Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Banyak Berita Hoaks tentang Uang Kuno, Terutama Uang Kertas Rp 100

10 Mei 2020   13:55 Diperbarui: 10 Mei 2020   13:56 605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Harga tidak wajar (atas) dan harga numismatis (bawah)/Foto: diambil dari tokopedia dan grup jual beli uang kuno

Entah bagaimana awalnya, uang kertas Rp 100 berwarna merah menjadi terkenal. Uang kertas itu pertama kali dicetak pada 1992 dengan gambar utama perahu phinisi. Dari variasi tahun, uang itu dicetak pada 1992 hingga 1999. Pada 2016 uang itu ditarik dari peredaran.

Oleh masyarakat awam, uang yang tidak berlaku lagi itu disebut 'uang kuno'. Mulai 2017 'uang kuno' tersebut dijual di toko online. Ada yang memasang harga Rp 2.000 sampai Rp 3.000 selembar. 

Bahkan ada yang menjual gepokan isi 100 lembar dengan harga Rp 150.000 sampai Rp 200.000. Harga itu tergolong wajar. Ada juga yang memasang harga Rp 50.000 sampai Rp 900.000. Wow, tentunya.

Harga tidak wajar (atas) dan harga numismatis (bawah)/Foto: diambil dari tokopedia dan grup jual beli uang kuno
Harga tidak wajar (atas) dan harga numismatis (bawah)/Foto: diambil dari tokopedia dan grup jual beli uang kuno
Grade

Sampai sekarang kepopuleran uang kertas Rp 100 masih terjadi di masyarakat. Lihat saja berbagai tulisan di media cetak dan media online, yang menganggap 'uang kuno' berharga mahal bahkan fantastis.  

Selain di toko online, situs berbagi video juga banyak memuat tayangan tentang 'uang kuno', yang tentu saja 'mengacaukan' dunia numismatik. 

Tayangan yang mereka buat mampu menyedot puluhan ribu hingga ratusan ribu pengakses. Ironisnya, tayangan yang dibuat sejumlah numismatis hanya mampu menyedot ribuan hingga belasan ribu pengakses.

Rupa-rupanya masyarakat awam lebih percaya kepada 'numismatis abal-abal' daripada kepada numismatis sungguhan. Salah satu dampaknya yah itu, masyarakat awam menawarkan koleksi dengan harga di luar akal sehat.

Begitu juga yang terjadi pada media sosial. Banyak grup jual beli uang kuno dan sebagainya, hanya diisi masyarakat awam yang menawarkan koleksinya. Dijual uang kuno, harting angkut; dimaharkan uang kuno warisan kakek; uang kuno nemu di kuburan, silakan tawar; dan berbagai kalimat lain yang menandakan mereka belum paham akan 'uang kuno'.

Grade koleksi dibawah Unc. Masyarakat awam menawarkan tanpa mempertimbangkan grade atau kondisi (Dokpri)
Grade koleksi dibawah Unc. Masyarakat awam menawarkan tanpa mempertimbangkan grade atau kondisi (Dokpri)
Amburadul

Pasti para numismatis akan mengernyitkan dahi kalau yang masyarakat awam posting itu kondisinya amburadul, seperti sudah ada lipatan, sobek kecil, bernoda, ujung kertas hilang, gripis, dan sebagainya. Di kalangan numismatis disebut 'koleksi tidak layak' atau 'grade rendah'.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun