Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Kukhatamkan Indonesia di Menara Eiffel

1 November 2015   20:36 Diperbarui: 1 November 2015   20:36 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hampir sepuluh tahun sudah Indonesia kujelajahi, tinggal satu provinsi tersisa. Kesempatan itu datang minggu lalu ketika mendapat tugas ke Gorontalo. Tak kusia-siakan peluang ini dan langsung tancap gas menuju Terminal 2 Soetta menanti pesawat yang akan membawaku ke sana. Setelah transit selama satu jam di Makassar, pesawat kembali terbang menuju Bandara Jalaluddin. Namun menjelang pendaratan, tiba-tiba dari kokpit pesawat terdengar pengumuman bahwa jarak pandang tiba-tiba memendek dari 5 Km menjadi hanya 800 meter saja akibat hujan deras. Hati was-was juga karena pesawat terpaksa berputar-putar di udara tak tentu arah sambil menunggu hujan reda. Itulah bedanya dengan bis atau kapal, kalau terminal penuh bisa nyantai dulu di pinggir jalan atau di tengah laut. Untunglah kondisi tersebut hanya berlangsung sekitar 15 menit, hujan reda, dan pesawat siap mendarat. Ga kebayang kalau kehabisan avtur di udara......

Di bandara kebetulan sudah ada yang jemput, dan kami langsung meluncur menuju Kota Gorontalo. Di tengah perjalanan, pengemudi bercerita tentang Menara Eiffel yang tak hanya ada di Paris, tapi juga di Gorontalo. Penasaran kutanya bisa mampir tidak kesitu. "Tenang aja, nanti juga kelewatan," Jawab sang pengemudi santai. Benar saja, tak sampai 20 menit, dari kejauhan tampak menara Eiffel saat memasuki kota Limboto yang menjadi ibukota Kabupaten Gorontalo. Fotonya dari arah masjid saja, biar lebih leluasa, ujar sang pengemudi yang langsung saya iyakan. Tak berapa lama, kendaraan berhenti di halaman parkir Masjid Agung Baiturrahim. Masjidnya sendiri tampak megah seperti namanya, dan paduan keduanya menjadi landmark utama Provinsi Gorontalo.

Dari bawah menara, kita bisa naik lift hingga lantai 3 yang merupakan puncak pertama dari bangunan di samping menara. Liftnya sendiri cukup lama jalannya, dan nampak seperti kurang terawat. Dari lantai 3 sebenarnya ada lift lagi di tengah menara, namun saat ini kondisinya rusak sehingga kami terpaksa menggunakan tangga untuk naik ke lantai atas. Terdapat tiga lantai sebelum sampai ke puncak, namun karena faktor usia terpaksa kami urungkan niat ke atas. Dari lantai 4 saja sudah tampak pemandangan Kota Limboto yang dikelilingi oleh perbukitan dan Danau Limboto. Disinilah saya bersujud syukur karena telah berhasil mengkhatamkan Indonesia, paling tidak sudah seluruh 34 provinsi dikunjungi, walau tidak semua sampai ke pelosoknya, Paling tidak sudah mendarat di ibukota atau kota besar di tiap-tiap provinsi.

Monumen ini sendiri diresmikan tahun 2002 oleh Bupati Gorontalo saat itu H. Achmad Hoesa Pakaya, dan kunjungan perdananya dihadiri oleh beberapa tokoh asal Gorontalo seperti Rahmat Gobel, Zainuddin Hasan, dan Rusli Habibie (gubernur saat ini). Aslinya monumen ini bernama Menara Keagungan Gorontalo. Namun karena bentuknya dimiripkan seperti menara yang ada di Paris, banyak orang menyebutnya Eiffel van Gorontalo. Kondisinya saat ini seperti kurang terawat. Selain lift rusak, kondisi tiap lantai kurang bersih dan puncaknya juga seperti ditutupi oleh selubung kawat dan terdapat antena televisi, seolah seperti di rumah saja. Plafon di atas perempatan juga mulai ada yang copot. Padahal bila dipoles, menara ini menjadi obyek wisata potensial. Namun nasibnya masih lebih beruntung daripada monumen Monasnya Kendari yang benar-benar tidak diselesaikan pembangunannya. Monumen ini masih layak dikunjungi dan banyak juga pengunjung serta kadang-kadang juga menjadi tempat diselenggarakannya acara-acara seremonial. (Bersambung)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun