Ada empat koin yang menjadi perhatian masyarakat sejak lama. Keempat koin itu adalah koin Rp 25 (1971), koin Rp 50 (1971), dan koin Rp 100 (1973 dan 1978). "Siapa punya koin-koin ini saya beli dengan harga tinggi," kata seseorang yang memposting di media sosial Facebook. Postingan itu segera mendapat banyak 'suka', bahkan dibagikan dan dikomentari. Ada yang percaya, ada pula yang tidak percaya. Yang percaya umumnya masyarakat awam. Sedangkan yang tidak percaya kolektor dan pedagang uang kuno.
"Saya punya satu jualnya ke mana," kata yang satu. "Nih saya punya beberapa, lokasi Sumatera Utara," kata yang lain. Ramai komentar bernada pro dan kontra dalam postingan itu namun si pemosting tidak sekalipun memberi respon. Begitulah kalau hanya mengejar monetisasi sehingga membodohi masyarakat. Masih beruntung ada yang cerdas.
Bodohnya si pemosting, koleksi yang ditampilkan dalam kondisi kotor. Padahal koleksi-koleksi seperti itu masih banyak dalam kondisi bagus, lustre atau luster begitu istilah dalam numismatik.
Berharga jutaan?
Dalam gembar-gembor si pemosting, koin-koin itu berharga jutaan rupiah sekeping. Jual koin auto kaya, bisa beli motor, dsb, demikian celoteh si pemosting.
Sebagai numismatis saya cuma bisa bergumam, "Kasihan masyarakat dibodohi". Â Bayangkan, banyak pengguna media sosial ikut-ikutan memposting berbagai koleksi 'uang kuno'. "Kalau seperti ini laku apa tidak?" tanya seseorang. "Saya punya banyak siap otw," kata yang lain.
Bukan cuma di media sosial, di marketplace pun banyak postingan ngaco. Dijual 15 juta atau 10 juta, bisa ditemui di beberapa marketplace. Dijual atau ditawarkan tentu bukan berarti laku terjual. Tidak ada yang beli koin-koin itu. Ironisnya, banyak yang ikut-ikutan ingin menjual 'uang kuno' dengan harga tinggi.
Sesungguhnya keempat koin masih banyak beredar di pasaran. Meskipun sudah berusia sekitar 50 tahun, harga per keping masih cukup terjangkau. Saya amati di marketplace, harga wajar ribuan rupiah sekeping. Itu pun untuk kondisi luster atau bagus. Inilah harga pedagang atau harga dari orang waras.
Perlu dipahami, harga antar pedagang cukup bervariatif. Paling-paling berselisih kecil. Maklumlah karena harga beli si pedagang berbeda-beda. Harga akan lebih murah apabila kita beli secara borongan, misalnya 100 keping atau masih dalam bentuk roll.