Mohon tunggu...
Dita Utami
Dita Utami Mohon Tunggu... Administrasi - ibu rumah tangga

ibu rumah tangga yang peduli

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pembelajaran Penting dari Negeri Kecil

27 Mei 2022   10:49 Diperbarui: 27 Mei 2022   11:28 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Anda masih ingat pernyataan Presiden Joko Widodo soal imbauannya kepada keluarga TNI Polri khususnya para istri mereka ? Imbauan itu mengingatkan agar  tidak mengundang penceramah radikal untuk berbagai kegiatan termasuk pengajian yang digelar oleh mereka dengan mengatasnamakan demokrasi.

Menurut Kepala Negara, imbauan ini dalam konteks bahwa sudah saatnya dua instansi pemerintah besar dan kerap melakukan banyak tugas negara ini berbenah, dan itu dimulai dari keluarga. Kita mungkin sering membaca, beberapa tangkapan layar medsos beberapa istri TNI dan anggota Polri terlihat menulis narasi-narasi yang terkesan memecah belah sesama warga yang berbeda keyakinan. 

Mereka juga sering terlihat terlibat pada pengajian-pengajian eksklusif dengan mengundang penceramah yang berkatagori radikal. Malah ada beberapa istri TNI dan Polri yang menjadi penyebab suami mereka diskors atau masuk tahanan (meski hanya sebentar) usai sang istri memposting narasi yang mengolok-olok korban tindak terorisme. 

Mungkin kita ingat soal penusukan mantan Menkopolkam Wiranto di Jawa Barat yang berakatagori radikalisme dan terorisme namun sang istri TNI terkesan menngolok-olok kejadian itu.

Imbauan Kepala Negara  ini, apalagi disampaikan di forum resmi yang dihadiri oleh para petinggi TNI dan Polri, bukan hal sembarangan. Apa yang dikatakan Presiden tentu berdasarkan data dan fakta dan bukan asumsi semata, meski Presiden tidak menyebut nama. Kantor Sekretariat Presiden (KSP) memperkuat hal ini.

Meski pihak otoritas (Densus 88 atau Kemenkopolkam yang punya tupoksi soal ekstremisme dan terorisme) tidak mengumumkan daftar nama penceramah radikal, namun berbagai hasil  penelitian dari berbagai lembaga dan dunia akademik juga sudah sering dilakukan membuat kita paham siapa saja penceramah yang berkatagori itu.

Itu bisa kita lihat dari tayangan di televisi atau di mendia sosial termasuk youtube. Di situ banyak hal ditampilkan para penceramah itu, baik dari isi ajaran (ceramah) maupun gesture sampai cara dan isi jawaban atas pertanyaan umat yang hadir pada ceramah. Dan jika pengfajian itu bersifat eksklusif kita selalu mendapati rekaman yang tayang di Youtube yang diposting oleh perseorangan.

Karena itu empat alasan negara Singapura dalam menolak kedatangan Ustadz Abdul Somad (UAS) ke negara itu, seharusnya bisa kita mengerti. UAS sering merendahkan dan mengkafir-kafirkan umat agama lain selain agama yang dianutnya. UAS juga pernah menyatakan bahwa aksi ekstrem (bom bunuh diri) yang dilakukan para pejuang Palestina terhadap Israel adalah bentuk dari operasi martir (syahid) dan itu sah dalam agama. Isi ceramah UAS juga menginspirasi pemuda umur 17 tahun di Singapura yang akan melakukan tindakan ekstrem.

Saya pikir, standar radikal dan ekstrem bahkan teror yang dipegang oleh Singapura bukan hal yang berlebihan bagi semua negara dunia, termasuk kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun