Mohon tunggu...
Diadjeng Laraswati H
Diadjeng Laraswati H Mohon Tunggu... Human Resources - Pemerhati Sumber Daya Manusia, Penulis dan Blogger

Pemerhati Bidang Sumber Daya Manusia, Penulis dan Blogger, ASN

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Keselarasan, Kunci Pendidikan Nasional di Era Revolusi Industri 4.0

30 April 2019   22:01 Diperbarui: 30 April 2019   23:01 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Revolusi Industri 4.0 sudah mulai ramai dibicarakan jauh sebelum memasuki tahun 2018. Walau tak banyak orang menyadari bahwa revolusi industri telah berada pada versi 4.0 dan bahkan menuju ke 5.0. Revolusi Industri berawal pada periode 1750 -1850, saat terjadinya perubahan besar di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi, dan teknologi serta memiliki dampak mendalam terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di dunia. 

Perubahan  terjadi untuk mengatasi kelangkaan yang ada, seperti terjadi pada Revolusi Industri 3.0, dimana komputer dan perangkat elektronik mulai merambah di segala bidang dan wilayah, membuat segala sesuatu menjadi otomatis atau terotomatisasi. Tenaga manusia pada bidang tertentu, beralih mengerjakan ke bidang atau lapangan kerja yang lain karena pekerjaan lama sudah terotomatisasi dengan adanya sistem yang memudahkan, lebih cepat dan mengurangi human error. 

Lalu bagaimana dengan Revolusi Industri 4.0. Revolusi Industri 4.0 adalah era yang didefinisikan sebagai era  otomatisasi sistem produksi dengan memanfaatkan teknologi dan big data. 

Di banyak bidang, mulai menggunakan teknologi baru seperti IoT (internet of things). Fakta yang terjadi di antaranya pada 2020, perusahaan industri Eropa akan berinvestasi 140 miliar euro setiap tahun dalam solusi internet Industri. Dan dalam lima tahun ke depan, lebih dari 80% perusahaan akan mendigitalkan seluruh bisnis prosesnya.  Revolusi industri 4.0 diprediksi akan meningkatkan produktivitas dan efisiensi sebesar 18% dalam waktu lima tahun. 

Era tersebut juga akan ditandai dengan penggunaan teknologi internet dan digital secara besar-besaran di perusahaan besar. Pada satu sisi, manusia dimudahkan dengan teknologi dengan era serba digital, namun pada sisi lain, manusia tidak lagi terkoneksi sebagai manusia yang sejatinya manusia. Dalam pernyataan singkat yang sederhana, semua sumber daya manusia dituntut bergerak cepat di era 4.0 ini. Lalu bagaimana keterkaitannya dengan Pendidikan Nasional dan apa yang harus dipersiapkan para pengajar yang juga sekaligus para pendidik ini.

Pendidikan Nasional di Era 4.0

Ki Hajar Dewantara, tokoh pendidikan Nasional, mengungkapkan bahwa "Rakyat perlu diberi hak dan kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan berkualitas sesuai kepentingan hidup kebudayaan dan kepentingan hidup kemasyarakatan" (Buku Pusara, 1940). Berkaitan hal tersebut, seyogyanya Sekolah, Guru, Masyarakat dan Pemerintah merancangkan sistem pendidikan yang terbaik sehingga mampu memberikan pemerataan pendidikan yang tanpa sekat dan batas pada seluruh anak Indonesia pada usia sekolah mereka. 

Namun seperti yang Penulis diketahui, terutama dengan era yang telah berada pada era revolusiindistri 4.0 ini, apakah yang mesti disiapkan para Pendidik sebagai ujung tombak yang berkontak langsung dengan siswa di sekolah atau institusi pendidikan. Apa yang mesti disiapkan, baik dari sistem, tenaga pengajar dan maupun Pemerintah sebagai penyelenggara pendidikan itu sendiri.

Dalam kurun waktu 100 tahun ini, setidaknya ada 5 pengelompokan generasi yang Penulis ketahui, yaitu generasi Baby Boomer (untuk generasi yang lahir sebelum tahun 1960), generasi X (untuk yang lahir antara 1961 sampai dengan 1980), generasiY (untuk yang lahir antara 1981 sampai dengan 1999), generasi Z (untuk yang lahir antara 1995 sampai dengan 2010) dan terakhir yang sering disebut sebagai generasi Alpha atau milenial adalah mereka yang lahir pada tahun 2010 sampai dengan sekarang.

Dengan adanya perbedaan kelompok usia ini, tentu terjadi perbedaan atau gap yang bukan dari besarnya angka tahun tapi juga dalam banyak hal, seperti cara pandang dan juga berpikir antara siswa dan guru. Kata "Guru" dalam bahasa Jawa merupakan kependekan dari kata -- Digugu (dapat dipercaya) dan Ditiru. 

Sehingga kata ini dapat berarti bahwa Guru adalah sosok yang patut dipercaya karena keahliannya dan dapat ditiru. Namun, di masa sekarang, sosok guru tak hanya bertanggungjawab untuk masalah keahlian atau pengetahuan saja. Guru juga mengajarkan moral, etika, integritas dan karakter serta nilai-nilai kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun