Kalau bicara soal Gen Z, banyak yang langsung membayangkan generasi yang penuh ide, serba kreatif, dan nggak suka diam. Aku sendiri melihat bukti nyatanya dari temenku, namanya Quthrotun. Dia adalah Mahasiswi S1 UNU Yogyakarta Jurusan Manajemen Akuntansi. Sesuai dengan jurusannya, dia sangat suka dengan dunia bisnis.
Dia tinggal bersama orang tuanya di Lempuyangan, Yogyakarta. Dan dari rumah itu, dia memulai usahanya sendiri, sambil tetap menjalani kuliahnya.
Dia berjualan dua jenis makanan: risol mayo dan ceker mercon. Dua-duanya termasuk makanan yang disukai banyak orang, terutama anak muda. Meskipun masih dalam skala kecil, tetapi cara dia mengelola penjualannya sudah teratur.
Risol mayo adalah produk pertama yang dia jual, dimulai pada bulan Maret 2024. Sistem penjualannya dia lakukan dengan cara menitipkan ke kantin. Dia yang membuat sendiri di rumah, lalu dikemas dan dibawa kuliah lalu dititipkan di kantin kampus.
Harga dari dia ke kantin adalah Rp2.500 per buah. Karena sistemnya titip, pihak kantin boleh menentukan harga jual sendiri, biasanya dijual Rp3.000. Jadi mereka dapat untung Rp500, sedangkan dia tetap memperoleh harga pokok dari tiap risol yang terjual.
Selang beberapa bulan setelahnya,tepatnya akhir tahun 2024 dia dapat ide untuk membuat produk lagi, yaitu ceker mercon. Kalau risol mayo dititipkan ke kantin, ceker mercon dijual langsung ke pembeli dengan sistemnya open pre-order. Jadi siapa pun yang ingin beli harus memesan dulu, baru dia akan memasak dan mengirim sesuai waktu yang sudah disepakati.
Waktu ku tanya kenapa memilih jualan risol mayo dan ceker mercon, jawabannya cukup sederhana. Menurutnya, dua makanan itu gampang dibuat, tidak memerlukan peralatan khusus, dan dia sudah terbiasa memasaknya. Selain itu, dia merasa bahan-bahannya mudah didapat, modal awal tidak besar, tapi potensi keuntungannya cukup bagus.
Yang paling menarik, semua itu berawal dari iseng. Risol mayo pertama kali dia buat hanya untuk dimakan sendiri. Tapi setelah dicicipi dan ternyata enak, dia mulai bagi-bagi ke keluarga dan teman. Dari situlah muncul ide untuk berjualan. Hal yang sama juga terjadi saat dia coba bikin ceker mercon---awalnya hanya untuk konsumsi pribadi, lalu ternyata teman-temannya suka dan mulai banyak yang memesan.
Tapi tentu saja, perjalanan usahanya tidak selalu mulus.  Dia punya  cerita menarik selama usaha, ketika awal-awal dia menitipkan risol di kantin, dia sempat rugi. Waktu itu dia tidak tahu kalau hari tersebut banyak mahasiswa libur. Karena pengunjung kantin sepi, risol yang dia titipkan tidak habis terjual dan akhirnya sisa banyak. Risol yang tersisa itu dia bagikan ke teman-temannya karena sayang kalau dibuang.
Meskipun dia tidak mendapatkan keuntungan saat itu, tapi tidak patah semangat dan menjadikan pengalaman itu jadi pelajaran penting. Sejak saat itu, dia jadi lebih hati-hati. Sebelum menitip jualan dia selalu mencari tahu dulu jadwal kampus atau aktivitas mahasiswa.