Mohon tunggu...
Diwana Fikri Aghniya
Diwana Fikri Aghniya Mohon Tunggu... Kepala Biro Bandung Barat dan Jurnalis di Suara Utama

Lulusan Magister Pendidikan UPI dan Magister Manajement UNISSULA. Saat ini menyalurkan hobi menulis sebagai seorang jurnalis dan Kepala Biro di Redaksi Suara Utama.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filosofi Hidup Bangsa Jepang

16 Oktober 2025   20:11 Diperbarui: 16 Oktober 2025   17:29 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Wa, Kao, dan Omoiyari

Filosofi hidup utama yang berasal dari nilai-nilai budaya Jepang di antaranya dikenal dengan wa (harmoni), kao (reputasi), dan omoiyari (loyalitas). Konsep wa mengandung makna mengedepankan semangat dalam menjaga hubungan baik dan menghindari ego. Hubungan baik ini tercermin dalam 4 hal, yakni hubungan baik antara sesama manusia, hubungan baik pada Tuhan, hubungan baik antara sesama mahluk hidup dan hubungan baik dengan alam. Kao berarti wajah. Wajah merupakan cermin harga diri, reputasi, dan status sosial. Masyarakat Jepang pada umumnya menghindari konfrontasi dan kritik terbuka secara langsung. Membuat orang lain "kehilangan muka" merupakan tindakan tabu dan dapat menyebabkan keretakan dalam hubungan antar manusia. Sedangkan omoiyari berarti sikap empati dan loyalitas. Spirit omoiyari menekankan pentingnya membangun hubungan yang kuat berdasarkan kepercayaan dan kepentingan bersama dalam jangka panjang. 

Ikigai 

Ikigai dalam Bahasa Jepang adalah gabungan dari kata Iki atau kehidupan dan Kai berarti realisasi harapan. Ikigai adalah filosofi hidup bangsa Jepang dalam menentukan sebuah tujuan dalam kehidupan dan juga tentang menemukan serta menghargai kebahagiaan hidup yang memiliki arti bagi diri sendiri. Ikigai punya elemen sendiri yang terdiri dari gairah (passion), misi (mission), profesi (profession), serta pekerjaan (vocation) dan memiliki gabungan antar elemen.

Ikigai terbagi dalam 4 elemen di antaranya:
1) What you love
Bagian dari elemen ini menentukan passion dan juga mission yang harus dijalani dalam hidup. Semua yang berkaitan dengan urusan keduanya, bisa membuat seseorang melakukan kegiatan-kegiatan berdasarkan yang hal yang ia cintai.
2) What you are good at
Bagian dari elemen ini menentukan passsion dan profession dalam hidup. Dalam elemen ini seseorang harus mengetahui dan memahami pada bidang kehidupan apa dirinya memiliki kemampuan. Kemampuan tersebut dapat dijalani dengan baik bila seseorang bersyukur atas kemampuan tersebut.
3) What you can get paid for
Elemen ketiga ini menjelaskan tentang timbal balik. Orang yang berkerja atau melakukan sesuatu harus memiliki timbal balik untuk dirinya sendiri atau orang lain. Feedback atau timbal balik, tidak selalu hal-hal yang harus bersifat materi, namun timbal balik seperti pengalaman dan perasaan juga dianggap timbal balik yang penting.
4) What the world needs Elemen
keempat ini menekankan tentang kontrribusi seseorang untuk orang lain atau orang-orang di sekitarnya. Sebagai manusia yang tidak dapat hidup sendiri, tentunya seseorang harus memberikan manfaat dan kontribusi pada orang banyak di sekeliling hidupnya. 

Giri dan Ninjo 

Giri dan ninjo merupakan satu kesatuan dalam kebudayan orang Jepang. Namun ada yang berpendapat bahwa giri sebagai konsep umum ditempatkan lebih tinggi dari pada ninjo . Giri adalah hubungan kemanusiaan. Pada zaman Edo (abad ke 17-19) konsep giri menekankan pada suatu keharusan meskipun tidak sesuai dengan kata hati. Konsep giri pada awalnya memiliki arti perasaan berhutang budi. Ninjo adalah kasih sayang yang tidak terbatas pada unsur-unsur antara laki-laki dan perempuan. Ninjo yang terdapat dalam budaya Jepang dan Indonesia sepertinya tidak jauh berbeda, konsep ninjo sangat jelas yaitu hubungan kasih sayang antara sesama manusia.

Bushido 

Bushido= Bu yang artinya Beladiri, Shi yang artinya Samurai atau orang dan Do yang artinya jalan atau cara, yang secara harfiah dapat diartikan menjadi tatacara berperilaku kesatria adalah sebuah kode etik kepahlawanan golongan Samurai dalam tatanan feodalisme Jepang. Samurai sendiri adalah sebuah strata sosial penting dalam tatanan masyarakat feodalisme Jepang. Bushido adalah etika moral bagi kaum samurai. Bushido adalah sebuah filosofi hidup dan kode etik yang dipegang oleh para ksatria golongan samurai di Jepang. Bushido berasal dari nilai-nilai moral samurai, paling sering menekankan beberapa kombinasi dari kesederhanaan, kesetiaan, penguasaan seni bela diri, dan kehormatan sampai mati. Ajaran Bushido berasal dari jaman Kamakura (Tahun 1185-1333), terus berkembang mencapai jaman Edo (Tahun 1603-1867). 

Bushido menekankan kesetiaan, keadilan, rasa malu, tata-krama, kemurnian, kesederhanaan, semangat berperang, kehormatan. Aspek spirituallah sangat dominan dalam falsafah ajaran bushido. Meski memang menekankan prinsip "kemenangan terhadap pihak lawan", hal itu tidaklah berarti menang dengan kekuatan fisik. Dalam semangat dan ajaran bushido, seorang Samurai diharapkan menjalani pelatihan spiritual guna menaklukkan dirinya sendiri, karena dengan menaklukkan diri sendirilah orang baru dapat menaklukkan orang lain. Kekuatan timbul dari kemenangan dalam disiplin diri. Justru kekuatan yang diperoleh dengan cara inilah yang dapat menaklukkan sekaligus mengundang rasa hormat pihak-pihak lain, sebagai proses kemantapan spiritual. Perilaku yang halus dan penuh tatakrama dianggap merupakan aspek penting dalam mengungkapkan kekuatan spiritual. Bushido mengajarkan tentang kesetiaan, etika, sopan santun, tata krama, disiplin, kerelaan berkorban, kerja keras, kebersihan, hemat, kesabaran, ketajaman berpikir, kesederhaanan, kesehatan jasmani dan rohani.  

Nilai lain yang didalami dalam dalam ajaran Bushido adalah tentang bagaimana kita bersikap total, total dalam mengerjakan sesuatu, total dalam mengabdi, dalam kesetiaan, dalam segala hal menjalani kehidupan kita. Merasakan kehidupan dalam tiap nafas berarti kita benar- benar hidup dalam arti yang sebenar-benarnya. Banyak dari kita yang hidup di dunia ini dengan setengah-setengah dan menyia-nyiakan hidup dengan bermalas-malasan. Bushido mengajarkan diri kita untuk merasakan setiap nafas yang kita hirup. Setiap detik hidup ini harus dijalani dengan sungguh-sungguh. Segala bidang yang kita tekuni harus dijalani dengan segenap jiwa raga. Jika kita adalah seorang siswa, maka kita harus melaksanakan semua hal yang wajib dilakukan oleh seorang siswa, seperti belajar, mengerjakan tugas dan menjalani

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun