Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Empat Langkah Liverpool Mengakhiri Puasa Juara Liga Inggris

15 April 2019   12:36 Diperbarui: 15 April 2019   21:15 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat Terakhir Liverpool Mengangkat Trofi Liga (Sumber: the42.ie/Press Association)

Sebagai Liverpudlian, sudah lama saya mengharapkan tim ini merengkuh juara Premier League untuk pertama kalinya. Namun baru kali ini harapan tersebut seperti bakal menemui kenyataannya, setelah sekian lama berputus asa walau tim tersebut dipenuhi para bintang mulai dari Michael Owen, Steven Gerard, Steve McManaman, hingga Xabi Alonso namun tak satupun mampu mempersembahkan gelar paling bergengsi di liga paling prestisius di Eropa tersebut.

Kemenangan Liverpool 2-0 atas lawan berat Chelsea semalam (14/04/2019) membuktikan bahwa mental juara mereka masih ada. Keberhasilan mengatasi beban psikologis harus menang lawan tim berat setelah sebelumnya Manchester City sempat naik tangga setelah menang 3-1 atas tuan rumah Crystal Palace menaikkan moril pasukan Jurgen Klopp untuk menapaki tangga juara yang terakhir kali diraih tahun 1990.

Cukup lama Liverpool berpuasa juara liga Inggris, tak tanggung-tanggung sudah 29 tahun tak pernah lagi memuncaki klasemen liga paling bergengsi di negeri Ratu Elizabeth tersebut. Bahkan sejak berganti nama menjadi Premier League, belum pernah sekalipun kapten Liverpool memegang trofi juara. 

Sebagai pemegang gelar juara Liga Champions terbanyak dari Inggris (lima kali juara) tentu ini sangat memalukan, karena rivalnya seperti MU saja sudah 13 kali memegang trofi Premier League yang mulai bergulir tahun 1992, bahkan kalah dengan tim medioker sekelas Blackburn Rovers yang meraihnya tahun 1995 dan Leicester City tahun 2016 lalu.

Sejak manajer Kenny Dalglish terakhir kalinya mempersembahkan gelar liga Inggris terakhir kalinya tahun 1990 bersama kapten Alan Hansen, sudah enam manajer, termasuk Rafa Benitez yang sempat mempersembahkan gelar Liga Champions 2005, tak satupun sanggup merengkuh trofi Premier League tersebut. 

Bahkan ketika Kenny Dalglish kembali melatih Liverpool tahun 2011 pun tak sanggup mengembalikan kejayaan Liverpool di masa lalu hingga digantikan oleh Brendan Rogers tahun 2012.

Dibandingkan dengan liga-liga Eropa lainnya, Liga Inggris memang terkenal kejam buat tim-tim papan atas. Kalau di Liga Italia sudah hampir pasti diraih Juventus, Liga Jerman dengan Bayern Muenchen, Liga Spanyol jadi duapoli Real Madrid dan Barcelona, maka di Liga Inggris siapapun berpeluang sama jadi juara liga. 

Hal tersebut sudah dirasakan Blacburn Rovers yang mengorbitkan Alan Shearer menjadi top skor tahun 1995 dan Leicester City tahun 2016. Tidak ada jaminan tim-tim besar seperti MU, Arsenal, Spurs, dan tim-tim karbitan dengan nama besar seperti Man City dan Chelsea untuk selalu menjadi juara. Bahkan Spurs pun bernasib sama dengan Liverpool, belum pernah sekalipun memegang trofi Premier League sejak 1992.

Tim-tim besar di masa lalupun bertumbangan seperti Nottingham Forest (juara Champions dua kali 1979 dan 1980), Leeds United (runner up Champions 1975), Blackburn Rovers (juara Premier League 1995), yang terlempar ke divisi di bawahnya. Jadi tak ada jaminan tim-tim besar sekarang untuk tetap bertahan di Premier League, suatu saat bisa bernasib sama dengan tim-tim yang disebutkan tadi, turun kelas alias terdegradasi. 

Hal ini berbeda dengan liga-liga lain di Eropa yang relatif stabil penampilannya. Kalau sempat terdegradasi lebih karena kasus suap seperti dialami Juventus dan AC Milan di Liga Italia, bukan karena ketidakmampuan klub bertahan di divisi utama liga negeri tersebut.

* * * *

Kembali ke peluang Liverpool, melihat performa yang semakin menanjak akhir-akhir ini, ditambah lawan-lawan yang akan dihadapi dalam empat pertandingan sisa membuat peluangnya lebih lebar untuk menjadi juara Premier League. 

Setelah menghadapi Porto di pertengahan minggu ini, Liverpool akan berhadapan dengan Cardiff (A), Huddersfield (H), Newcastle (A), Wolves (H). Pada putaran pertama, Liverpool memenangi seluruh pertandingan melawan keempat klub tersebut. 

Dilihat dari peringkat, hanya Wolves yang berada di papan tengah (8), sementara tiga sisanya berada di zona degradasi, Cardiff (18), Huddersfield (20), dan Newcastle (15). Liverpool juga beruntung karena menghadapi Wolves di kandang sehingga peluang menang kembali cukup besar. Apalagi Wolves kurang bagus bila bertanding tandang, walau sempat menahan seri Chelsea di Stamford Bridge dan menghajar MU di kandang. 

Selain itu relatif tidak ada lawan berat bagi Liverpool untuk memuluskan langkah menjadi juara, kecuali bila terpeleset seperti terjadi pada awal tahun ini dimana Leicester, West Ham, dan Everton mampu mengganjal laju Liverpool dengan memaksa hasil seri.

Lawan terberatnya yang masih berpeluang tinggal Manchester City yang masih menyisakan satu pertandingan susulan karena harus bertanding di Piala FA. Walau unggul jumlah pertandingan, peluang City cukup berat mengingat dua dari lima lawan terakhirnya adalah Spurs dan MU, disamping Burnley, Leicester, dan Brighton yang bisa menjadi batu sandungan. 

Apalagi MU sedang on fire setelah dilatih oleh Solskjaer dan Spurs yang masih berambisi bertahan di zona Liga Champions membuat mereka akan bertarung mati-matian mencuri tiga angka dari City.

Spurs sendiri sedang di atas angin setelah menang 1-0 atas City pertengahan minggu lalu di ajang Liga Champions dan menghajar Huddersfiled 4-0 Sabtu lalu. Sementara MU agak sedikit tersendat setelah kalah tipis 0-1 dari Barca di Liga Champions dan 'hanya' unggul dua penalti atas West Ham di Premier League. 

Namun bertanding di Old Trafford membuat MU berpeluang besar untuk mengalahkan City di depan pendukungnya karena menyangkut harga diri sesama tim sekota.

Melihat hasil analisis di atas, Liverpool berpeluang besar untuk meraih trofi Premier League untuk pertama kalinya bila berhasil menyapu bersih seluruh empat lawan terakhirnya. Sementara Manchester City, walau masih tersisa satu pertandingan, tampaknya bakal terganjal salah satu dari dua lawan berat, apakah itu Spurs atau MU. Sekali saja kalah, moral pemain City bakal runtuh dan sulit untuk mengejar Liverpool dalam pertandingan sisa yang kemungkinan besar bakal dilalap semua.

Liverpool tinggal menjaga kebugaran para pemainnya untuk tetap tampil prima, dengan lebih sering melakukan rotasi pemain. Shaqiri dan Milner yang selama ini lebih banyak di bangku cadangan bisa dimainkan sejak menit pertama saat menghadapi tim-tim lemah, sementara Keita dan Henderson bisa bermain di Liga Champion. 

Salah, Mane, dan Firmino juga perlu dirotasi oleh Origi dan Sturridge untuk menambah jam terbang mereka di Premier League. Origi dan Sturridge berguna ketika trio Firmansah mengalami kebuntuan menembus jala lawan, seperti saat melawan Everton dimana Origi berhasil mencetak gol di menit akhir 90+6 untuk meraih tiga poin.

Ingat, tinggal empat langkah lagi tersisa untuk menuju tangga juara. 360 menit penantian panjang selama 29 tahun akan berakhir dengan kebahagiaan asal Salah, Mane, Henderson, dan kawan-kawan fokus menghadapinya. Anggaplah Liga Champions sebagai bonus, toh mereka sudah pernah menjuarainya tahun 2005 lalu, jadi lebih bergengsi merengkuh Premier League untuk pertama kalinya daripada Liga Champions.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun