Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kegiatan Daring Museum Bermanfaat untuk Masyarakat yang Tinggal Jauh

9 Agustus 2020   18:13 Diperbarui: 9 Agustus 2020   18:29 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kegiatan daring Museum Kebangkitan Nasional (Foto: FB Museum Kebangkitan Nasional)

Untung saja teknologi informasi sudah berkembang di seluruh dunia. Kalau tidak, entah bagaimana jadinya komunikasi di masa pandemi ini. Mungkin kita hanya bisa mengirim berita tanpa melihat wajah.

Di Indonesia pandemi telah memutus rantai pergerakan dan jarak manusia sejak Maret 2020. Di mana-mana diberlakukan protokol kesehatan. Bahkan ada istilah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Akibatnya banyak pabrik, perusahaan, kantor, toko, sekolah, dan sebagainya harus tutup sementara. Para karyawan dan pelajar/mahasiswa harus bekerja dan belajar dari rumah.

Dampak secara ekonomi tentu sangat terasa. Banyak pabrik dan perusahaan terpaksa merumahkan karyawan, bahkan sampai terjadi pemutusan hubungan kerja. Uang THR yang dijanjikan harus dicicil karena perusahaan kesulitan keuangan. Pengangguran muncul di mana-mana, termasuk di pedesaan.

Dampak terkecil mungkin hanya dirasakan para Aparatur Sipil Negara (ASN). Meskipun bekerja dari rumah, mereka tetap mendapat gaji. Bahkan THR untuk golongan tertentu. Maklum, yang namanya belanja pegawai sudah termasuk dalam APBN/APBD.

Pameran daring di Museum Sumpah Pemuda (Foto: FB Museum Sumpah Pemuda)
Pameran daring di Museum Sumpah Pemuda (Foto: FB Museum Sumpah Pemuda)
Kegiatan daring

Salah satu upaya mencegah penularan virus adalah menutup tempat-tempat yang sering dikunjungi publik, termasuk tempat-tempat bersejarah dan budaya. Misalnya saja taman budaya, museum,  dan obyek arkeologi seperti candi.

Penutupan museum dan obyek arkeologi telah membuka mata para pengelola untuk mencari jalan lain agar masyarakat bisa menikmati informasi dan/atau hiburan. Di pihak lain pekerja seni/budaya mendapatkan imbalan jasa atau honorarium dari kegiatan secara daring.  

Mulai April lalu banyak museum dan instansi arkeologi mengadakan berbagai kegiatan daring seperti pameran virtual, tur virtual, belajar bersama, diskusi, ngobrol santai, atau apa pun namanya. 

Sebagian besar kegiatan menggunakan aplikasi Zoom. Bahkan disiarkan secara langsung lewat media sosial macam Facebook dan Instagram, serta kanal Youtube. Meskipun bersifat daring, interaksi atau tanya jawab tetap bisa dilakukan.

Kegiatan daring seperti diskusi atau ngobrol santai lewat Zoom dilakukan secara terbatas dengan membuka pendaftaran lewat media sosial. Peserta dari mana pun dibolehkan mendaftar. 

Bila sudah memenuhi kuota, pendaftaran akan ditutup. Menjelang acara dimulai, para peserta diberikan nomor ID dan password. Lewat ID dan password itulah, para peserta bisa 'join meeting'.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun