Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Taman Balaikota, Oase di Tengah Gempuran Hutan Beton

26 April 2018   14:31 Diperbarui: 26 April 2018   14:36 886
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penanda Taman Balaikota (Dokpri)

Bandung dulu dikenal dengan sebutan kota kembang, yang bisa diartikan secara harfiah yaitu banyaknya taman atau kebun bunga. Namun ada juga yang mengartikan sebagai 'kembang' yang lain karena Bandung juga dikenal akan kecantikan gadis-gadisnya. Namun seiring perkembangan zaman, hutan beton mulai merambah kota Bandung, menggantikan ruang-ruang terbuka yang makin tersingkir ke pinggiran kota.

Gerbang Kompleks Kantor Pemkot Bandung (Dokpri)
Gerbang Kompleks Kantor Pemkot Bandung (Dokpri)
Belasan apartemen dan hotel dengan jumlah lantai lebih dari sepuluh mulai berdiri sejak pertengahan dekade 2000-an hingga saat ini. Bandung tidak lagi hijau berbunga seperti slogan lamanya, tapi lamban laun berubah menjadi hutan beton walau belum sesumpek Jakarta. Gempuran hutan beton tersebut tampak semakin mendominasi, sementara ruang terbuka hijau yang menyajikan kesegaran semakin berkurang.

Sungai Cikapayang (Dokpri)
Sungai Cikapayang (Dokpri)
Di tengah himpitan bangunan beton di pusat kota, Bandung ternyata masih menyimpan ruang hijaunya untuk tetap dipertahankan. Salah satunya adalah Taman Balaikota yang terletak di dalam kompleks Kantor Walikota Bandung, dekat dengan pusat perbelanjaan BIP dan hotel-hotel tinggi di sekitarnya. Taman ini menjadi pusat ruang terbuka hijau yang dikelilingi oleh padatnya bangunan di wilayah sekitarnya. Di samping taman mengalir Sungai Cikapayang menambah asri lingkungan sekitar taman.

Tanaman dan Kembang serta Pepohonan (Dokpri)
Tanaman dan Kembang serta Pepohonan (Dokpri)
Suasananya masih rindang seperti saat saya lahir hingga kuliah di Bandung. Halamannya juga lebih terbuka, tidak ada lagi pagar pembatas di sekeliling taman yang membuat para warga dan wisatawan bebas mengakses ruang terbuka hijau tersebut. Tanamannya terawat rapi, dan beberapa pohon tua yang masih dipertahankan hingga kini untuk menjaga nuansa rindang dan melindungi makhluk hidup dari teriknya sinar mentari. Di dalam taman juga terdapat Taman Badak dengan simbol badak dan bekas kolam ikan yang dikeringkan.

Lambang Kota Bandung di Tengah Taman (Dokpri)
Lambang Kota Bandung di Tengah Taman (Dokpri)
Banyak warga memanfaatkan taman tersebut untuk berolahraga, baik lari pagi atau bersepeda. Selain itu taman ini juga menjadi tempat nangkring anak muda maupun kakek nenek yang sedang bernostalgia masa lalunya. Memang sekilas tampak tidak ada fasilitas lain yang istimewa di dalam taman tersebut, namun fungsinya sebagai penghasil oksigen memegang peranan penting dalam menyediakan udara segar di tengah hiruk pikuk kota Bandung yang semakin semrawut.

Mural Tokoh-Tokoh Bandung (Dokpri)
Mural Tokoh-Tokoh Bandung (Dokpri)
Di salah satu sudut taman terdapat mural yang menggambarkan sejarah dan tokoh-tokoh yang pernah mewarnai kota Bandung seperti Soekarno, bu Inggit, Dewi Sartika, dan sebagainya. Bangsa yang besar adalah bangsa yang tak pernah melupakan sejarah, begitu mungkin misi yang hendak disampaikan melalui mural tersebut. 

Bandung sendiri memiliki sejarah panjang mulai dari tempat transit jalan pos di era Daendels, tumbuhnya Soekarno muda menjadi calon pemimpin republik, hingga mendunia sebagai penyelenggara konferensi Asia Afrika.

Batu Penanda Sejarah Kota Bandung (Dokpri)
Batu Penanda Sejarah Kota Bandung (Dokpri)
Bagi wisatawan yang sedang berkunjung ke Bandung, jangan lewatkan untuk mampir barang sejenak. Taman ini menawarkan kesejukan setelah lelah mengunjungi berbagai obyek wisata dan belanja di kota Bandung dan sekitarnya. Sayangnya agak sulit mencari tempat parkir sehingga harus menitipkan kendaraan pribadi di pusat perbelanjaan atau tempat umum lain di sekitarnya. Mungkin memang sengaja dibuat demikian agar kita lebih rajin untuk berjalan kaki atau naik angkutan umum daripada membawa kendaraan sendiri.

Taman Badak di tengah Taman Balaikota (Dokpri)
Taman Badak di tengah Taman Balaikota (Dokpri)

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun