Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Arca Kunta Bima dan Arca Tidak Sempurna di Candi Borobudur

17 Desember 2016   08:58 Diperbarui: 17 Desember 2016   09:12 1381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para pengunjung berusaha menyentuh arca Kunta Bima (Dokpri)

Candi Borobudur sebagai ikon pariwisata sekaligus warisan masa lampau, sudah terkenal ke mana-mana. Namun masalah tentang candi itu masih tetap dibicarakan orang sampai sekarang. Siapa pendirinya dan tahun berapa pendiriannya, merupakan dua dari sekian banyak masalah, yang belum mampu diselesaikan tuntas karena sumber datanya masih terbatas.

Meskipun begitu, karena merupakan candi termegah, tetap saja ada berbagai objek menarik di candi tersebut. Mungkin sebagian orang akan menikmati ukiran pada relief candi dan sebagian lagi mengagumi arca atau ornamen lainnya. Namun kalau Anda ke sana, jangan lupa melihat dua arca yang penuh mitos.

Yang pertama adalah arca Kunta Bima, sebutan turun-temurun di mulut rakyat. Arca ini dianggap bertuah dan sakral. Karena itu banyak pengunjung sering kali terobsesi ingin meraba-raba atau menyentuh arca tersebut. Arca Kunta Bima terletak di atas, menjelang puncak candi, tepatnya di kuadran timur laut.  Aslinya arca Kunta Bima adalah arca Buddha biasa, sebagaimana arca-arca lainnya yang terdapat di dalam stupa.  

Namun sejak lama wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara kerap termakan isu akan “kehebatan” arca Kunta Bima itu. Begitu pula tamu-tamu negara yang berkunjung ke Candi Borobudur.  Lokasi arca Kunta Bima mudah dicirikan karena lapiknya paling aus. Sementara arcanya mudah dikenali karena badannya dipenuhi bintik-bintik putih akibat sering disentuh tangan-tangan berminyak pengunjung.

Kemungkinan besar, mitos tentang arca Kunta Bima muncul sejak 1950-an. Hal ini diketahui dari tulisan A.J. Bernet Kempers dalam sebuah bukunya, “Banyak sekali pengunjung Borobudur yang tujuan utamanya susah payah mendaki candi itu bukan tempat suci di pusat, bukan ketenangan di atas batur-batur bundar, dan bukan pula pemandangan yang sangat indah. Tujuannya ialah sebuah arca Buddha dalam salah satu stupa yang terawang”.  Ya, itulah arca Kunta Bima.

Dipercaya, barang siapa bisa menyentuh bagian tertentu arca ini, boleh mengucapkan doa untuk memohon rezeki, berkah, jodoh, karir, dsb. Untuk para pria, dia harus bisa menyentuh tumit arca, sementara para wanitanya harus bisa menyentuh jari kaki. Ada pula yang berpendapat setiap pengunjung, baik pria maupun wanita, harus bisa menyentuh lutut arca. Sedangkan menurut Kempers, pengunjung yang ingin memperoleh rezeki harus bisa menyentuh tangan kanan arca. 

Menurut penuturan arkeolog R. Soekmono (alm), mitos arca Kunta Bima sebenarnya hanya akal-akalan petugas candi. Waktu itu di atas pangkuan arca ditaburkan bunga dan uang recehan agar memberi kesan sakral. Tanpa diduga, banyak pengunjung ikut-ikutan melemparkan uang recehan. Alhasil, setiap sore sang petugas itu mampu mengantongi berkah yang lumayan.

Stupa Induk

Selain arca Kunta Bima, arca lain yang menarik perhatian pengunjung adalah sebuah arca Buddha berujud jelek. Arca Buddha ini pernah ditempatkan di bawah pohon kenari selama puluhan tahun. Seusai purnapugar Candi Borobudur, arca tersebut diletakkan di areal taman wisata, tak jauh dari lokasi prasasti peresmiannya.

Banyak penafsiran terhadap arca itu, antara lain apakah berasal dari stupa induk Candi Borobudur. Stupa induk adalah stupa terbesar yang terletak di puncak candi. Sebagaimana  candinya, arca ini pun banyak mengundang silang pendapat.

Di stupa induk ini muncul polemik ada atau tidak adanya arca yang berujud jelek (Dok. Direktorat Purbakala)
Di stupa induk ini muncul polemik ada atau tidak adanya arca yang berujud jelek (Dok. Direktorat Purbakala)
Menurut catatan Belanda, arca itu ditemukan di dalam stupa induk ketika Th. Van Erp melaksanakan pemugaran pada 1907-1911. Namun selesai pemugaran, arca itu tidak dikembalikan ke tempatnya semula, melainkan ditaruh saja di luar candi. Tindakan tersebut konon didasarkan “atas perintah atasan” yang sangat meragukan keaslian tempatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun