Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nanti Ada Biografi Singkat Tokoh/Pahlawan di Bawah Nama Jalan

26 Oktober 2017   06:59 Diperbarui: 26 Oktober 2017   08:24 2121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Nama Jalan Dewi Sartika di Garut (Foto: jabar.tribunnews.com)

Banyak cara untuk menghargai atau menghormati pahlawan-pahlawan kita. Salah satunya menempatkan tokoh-tokoh itu di dalam museum. Selama ini kita tahu museum merupakan sarana pendidikan informal. Lewat museum masyarakat bisa belajar dan mencari informasi tentang kepahlawanan dan tokoh pahlawan. Jumlah pahlawan nasional dan pahlawan lokal di negara kita sudah cukup banyak. Ada pahlawan kemerdekaan dan ada pahlawan revolusi, misalnya.

Bentuk penghargaan lain kepada pahlawan adalah mengabadikan nama mereka sebagai nama jalan, nama bangunan, dan sebagainya. Di Jakarta saja banyak nama jalan menggunakan nama pahlawan, antara lain Jalan Kartini, Jalan Dewi Sartika, Jalan S. Parman, Jalan Diponegoro, dan Jalan Rasuna Said.

Diabadikan dalam mata uang, baik sebagai gambar utama maupun sebagai water mark (tanda air) merupakan bentuk penghargaan lain. Demikian juga pada prangko.

Nama jalan

Banyak tokoh sudah dianggap milik nasional. Dewi Sartika mungkin bisa kita ambil sebagai contoh. Setau saya di Jakarta ada nama Jalan Dewi Sartika. Kebetulan saya pernah berkantor di kawasan tersebut. Lalu di Ciputat yang kini masuk wilayah Banten. Nama Jalan Dewi Sartika ada di sekitar terminal. Di Bekasi juga ada nama Jalan Dewi Sartika.

Jawa Barat, tempat kelahiran Dewi Sartika, seakan tak mau kalah. Seingat saya Jalan Dewi Sartika ada di Bandung, Tasikmalaya, dan Bogor. Di Medan dan Pontianak juga ada nama Jalan Dewi Sartika.

Kita tentu pernah belajar atau membaca buku-buku sejarah. Dari situ tergambar bagaimana mereka berjuang dan apa prestasi mereka. Ada yang  berjuang di masa penjajahan melawan kaum kolonialis. Ada yang berjuang melawan kebodohan dengan mendirikan sekolah-sekolah gratis. Bahkan ada yang berjuang dengan cara lain, seperti pengobatan, olahraga, pendidikan, dan literasi.

Informasi singkat

Ada wacana, nanti di bawah nama jalan yang memakai nama tokoh atau pahlawan, akan diberikan keterangan singkat atau biografi si tokoh.  Misalnya lahir, meninggal, dan biodata singkat lain. "Dengan demikian masyarakat yang melintas bisa tahu," demikian Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid, ketika membuka Seminar Tokoh Dewi Sartika di Museum Kebangkitan Nasional, Rabu, 25 Oktober 2017.

Ya belajar sejarah memang bisa di mana pun, termasuk di ruang publik. Mencari informasi tentang tokoh atau pahlawan bisa di mana saja, termasuk di papan nama jalan.

Saat ini upaya tersebut sedang dibicarakan bersama Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta. Kita harapkan lewat upaya tersebut, pelajaran sejarah akan membawa manfaat.***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun