Mohon tunggu...
Kompasiana Cibinong
Kompasiana Cibinong Mohon Tunggu... Guru - Kompasiana Cibinong, menulis berita dan cerita dalam bahasa Sunda dan Indonesia

Kompasiana Cibinong, menulis berita dan cerita dalam bahasa Sunda dan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sastra Sunda dan Cerita Cinta

21 Juli 2019   06:21 Diperbarui: 21 Juli 2019   06:33 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sedangkan yang diusung oleh Fitri Sulastri dalam carpon'Asmaranirca' mah tentang konflik sosial para remaja kota. 'Asmaranirca' menceritakan tewasnya seorang bayi yang ditemukan tergelatak dalam sebuah lemari di barak kontrakan. Bayi tersebut hasil hubungan cinta pranikah atau kumpul kebo Neng Asih dengan pacarnya yang sama-sama lepas dari tanggung jawab.

Adapun cerita cinta yang direka Dede Safrudin dalam wanda carponterbilang unik. Dede dengan apik mengawinkan tokoh-tokoh cerita cinta yang sebelumnya lahir duluan dalam khasanah sastra Sunda.

Dalam carpon 'Asmarandana Kabeurangan' tokoh Sangkuriang yang dalam sasakala atau legenda Tangkuban Parahu dikenal mencintai ibunya sendiri, Dayang Sumbi, dipertemukan dengan tokoh sastra Sunda modern, Karnadi. Dalam "Rasiah nu Goreng Patut' (1928) karya Soekria-Joehana tokoh Karnadi tergila-gila pada Eulis Awang, mojang cantik dari Cigereleng. 

Berbeda dengan Sangkuriang, dengan segala tipu muslihatnya Karnadi mahkungsi mendapatkan cinta dari Eulis Awang, malah hingga menikah segala. Meski diujung cerita nasibnya amat tragis, sebab Karnadi bunuh diri di sungai Citarum.

Nah, Sangkuriang dan Karnadi oleh juru kisah dipertemukan dalam latar sungai Citarum. Lantas keduanya 'dihijrahkeun' oleh Ki Juru Pantun ke Buana Nyungcung, menyusul Eulis Awang dan Dayang Sumbi yang terlebih dahulu menemui Sunan Ambu, Guruminda, dan Purbasari. Sebagai catatan, Guruminda dan Purbasari adalah sepasang kekasih yang terdapat dalam legenda Lutung Kasarung.

Keempat tokoh tersebut: Sangkuriang, Dayang Sumbi, Karnadi, dan Eulis Awang diminta pertanggungjawabannya manakala mereka berbuat nista di alam dunia karena gelap mata terkalahkan kekuatan cinta buta.

Ihwal cinta dalam sastra Sunda sejatinya tidak berkutat pada judul-judul yang menjual kata-kata 'asmara.' Kata 'cinta' itu sendiri secara verbal banyak dieksplor para pengarang Sunda untuk disematkan sebagai judul ceritanya. Di antaranya 'Pajaratan Cinta'carpon mini karya M Sudama atau 'Lagu Cinta jeung Sajabana' carpon karya Nazaruddin Azhar.

Daftar tema cinta dalam karya sastra Sunda akan semakin panjang bila tidak terpaku pada judul 'cinta' atau 'asmara.' Dalam antologi 'Lalakon Bingbang' (2001) karya Dian Hendrayana, misalnya.

'Kalangkang Riwan,' 'Lalakon Bingbang,' 'Pulas-pulas Parias,' 'Kembang-kembang Longkewang,' atau 'Gelas-gelas nu Nyaranyi' merupakan di antara carpon-carpon Dian yang mengeksplor kekuatan cinta sebagai tema yang diberdayakannya.

Cerita cinta yang dominan mewarnai sastra Sunda sampai kapan pun akan terus dieksplor oleh para pengarang Sunda. Sebab, persoalan cinta antarmanusia merupakan fitrah dan selalu mengiringi perputaran roda zaman. 

Carita cinta moal laas dihakan jaman, moal bari diteureuy wanci. Sebab tiap manusia tentunya memiliki pengalaman, pengetahuan, pengamalan, dan tafsir tersendiri dalam menghadapiunak-anik percintaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun