Mohon tunggu...
DL Junaidi
DL Junaidi Mohon Tunggu... Penulis - Islamic Association of University Students | State University of Malang

Islamic Association of University Students | State University of Malang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

72 Tahun HMI, di Antara Sejarah dan Masa Depan

6 Februari 2019   13:39 Diperbarui: 7 Februari 2019   01:07 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: dokumentasi pribadi

Selasa, 5 Februari 2019 adalah hari dimana Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) merayakan Milad yang ke-72 tahun, pasca didirikan pada 5 Februari 1947 silam oleh Lafran Pane dkk. di salah satu ruang kuliah Sekolah Tinggi Islam (sekarang Universitas Islam Indonesia) Yogyakarta.

Secara historis, latar belakang yang mendorong lahirnya HMI antara lain ikut serta dalam garda terdepan untuk mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia dari penjajahan bangsa asing pasca proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945, yang kemudian diidiomkan sebagai komitmen kebangsaan. Selanjutnya, mengembalikan ajaran Islam sebagai sumber nilai dan sumber inspirasi bagi dunia kemahasiswaan dan Perguruan Tinggi yang saat itu semakin didominasi oleh pemikiran dan ideologi Barat seperti sosialisme-komunisme dan kapitalisme-liberalisme. 

Hal ini tentu logis, mengingat Islam sebagai agama yang dianut oleh mayoritas masyarakat Indonesia justeru semakin luntur pemahaman dan penghayatannya dalam kehidupan praksis sehari-hari, termasuk di lingkungan kemahasiswaan dan Perguruan Tinggi. Selanjutnya oleh HMI hal ini ditegaskan sebagai wawasan keumatan/keislaman.

72 tahun bukanlah waktu yang singkat, yang hampir seusia dengan berdirinya Republik ini, selama itu pula HMI telah memberikan pengabdian dan kontribusi positif dalam setiap lembaran sejarah bangsa Indonesia. Dengan kata lain, hampir tak ada yang terlewatkan selama 72 tahun itu dalam momentum sejarah bangsa Indonesia tanpa kontribusi dan peran aktif dari HMI. Oleh sebab itu, wajar apabila HMI juga seringkali disebut sebagai salah satu anak kandung revolusi. 

Selain peran historis tersebut, HMI juga melahirkan banyak tokoh yang telah berkarya di berbagai sektor kehidupan sosial-kemasyarakatan. Sebut saja M. Jusuf Kalla, Moh. Mahfud MD, Siti Zuhro, Hamdan Zoelva, Akbar Tanjung, Nurcholis Madjid, Agussalim Sitompul, AM. Fatwa, Hamzah Haz, Amien Rais, Zulkifli Hasan, Bambang Soesatyo, Ferry Mursyidan Baldan, Yuddy Chrisnandi, Anies Rasyid Baswedan, Abraham Samad, Seto Mulyadi (Kak Seto), Munir Said Thalib, Muhadjir Effendy, dan tentu masih banyak tokoh lainnya baik di level nasional maupun daerah yang tidak dapat disebut satu-persatu.

Terlepas dari usia HMI yang melebihi 7 dekade dalam kaitannya dengan perjalanan historis bangsa Indonesia, Himpunan ini pun dapat dikatakan sebagai salah satu aset bangsa Indonesia, mengingat dari rahim ideologis (sekaligus kawah candradimuka) HMI telah (dan akan) lahir banyak tokoh cendekiawan, kaum intelektual organik (meminjam istilah Antonio Gramsci), teknokrat dan katalisator di berbagai bidang sosial-masyarakat. 

Dalam menunaikan tanggung jawab morilnya sebagai organisasi kader dan organisasi perjuangan (pasal 8 dan pasal 9 Anggaran Dasar), HMI juga dituntut untuk senantiasa kontributif dan solutif dalam setiap permasalahan keumatan maupun kebangsaan yang ada. Sehingga HMI tidak terkesan pasif dan apatis, terlebih terjebak dalam problematika internal organisasi.

Sebagai salah satu aset bangsa, sudah saatnya juga HMI harus mampu menampilkan dirinya sebagai salah satu kekuatan pemuda dan pembaharu di level dunia, yang mengabdikan idealisme dirinya bagi kemanusiaan yang universal. Hal ini tentu masih selaras dengan semangat dan nilai yang dipegang teguh oleh HMI, yaitu Nilai-nilai Dasar Perjuangan (NDP) yang juga diyakini sebagai matra ideologis Himpunan. Apalagi dalam beberapa waktu belakangan sedang gencar-gencarnya dilakukan pendirian Cabang baru di luar negeri oleh Pengurus Besar (PB) HMI. Di sisi lain, upaya untuk terus melakukan restorasi Himpunan akan khittah perjuangannya jangan sampai terabaikan, agar HMI tidak kehilangan marwah dan juga jati dirinya.

Hal itu terus dilakukan agar HMI tidak kehilangan relevansi gerakannya di tengah peradaban zaman yang sedemikian cepatnya berkembang, juga agar resonansi perjuangannya dapat terasa di manapun dan oleh siapapun, tak lekang oleh panas dan tak lapuk oleh hujan. Selaras juga dengan pernyataan Jenderal Besar Soedirman pada perayaan Milad HMI ke-1 (tahun 1948), bahwa HMI bukan hanya Himpunan Mahasiswa Islam, tetapi juga Harapan Masyarakat Indonesia.

YAUMUL MILAD HMI KE-72 TAHUN.

YAKIN USAHA SAMPAI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun