Cirebon, 20 Juni 2025-- Saat melangkah ke warung-warung pinggir jalan di Kota Udang, aroma kuah gurih empal gentong pasti langsung menyambut. Hidangan khas ini bukan sekadar santapan enak, tapi juga menyimpan kisah panjang akulturasi budaya.
Sejarah dan Warisan Budaya
Menurut para sejarawan, empal gentong sudah dikenal sejak abad ke-15, bermula dari pengaruh pedagang Arab, India, Tiongkok, dan budaya lokal yang berpadu di Kesultanan Cirebon. Dulu, daging yang digunakan adalah kerbau, sebagai bentuk penghormatan budaya Hindu saat itu. Teknik memasaknya unik: dimasak lama dalam gentong (periuk tanah liat) memakai kayu bakar asam agar rasa benar-benar meresap. Gentong tanah liat tak hanya alat memasak, tapi juga penyumbang aroma dan tekstur khas yang sulit ditiru memakai peralatan modern.
Rasa yang Menggoda Selera
Kuah kuning kental dari santan dan rempah (seperti kunyit, ketumbar, lengkuas) berpadu daging sapi dan jeroan-usus, babat yang menghasilkan rasa seperti gurih, dan sedikit pedas. Disajikan hangat dengan taburan kucai, bawang goreng, dan sambal cabai kering, ditambah lontong atau nasi, menjadikan pengalaman santapnya semakin lengkap  .
Legenda Kuliner & Penjaga Tradisi
Salah satu warung tertua adalah Empal Gentong H. Apud, berdiri sejak 1920-an, mempertahankan resep rahasia turuntemurun dan kini hadir dengan beberapa cabang di Cirebon. Menurut pegawai Risma, 1 porsi empal gentong dihargai sekitar Rp15.000 - 25.000, tergantung cabang, dan dijual habis ribuan porsi sehari saat ramainya pengunjung.
Empal gentong bukan sekadar kuliner hangat ia adalah simbol akulturasi budaya, dari masakan keraton hingga ke warung pinggir jalan. Rasanya yang gurih, aroma rempah yang memikat, dan cara memasak diwariskan turun-temurun membuat empal gentong jadi hidangan bagi siapa pun yang ingin mengenal Cirebon lebih dalam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI