Mohon tunggu...
Ditta Atmawijaya
Ditta Atmawijaya Mohon Tunggu... Editor

Pencinta tulisan renyah nan inspiratif

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Budayakan Tumbler, Gerakan Kecil dengan Dampak Global

30 September 2025   15:31 Diperbarui: 30 September 2025   21:32 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
One planet One Love--budayakan tumber jadi standar baru kita bersama. (Foto: Dok. Pribadi)

Mungkin justru di sinilah peluang besar bagi bisnis dan pemerintah daerah untuk berkolaborasi menyediakan fasilitas isi ulang yang mudah diakses, agar membawa tumbler benar-benar menjadi kebiasaan baru bagi semua orang.

Tumbler dan SDGs

Meskipun tampak sederhana, gerakan kecil ini sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).

  • SDG 12 -- Responsible Consumption and Production: menggunakan tumbler berarti mengurangi ketergantungan pada kemasan plastik sekali pakai.
  • SDG 13 -- Climate Action: produksi, transportasi, hingga daur ulang plastik menghasilkan emisi karbon. Dengan tumbler, jejak karbon dapat ditekan.
  • SDG 14 -- Life Below Water: jutaan ton plastik mencemari laut setiap tahun. Tumbler membantu melindungi ekosistem bawah laut dari ancaman mikroplastik.
  • SDG 3 -- Good Health and Well-Being: tumbler juga mendorong kebiasaan sehat—orang lebih sering minum air putih daripada membeli minuman manis kemasan.

Dengan kata lain, satu tumbler bisa menyentuh berbagai dimensi pembangunan berkelanjutan: lingkungan, kesehatan, hingga masa depan generasi mendatang.

Cerita dari Lapangan

Saya pernah mengalami sendiri bagaimana gerakan ini bisa berjalan di tingkat komunitas. Pada masa ramainya kampanye tumbler, komunitas saya di Jakarta mengumpulkan dana patungan untuk membagikan tumbler kepada masyarakat yang sedang berolahraga di dua kawasan FCD. Tidak hanya dibagikan, kami juga menyiapkan stasiun isi ulang air minum gratis.

Responnya luar biasa. Banyak orang yang awalnya hanya menerima tumbler, kemudian jadi terbiasa membawanya kembali setiap kali berolahraga.

Dari kegiatan sederhana ini saya belajar bahwa edukasi tidak harus lewat seminar atau poster. Kadang, pengalaman langsung—diberi tumbler dan diajak menggunakannya—lebih melekat dalam ingatan.

Selain pengalaman komunitas, saya pribadi juga terbiasa membawa tumbler ke mana pun. Kadang saya memilih yang berukuran 600 ml untuk aktivitas singkat, kadang saya membawa yang 1,5 liter saat perjalanan panjang atau hari yang padat.

Kebiasaan ini membuat saya lebih tenang: selain ramah lingkungan, saya juga bisa memastikan tubuh tidak kekurangan air putih selama beraktivitas.

Dari situ saya menyadari bahwa tumbler bukan sekadar botol, tetapi pengingat kecil untuk menjaga diri sendiri sekaligus menjaga bumi.

Relevansi Hari Ini

Meski tren viralnya sudah lewat, budayakan tumbler masih sangat relevan. Gaya hidup ramah lingkungan kini semakin penting, terutama di tengah isu perubahan iklim dan meningkatnya kesadaran akan kesehatan.

Membawa tumbler bisa diintegrasikan dengan banyak gerakan lain: zero waste lifestyle, green office, hingga promosi gaya hidup sehat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun