Mohon tunggu...
Djohan Suryana
Djohan Suryana Mohon Tunggu... Administrasi - Pensiunan pegawai swasta

Hobby : membaca, menulis, nonton bioskop dan DVD, mengisi TTS dan Sudoku. Anggota Paguyuban FEUI Angkatan 1959

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Jalan-jalan ke Ho Chi Minh City

1 Mei 2019   12:08 Diperbarui: 1 Mei 2019   12:19 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Pada tanggal 26 April 2019 sampai dengan 29 April 2019 kami, saya, isteri dan Vivi Savitri (puteri kedua kami), mengunjungi Ho Chi Minh City (dahulu Saigon). Kami bertiga berangkat dengan menggunakan pesawat Vietnam Airlines. Berangkat pukul 14.00 tiba di hotel Ambassador Saigon Hotel sekitar pukul 19.00 karena lalu lintas dari bandara menuju ke kota Ho Chi Minh macet, sama dengan Jakarta pada saat jam pulang kantor. Semua mobil menggunakan setir kiri (left-hand drive) sehingga harus menggunakan jalur kanan, yang berbeda dengan kondisi lalu lintas di Indonesia.

Keesokan harinya kami mengikuti one-day tour atas bantuan resepsionis hotel. Sekitar pukul 8.30 kami dijemput oleh Kim Travel yang dipandu oleh seorang tour leader yang ingin disebut sebagai Ming saja. Biaya per orang US $ 47,--. Jumlah peserta dalam grup kami terdiri dari 9 0rang, yaitu kami bertiga, 4 orang dari Myanmar dan 2 orang dari Australia.

Pertama, kami mengunjungi sebuah workshop kerajinan tangan yang dibuat oleh para korban perang Vietnam, yang cacat karena korban gas beracun orange yang disebarkan oleh tentara Amerika. Walaupun perang Vietnam telah berakhir 44 tahun yang lalu, namun gas beracun tersebut masih tersisa hingga generasi ketiga, sedangkan hutan rimba yang dibom dengan gas ini sampai sekarang tidak bisa tumbuh lagi.

Hasil produksi kerajinan tersebut berupa lukisan yang terbuat dari serpihan kulit telur dan tiram yang ditempelkan kepada sebidang batu tipis, diberi warna-warni, ditempelkan sekeping demi sekeping hingga membentuk sebuah lukisan yang indah setelah digosok sampai mengkilat. Kerajinan yang sangat khas ini membutuhkan ketekunan, keahlian dan kesabaran luar biasa karena semuanya dibuat oleh tangan dan kaki oleh orang yang difabel.

Perjalanan dilanjutkan menuju ke Terowongan Cu Chi (baca Kuci) yang berjarak sekitar 70 km dari Ho Chi Minh City. Lokasi ini merupakan sarang gerilya Vietcong pada saat perang melawan tentara Amerika dan sekutunya. Terowongan ini masih bisa dimasuki oleh para wisatawan yang bertubuh mungil sebab lubang masuknya sangat sempit sesuai dengan postur tubuh orang Vietnam. Dalam kompleks ini terdapat sarana lengkap dari barak, rumah sakit, ruang rapat, gudang senjata, dapur, dan lain-lain. Panjang terowongan tersebut konon sampai sejauh 250 km. Berbagai jebakan maut pun dibuat replika seperti bobby trap yang biasa digunakan untuk menjebak binatang buas di hutan namun yang jadi korban adalah tentara Amerika !

Setelah makan siang (yang kurang nikmat), kami pun mengunjungi Kantor Pos Lama yang penuh dengan pedagang yang menjual berbagai souvenir. Tetapi kunjungan yang menarik adalah ketika kami dibawa masuk ke Istana Reunifikasi (Reunification Palace) yang sebelumnya merupakan istana presiden Vietnam Selatan. Ada dua tank baja yang di pajang di luar istana yaitu T 54 dan T 34 yang merupakan dua jenis tank pertama yang memasuki istana dalam pertempuran terakhir pada tahun 1975. Kedua tank itu bukanlah yang aseli, tapi sumbangan dari Rusia dan China.

Kompleks istana ini konon luasnya 7.000 m2 dan bangunan istananya sendiri terdiri dari 4 lantai. Dalam istana ini kami menyaksikan kemegahan istana yang dibangun oleh arsitek Perancis ini termasuk bunker yang sangat lengkap hingga jalur eksit darurat untuk melarikan diri sampai ke Sungai Mekong. Dalam istana ini terdapat ruang rapat kabinet, ruang tamu presiden, ruang tamu wakil presiden, ruang tamu isteri presiden, teater, perpustakaan, bunker yang terdiri dari ruang komunikasi radio, ruang situasi darurat, kamar tidur presiden. Dan sebuah mobil Mercy tahun 1960 warna putih masih berdiri disana dengan megahnya.

Setelah mampir di pagoda Jade Emperor, kami pun menuju ke War Remnants Museum (Museum Bekas Perang Vietnam). Ternyata ramai sekali. Di halaman depan dipamerkan berbagai tank, kapal pendarat, artileri serangan udara, berbagai jenis helikopter, pesawat tempur, berbagai bom, meriam dan lain-lain yang digunakan oleh Amerika dan sekutunya ketika perang berkecamuk di bumi Vietnam. Ada juga penjara atau sel yang mengerikan yaitu tiger cage yang hanya muat satu orang berbaring saja. Gedung museum itu sendiri terdiri dari tiga lantai yang penuh dengan dokumentasi dan foto-foto perang  berikut dengan pameran berbagai senjata ringan dan berat yang digunakan selama perang Vietnam berlangsung.

Tour satu hari ini akhirnya berakhir pada sore hari, dan para peserta pun diantar kembali ke hotel masing-masing. Ternyata keesokan harinya, merupakan libur nasional sehingga kami tidak bisa pergi kemana-mana kecuali belanja sedikit oleh-oleh di Ben Thanh Market yang terkenal sebagai pusat belanja pedagang kali lima yang berjumlah ratusan orang.  Kami pun harus mempersiapkan perjalanan pulang ke Jakarta pada keesokan harinya. Kami harus berangkat dari hotel sekitar pukul 5.30 untuk langsung ke bandara untuk kembali ke Jakarta pada pukul 9.50 dengan Vietnam Airlines pula......

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun