Mohon tunggu...
Mia Jamila
Mia Jamila Mohon Tunggu... Lainnya - My Cross Stitch

Berusaha untuk mencoba

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bungkusan Putih

7 Oktober 2021   10:01 Diperbarui: 7 Oktober 2021   10:09 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

m i a Jamila

Setiap malam sebelum tidur  nenek Vina akan meletakkan sebuah bungkusan warna putih disebelah bantalnya karena belum bisa langsung tertidur ia berkali-kali meliriknya kemudian mengelus bungkusan itu seolah-olah berkata jangan kemana-mana tidurlah sampai jumpa esok pagi dan nenek Vina pun tertidur pulas.

Ketika terbangun  ia akan meraba kearah sebelah bantalnya dan ternyata bungkusan itu tidak ada. Nenek Vina berusaha bangun dari tempat tidur dan langsung memanggil putranya yang tinggal serumah, Feli putranya masuk ke kamar.  Suara lirih nenek menanyakan : "Mana bungkusan mamah, harusnya ada di sini," sambil menunjuk sebelah bantalnya. "Ini mah, jatuh," sambil membungkukkan badan Feli mengambilnya dari lantai. "Oh, jatuh," nenek Vina langsung memeluk erat bungkusan itu.

Begitulah nenek Vina  setiap hari tidak pernah ingin jauh dari bungkusan putihnya, sangat cemas bila tidak ada didekatnya. Malam pun tiba nenek Vina setelah duduk di ruang makan berbicara sama Feli sambil memeluk bungkusan putih berjalan perlahan menuju kamar tidur. Sebelum naik ke tempat tidur nenek Vina  berdoa dulu kemudian merebahkan tubuh yang telah renta, tidak langsung tidur ia mengelus elus bungkusan putih sambil berkata : "Sampai jumpa besok kita akan pergi bersama-sama." Beberapa saat kemudian nenek Vina terlelap tidur.

Fajar menyongsong pagi dan suara burung-burung di halaman rumah  bersauhatan. Ketika putra nenek Vina terbangun kemudian membuka jendela rumah dan rasa heran Feli pun menyelimuti karena biasanya mamahnya sudah memanggil-manggil nama Feli.  Di ketuk pintu kamarnya sampai beberapa kali tapi tak ada jawaban dari dalam. Akhirnya Feli membuka pintu kamar, langsung melihat bungkusan putih sudah ada di lantai. "Mah, mah," Feli menggoyang-goyang tubuh renta itu namun tak bergerak. Kemudian memeriksa denyut nadi nenek tapi tak terdektesi, Feli pun panik tapi kemudian langsung menghubungi saudara-saudara terdekat yang rumahnya tidak jauh dari rumah nenek.

Tak lama kemudian berdatangan anak-anak nenek Vina, salah satunya kakak perempuan Feli seorang biarawati yang dipanggil zuster Rose. Mata Feli tampak sudah sembab, zus Rose menenangkan hati adiknya sambil berkata : "Kita urus jenazah mamah." Langsung menuju ke kamar tidur merapikan segala sesuatu yang ada di sana, matanya tertuju kepada bungkusan berwarna putih dan menanyakan ke Feli. "Bungkusan apa ini Fel?  "Itu bungkusan yang aku pernah  ceritakan ke kaka kalau mamah selalu memeluk bungkusan itu," jelas Feli. Zus Rose langsung membuka bungkusan itu semua mata yang ada di kamar itu tertuju saat bungkusan itu dibuka. Ternyata isinya kebaya putih, kain batik panjang dan sepasang selop. Feli jadi ingat kebaya yang ia buat sendiri ketika adik iparnya Raisah berkunjung bertemu mamahnya. meminta untuk menjahitkan bahan putih. "Itu semua pemberian dari Raisah," jelas Feli kepada Zuster Rose.

Mendengar cerita Feli bagaimana mamahnya selalu ingin dekat dengan bungkusan itu, Zus Rose memutuskan untuk mengenakan kebaya putih, kain batik dan selop ke jenazah nenek Vina di dalam peti matinya. Raisah salah satu mantunya yang Muslim ketika berkunjung untuk pamit kepada nenek Vina  karena putra nenek akan pergi jauh mendapatkan tugas negara. Itulah pertemuan terakhir Raisah dan ibu mertuanya sebagai rasa kasih sayang membelikan bahan putih untuk kebaya yang kemudian dijahit oleh Feli, kain panjang batik dan sepasang selop. Pemberian itu tidak pernah dipakai oleh nenek Vina ketika masih hidup tetapi sepertinya ia ingin memakai dalam tidurnya yang panjang. Rest in peace.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun