biasa disebut masa lansia (lanjut usia), utamanya menyangkut  kondisi dan masalah kesehatan fisik, psikis dan emosi. 

Bagi mereka yang berada dalam usia muda lebih khusus para kawula muda perkara kondisi kesehatan di usia senja dan maut atau kematian boleh jadi kurang bahkan tidak menarik dan bukan juga menjadi agenda utama dalam pemikiran dan kegiatan hidupnya, sekalipun dua hal tersebut, yakni masa lansia dan kematian sesungguhnya merupakan suatu keniscayaan. Sikap demikian hampir dialami semua orang.

Seperti diungkapkan dalam sebuah kelakar "anak kecil pun tahu", demikian pula bahwa perkara masa lanjut usia dan kematian itu pasti datang dan dialami oleh setiap insan. Hanya saja, pengetahuan bahwa masa lansia dan atau kematian itu pasti datang, disadari atau tidak disadari, disengaja (melupakan) atau tidak disengaja, berada di bawah ambang sadar setiap insan. 

Ketidaksadaran akan kepastian datangnya masa lansia dan kematian tersebut tidak jauh berbeda dengan ketidaksadaran manusia bahwa setiap hari matahari melintas di atas kepalanya. Jikalau agama (Islam) menyebutkan tentang kepastian akan datangnya masa lansia dan atau kematian, fungsinya lebih kepada mengingatkan sebagaimana disebutkan dalam Alquran.

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. (QS 3:185)

Ketika berkumpul dalam sebuah peguyuban purnawirawan di kantor pusat CPM di Gambir Jakarta Pusat, salah seorang anggota peguyuban di tengah perbincangan berkata dan mengemukakan sebuah "dalil" atau adagium yang cukup mengesankan tentang kesehatan bahwa masa lansia itu mudah (rentan) terserang penyakit dan kalau sudah sakit sulit sembuhnya. 

Ketika itu usia penulis "baru' atau belum lagi "kepala 6". Dalam kesempatan lain ada pula yang berbicara tentang  fenomena yang selama beberapa dekade terakhir, baik di tingkat nasional maupun internasional, orang atau kelompok orang yang tidak takut mati. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun