Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Wabah di Nusantara Dikenal pada Naskah Calonarang (1540)

15 Juni 2020   12:15 Diperbarui: 15 Juni 2020   12:21 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: naskah pada rontal (Foto: travel.kompas.com)

Saat ini kita mengenal wabah yang disebut Covid-19 atau Korona. Wabah ini berjangkit hampir ke seluruh dunia. Ratusan ribu orang telah terpapar. Sekian persennya bahkan sampai meninggal. 

Pandemi ini sudah berlangsung selama beberapa bulan dan belum ada tanda-tanda berakhir. Abad lalu juga terjadi wabah, dikenal sebagai Flu Spanyol. Banyak orang juga telah menemui ajal.

Ternyata adanya wabah telah lama dikenal di Nusantara. Di Bali dikenal dua naskah, yakni Calonarang dan Gaguritan Jayaprana. Ada beberapa macam naskah Calonarang. Yang tertua ditulis pada 1540 dan yang termuda ditulis pada 1990-an. Naskah Calonarang ditulis dalam beberapa genre sastra, yakni prosa dan puisi.  

Begitulah uraian awal dari Prof. I Wayan Ardika, arkeolog dari Universitas Udayana. Beliau menyampaikan paparan berjudul "Pengalaman pandemi masa lampau sebagai pengantar 'tatatan normal baru'". Paparan itu disampaikan secara daring pada acara menyambut HUT ke-107 Purbakala pada 14 Juni 2020.

Pak Ardika (Dokpri)
Pak Ardika (Dokpri)
Sihir

Menurut Pak Ardika, dikisahkan ada seorang pendeta Buddha bernama Mpu Baradah di lemah tulis. Ia memiliki seorang putri bernama Wedawati. Sejak ibunya meninggal, Wedawati selalu ke kuburan ibunya. Akhirnya Mpu Baradah menyuruh memindahkan asramanya ke kuburan.

Dikisahkan pula ada tokoh Calon Arang dari Desa Girah yang suka meneluh atau sihir dengan menyebarkan penyakit. Ia mempunyai putri bernama Ratna Manggali. Akibat ganasnya sihir itu, banyak rakyat yang melamar Ratna, meninggal dunia.

Kemudian Raja Erlangga mengadakan rapat di Kerajaan Daha untuk memberantas sumber penyakit. Beliau menugaskan Mpu Baradah untuk membunuh Calon Arang. Akhirnya Mpu Baradah berhasil dan wabah penyakit tidak menyebar lagi.

Satgas pencegahan covid di Bali (Dokpri)
Satgas pencegahan covid di Bali (Dokpri)
Lontar

Kisah lain terdapat pada naskah Jayaprana. Diperkirakan rontal atau lontar itu ditulis pada 1732. Dikisahkan sebuah keluarga memiliki tiga orang anak. Karena ada wabah (gerubug), ayah, ibu, dan kedua anaknya meninggal. 

Yang tersisa hanya si bungsu, I Nyoman Jayaprana. Jayaprana yang tinggal sebatang kara kemudian diambil oleh Raja Kalianget untuk tinggal di puri. Setelah dewasa, Jayaprana menikah dengan Layonsari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun