Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Honorarium Menulis di Media Cetak dan Media Daring

20 Juni 2018   22:03 Diperbarui: 20 Juni 2018   22:05 1010
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beberapa tulisan saya di koran Warta Kota (Dokumentasi Pribadi)

Menulis di media cetak pernah menjadi ladang subur untuk memperoleh penghasilan. Saya menggeluti dunia tulis-menulis sejak 1980-an semasa kuliah. Pada 1980-an itu biaya kuliah di UI hanya Rp15.000 per semester, sementara honorarium menulis mencapai Rp10.000-Rp20.000 per tulisan. 

Bayangkan, nikmatnya kala itu. Dari honorarium itu, saya bisa membeli buku-buku kuliah yang masih saya simpan hingga kini.

Menulis, terutama menulis populer, memang pekerjaan kreatif. Tidak sembarang orang mampu melakukan hal itu. Bahasa harus ringan dan dimengerti orang banyak. Jadi bukan bahasa teknis atau bahasa ilmiah yang hanya dimengerti kalangan tertentu.

Magang

Pada awalnya saya menulis di media kecil. Beruntung di Jakarta banyak media cetak, seperti Merdeka, Pelita, Berita Yudha, Mutiara, Sinar Harapan, Kompas, dan Bisnis Indonesia. 

Karena suka menulis, saya diajak teman saya magang di tabloid Mutiara. Dulu media ini terkenal dengan rubrik KIR (Kelompok Ilmiah Remaja) dan Kaonak (tentang pencinta alam). Tabloid Mutiara masih satu grup dengan koran Sinar Harapan, karena sama-sama diterbitkan oleh PT Sinar Kasih. Kedua media beralamat di Jalan Dewi Sartika 136-D, Cawang, Jakarta Timur.

Ketika itu tabloid Mutiara menempati lantai 3, sementara koran Sinar Harapan menempati lantai 2 Gedung Sinar Kasih. Di kedua media itulah saya sering menulis dan sambil belajar.

Saya juga sering menulis di media-media cetak lain seperti Intisari dan Reader's Digest Indonesia. Mungkin kalau dihitung, saya merupakan salah seorang yang sering menulis artikel di media sana-sini. Belasan media cetak pernah saya coba, termasuk Kompas. Lihat saja, honorarium tahun 2001 saja lumayan. Itu baru dari satu media cetak sebulan. Kalau dari empat media, misalnya, yah tentu lumayan.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dapat kapling

Berkat menulis, saya pernah dapat 'kapling' di koran Warta Kota untuk mengisi rubrik Wisata Kota Toea. Saya bergonta-ganti dengan dua teman saya. Maklum rubrik ini ada setiap hari. Jadi kalau cuma sendiri pasti ada kendala. Rubrik tersebut ada, kalau tidak salah, sejak 2010 hingga 2013.

Sejak 1990-an saya aktif menulis di media cetak. Meskipun pekerjaan informal, justru menghasilkan pemasukan lumayan. Selain itu, kita dikenal di mana-mana. Apalagi setelah tulisan kita nongol.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun