Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kerja Bareng Museum dan Komunitas Menyambut Hari Pahlawan

11 November 2018   11:25 Diperbarui: 11 November 2018   11:42 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peserta tapak tilas di Monumen dan Museum PETA (Dokpri)

Banyak cara untuk mengenang sekaligus merayakan Hari Pahlawan setiap 10 November. Salah satunya kegiatan bertajuk Tapak Tilas Sejarah Perjalanan Tentara Pembela Tanah Air (PETA). Kegiatan itu diselenggarakan oleh Museum Perumusan Naskah Proklamasi dengan bantuan Kelompok Pemerhati Budaya dan Museum Indonesia (KPBMI) pada 10 November 2018. Sesuai tajuk kegiatan, tempat tujuan tentu saja Monumen dan Museum PETA di Bogor.

Kegiatan tapak tilas berawal dari Museum Perumusan Naskah Proklamasi. Para peserta yang berjumlah 110 orang, terdiri atas pelajar, mahasiswa, komunitas, guru, dan masyarakat umum sudah berkumpul sejak pagi. Mereka akan bergabung dengan 40 peserta dari Bogor.  Kepala Museum Perumusan Naskah Proklamasi Bapak Agus Nugroho melepas keberangkatan peserta yang menggunakan dua bus besar.

Pelepasan oleh Kepala Museum Perumusan Naskah Proklamasi Bapak Agus Nugroho (atas) dan sambutan oleh Kepala Monumen dan Museum PETA Bapak Hendra Firdaus (bawah)/Dokpri
Pelepasan oleh Kepala Museum Perumusan Naskah Proklamasi Bapak Agus Nugroho (atas) dan sambutan oleh Kepala Monumen dan Museum PETA Bapak Hendra Firdaus (bawah)/Dokpri
 Bentukan Jepang

Lama perjalanan ke Bogor lebih dari satu jam. Maklum hari itu Sabtu yang merupakan hari libur bagi orang kebanyakan. Jadi mereka hendak bersantai di kawasan Puncak dan sekitarnya. Yah agak macet. Begitu pula di Bogor yang pantas disebut Kota Seribu Angkot. Namun akhirnya rombongan sampai juga di Monumen dan Museum PETA.

Nama Monumen menyertai museum karena di kompleks itu terdapat Monumen Jenderal Sudirman dan Monumen Supriyadi. Keduanya dianggap tokoh PETA. Ukuran monumen cukup besar.

Kami disambut tim teatrikal yang sudah beberapa kali berlatih. Tim itu terdiri atas belasan pelajar Bogor. Mereka berpakaian ala tentara PETA, lengkap dengan senjata.

Sambutan selamat datang disampaikan oleh Kepala Monumen dan Museum PETA Bapak Hendra Firdaus. Di hadapan seluruh peserta Pak Hendra menceritakan sejarah singkat dan bagian-bagian gedung. Bahkan Pak Hendra berkenan memandu rombongan bus kedua. Rombongan bus satunya dipandu oleh staf wanita. Karena museum memiliki dua ruang pamer, maka rombongan dibagi dua, itulah alasan pembagian rombongan.

Relief dan koleksi senjata laras panjang (Dokpri)
Relief dan koleksi senjata laras panjang (Dokpri)
Diorama

Di bagian luar museum, terdapat beberapa relief yang menempel di dinding. Relief-relief itu menggambarkan kegiatan dan para tokoh PETA. Lokasi relief di bagian lorong gedung museum. Di dalam museum terdapat 14 diorama yang berkenaan dengan tentara PETA dan perjuangan untuk kemerdekaan. Tampak tokoh-tokoh bangsa, pembentukan tentara PETA, dan berbagai peristiwa yang melibatkan tentara PETA tergambar dalam diorama.

Berbagai senjata buatan AS dan Jepang, baik berupa pistol maupun laras panjang, ada di sini. Ada juga meriam, teropong, dan perlengkapan perang lain. Banyak pertanyaan dilontarkan kepada Pak Hendra. Koleksi lain berupa tanda pangkat, foto-foto perekrutan tentara PETA, samurai, dan  patung tentara PETA dalam berbagai kepangkatan.

Setelah makan siang acara dilanjutkan dengan diskusi sejarah Bogor. Dua pemateri yang tampil Kang Edi dan Kang Cucu. Sebagai moderator Nur Fajar Ansor dari KPBMI. Banyak tanya jawab dalam diskusi menandakan masalah PETA memang ingin diketahui masyarakat, terutama pelajar dan mahasiswa.

Diorama tentara PETA (Dokpri)
Diorama tentara PETA (Dokpri)
Tentara PETA

Tentara PETA dibentuk pada 3 Oktober 1943, berdasarkan maklumat Osamu Seirei  (Undang-undang/Dekrit) Nomor 44 tentang Pembentukan Kyodo Boei Giyugun (Tentara Sukarela Pembela Tanah Air). Tokoh-tokoh yang terlibat dalam pembentukan tentara PETA antara lain Sukarno, Moh. Hatta, Ki Hadjar Dewantara, dan Haji Agus Salim.

Tujuan pembentukan tentara PETA bisa dilihat dari dua aspek. Bagi bangsa Indonesia untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, sementara bagi penjajah Jepang untuk persiapan Perang Pasifik melawan Sekutu.

Calon perwira tentara PETA angkatan pertama mulai latihan pada 15 Oktober 1943. Latihan itu berlangsung 2-4 bulan. Selain itu diadakan pula latihan untuk non-perwira. Keberadaan PETA berakhir sejak kekalahan Jepang dalam Perang Pasifik 15 Agustus 1945. Kader-kader PETA lah yang kemudian ikut memperjuangan kemerdekaan Indonesia.

Diskusi sejarah Bogor, dari kiri Kang Cucu, Mas Fajar, dan Kang Edi (Dokpri)
Diskusi sejarah Bogor, dari kiri Kang Cucu, Mas Fajar, dan Kang Edi (Dokpri)
Kolonial

Tempat pendidikan dan latihan calon tentara PETA inilah yang sekarang menjadi Monumen dan Museum PETA. Sebenarnya kompleks militer itu cukup luas, sekitar 13,7 hektar. Selepas Jepang kalah, kompleks itu diambil alih oleh tentara KNIL bentukan Belanda. Pada 15 April 1950 diserahkan kepada TNI AD sebagai Pusat Pendidikan Zeni (Pusdikzi) sekarang. Pada 1993, sekitar 2.150 meter persegi digunakan sebagai area Monumen dan Museum PETA.

Prakarsa pendirian Monumen dan Museum PETA berasal dari mantan tentara PETA dan generasi penerus mereka yang tergabung dalam Yayasan Pembela Tanah Air (Yapeta). Peletakan batu pertama dilakukan pada 14 November 1993 dan diresmikan pada 18 Desember 1995.  Kota Bogor dipilih karena menjadi pusat militer penting pada masa prakemerdekaan.

Bangunan museum sekarang menggunakan bangunan lama peninggalan Gubernur Jenderal Belanda Baron van Imhoff (1743-1750). Setelah sekitar 15 tahun dikelola Yapeta, pada 9 Agustus 2010 Monumen dan Museum Peta diserahkan kepada Dinas Sejarah Angkatan Darat.

Monumen dan Museum PETA terletak di Jalan Jenderal Sudirman Nomor 35, Bogor 16161. Museum buka setiap hari, Senin---Kamis: 08.00---15.00 dan Jumat: 08.00---14.00. Sabtu, Minggu, dan Hari Libur museum tutup. Informasi selanjutnya bisa hubungi Ibu Ani Sumarni (0813-8003-5480) atau Ibu Yullies Fattimah (0857-1780-5788).

Semoga kerja bareng museum dan komunitas menyambut Hari Pahlawan tetap terlaksana pada waktu mendatang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun