Bahkan ada yang menambahkan tipe Banten.
Menurut Hasan, sebagaimana buku katalog Pameran Arsitektur Makam Islam (Dinas Museum dan Sejarah, 1991), salah satu varian dari nisan-nisan tipe Bugis-Makassar adalah hadirnya arca-arca anthropomorphic yang berfungsi sebagai nisan. Kehadiran unsur anthropomorphic tersebut memperlihatkan gambaran transformasi Islam di beberapa kawasan Sulawesi Selatan. Juga merupakan salah satu variasi bagaimana ajaran Islam disosialisasikan di Nusantara.
Sungguh menarik, sejumlah nisan diperindah dengan tulisan kaligrafi. Misalnya terdapat pada nisan sejumlah sultan di Aceh.
Beberapa ragam hias nisan diadopsi dari kebudayaan Hindu. Banyak hiasan seperti itu bisa ditemukan pada dinding-dinding candi. Bukti toleransi sangat kuat.
Kerajaan Aceh
Makam kuno peninggalan Kerajaan Aceh Darussalam, sebagaimana laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, dapat dikenali dari ciri khas yang dimilikinya.Â
Ciri yang dimaksud penggunaan material khusus untuk nisan (kaki dan kepala) serta badan makam (jirat); bentuk atau tipologi nisan kuno dan badan makam; keletakan makam yang istimewa dalam lansekap lingkungan sekitarnya; dan lokasi makam kuno umumnya berkarakter pemakaman keluarga, ditandai adanya tokoh utama yang memiliki nisan yang lebih baik dari segi ukiran, ukuran, dan posisi makamnya.
Secara historis, nisan kuno yang pertama kali digunakan Kerajaan Aceh Darussalam adalah nisan Sultan Ali Mughayat Syah, tertera angka wafatnya 1530.Â
Rentang masa penggunaan tipe nisan ini berlanjut hingga era Sultan Iskandar Muda yang meninggal pada 1636.
Selain sebagai sumber sejarah, terutama yang mengandung pertanggalan, nisan kuno bisa menjadi kajian sejarah seni. Tentu saja dengan memperbandingkan nisan dari sultan-sultan sezaman di Nusantara.***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI