Mohon tunggu...
Dita Utami
Dita Utami Mohon Tunggu... Administrasi - ibu rumah tangga

ibu rumah tangga yang peduli

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bermunajatlah dan Jangan Saling Hujat di Tempat Ibadah

23 Februari 2019   19:10 Diperbarui: 23 Februari 2019   19:13 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bermunajat - www.lovespellmolvi.com -- edited

Lagi, lagi dan lagi. Tempat ibadah dimanfaatkan untuk menggalang dukungan. Dulu  kita punya pengalaman, ketika pilkada DKI Jakarta, tempat ibadah seringkali menjadi tempat untuk konsolidasi, memprovokasi, dan menebar kebencian kepada salah satu pasangan calon. 

Tidak hanya sebatas ceramah ataupun khotbah, spanduk berisi ancaman bahwa jenazah tidak akan disholatkan, jika semasa hidupnya memilih paslon tertentu. Ketika itu, tentu tidak ada yang percaya. Apa iya, ada spanduk yang berisi ancaman dan dipasang di beberapa masjid di Jakarta? 

Nyatanya memang ada. Entah ini hanya rekayasa, atau sekeder membuat publik gelisah, faktanya spanduk ancaman itu banyak dipasang di masjid dan jumlahnya banyak sekali.

Jelang pemilihan presiden dan wakil presiden ini, tempat ibadah kembali marak digunakan untuk mendulang dukungan. Ajakan sholat berjamaah mendukung si A dan si B terjadi, penggalangan massa di Monas kembali terjadi, bahkan penyebaran tabloid yang mendiskreditkan pasangan calon, kembali terjadi di masjid dan pesantren. Hingga saat ini, tidak jelas apa motif dibalik semua ini. Tapi yang jelas., dengan menggunakan tempat ibadah untuk menggalang dukungan politik, jelas salah besar.

Rumah ibadah dibangun agar para pemeluk agama di Indonesia, bisa beribadah dengan khusuk dan tenang. RUmah ibadah dibangun agar setiap pemeluk agama bisa meningkatkan keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT. Rumah ibadah juga bisa digunakan untuk meningkatkan literasi tentang agama, tentang toleransi, dan persaudaraan antar sesama. Maka bermunajatlah di tempat ibadah, agar kita bisa mendapatkan berkah dan ridha dari Allah SWT.

Ironisnya, di tahun politik seperti sekarang ini, tempat ibadah justru tidak digunakan untuk bermunajat, melainkan justru digunakan untuk saling menghujat pihak-pihak yang berseberangan. Padahal, jika dilihat dari sejarahnya, masjid ataupun tempat ibadah lain yang ada di Indonesia, umumnya merupakan akulturasi perpaduan beberapa budaya. Masjid Demak misalnya. Tidak hanya jejak Islam yang melekat didalamnya, tapi juga ada jejak Hindu dan Budha. Ini artinya bahwa para pendahulu kita pun juga telah menempatkan tempat ibadah sebagai media untuk mempersatukan keragaman, bukan memecah belah keragaman. Lalu kenapa di era yang serba modern ini justru yang terjadi sebaliknya?

Mari kita padukan antara kemajuan teknologi informasi, dengan nilai-nilai kearifan lokal yang memang sudah ada sejak dulu. Jangan sampai kemajuan teknologi mengikis akar budaya kita. Jangan pula nilai toleransi diganti dengan intoleransi, karena terpengaruh oleh penyebaran kebencian dan kebohongan di dunia nyata dan maya. Tempat ibadah merupakan tempat untuk merajut persatuan dan kesetuan. Kebersamaan yang selalu dilakukan dalam melakukan ibadah, juga harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Jagalah tempat ibadah dari segala pengaruh buruk. Karena rumah ibadah merupakan tempat kita untuk bermunajat, bukan tempat untuk saling menghujat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun