Mohon tunggu...
Ucu Nur Arief Jauhar
Ucu Nur Arief Jauhar Mohon Tunggu... Aktor - Pengangguran Profesional

Tak seorang pun tahu kegelisahanku, kerna tak seorang pun dapat melihat apa yang aku lihat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gubernur Banten versus Hantu Noni Belanda

18 September 2019   12:42 Diperbarui: 18 September 2019   12:51 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah Dinas Gubernur (foto: merdeka.com)

Seperti umumnya gedung-gedung tua, Gedung Residen Banten pun tak lepas dari rumor ditempati hantu atau setan. Dua hantu paling populer dalam cerita warga di sekitar Gedung Residen Banten adalah hantu Noni Belanda dan Kereta Kencana.

Bahkan cerita hantu Noni Belanda sempat menjadi populer di media tahun 2014. Hantu Noni Belanda dikabarkan tertangkap CCTV saat pelaksanan test CPNSD di Pendopo Lama, Minggu 9 Nopember 2014.

Rita Prameswari, pegawai BKD Provinsi Banten dan rekan-rekannya sedang memeriksa semua peralatan yang akan dipakai dalam test CPNSD di ruang pertemuan Gedung Residen Banten, Minggu malam. Salah satu alat yang diperiksa adalah CCTV pengawas.

Tak disangka, dalam layar CCTV Rita melihat sosok perempuan dengan pakaian gaya eropa zaman kolonial berseliweran di ruang itu. Kemudian menghilang.

"Tapi wajahnya tidak nampak. Saya liatnya dari belakang," ujar Rita seperti dikutip dari Poskotnews.

Mitos Penguasa Banten Pemberi Kesejahteraan

Berbeda dengan kebanyakan orang Banten, orang Kanekes (Baduy) tidak memandang pusat kekuasaan ada di Surosowan (istana Kesultanan Banten). Tapi ada di sebidang tanah yang sejak tahun 1821 berdiri sebuah gedung, tempat tinggal Residen Banten. Sekarang menjadi Rumdin Gubernur yang selalu kosong melompong.

Sebidang tanah itu, diyakini orang Baduy sebagai tanah suci. Tanah tempat bermukimnya karuhun (arwah leluhur yang sudah meninggal) yang menentukan kesuburan tanah mereka. Tanah yang subur menghasilkan panen yang lebih dari cukup. Sehingga setiap usai panen, mereka melakukan ritual rasa terima kasih kepada karuhun yang tinggal di sebelah barat Alun-Alun Kota Serang. Ritual itu kemudian dikenal sebagai Seba Baduy.

Maka, siapa pun yang tinggal di sebidang tanah itu, akan dikunjungi orang Baduy seusai panen raya. Siapa pun yang tinggal di sebidang tanah itu, akan dianggap sebagai wakil dari karuhun yang telah menyuburkan tanah Kanekes. Mewakili penguasa Banten yang memberikan kesejahteraan bagi alam ini.

Bahkan jika pun sebidang tanah itu tak ada yang tinggal. Tak ada bangunan sama sekali, orang Kanekes (Baduy) tetap melakukan Seba ke sana. Mengucapkan terima kasih pada karuhun yang sudah menjaga alam mereka.

Ini sebenarnya makna budaya atau kearifan lokal Pendopo Lama atau dulu lebih dikenal dengan nama Keresidenan Banten. Lambang tempat tinggal penguasa Banten yang memberikan kesejahteraan pada rakyatnya.

Kini, tempat tinggal itu hanya dihuni hantu Noni Belanda. Ah, ini hanya rumor.

#Togogisme

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun