Mohon tunggu...
DITA SETIAWATI
DITA SETIAWATI Mohon Tunggu... Jurnalis - tugas

hidup

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pantai Ngobaran Gunungkidul

22 April 2021   08:29 Diperbarui: 22 April 2021   08:42 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Desa Kanigoro, Kecamatan Saptosari, Kabupaten Gunungkidul, 13.15 WIB (04/15/2021)

    Oleh : Dita Setiawati

Pantai Ngobaran -- Adalah pantai yang  mengandung banyak sejarah besar dari pada pantai- pantai lainnya yang berada di Kabupaten Gunungkidul. Pantai ini terletak di Desa Kanigoro, Kecamatan Saptosari, Kabupaten Gunungkidul. Pantai berpasir putih dikelilingi oleh pura -- pura sejarah hasil peninggalan Kerajaan Majapahit. Masyarakat menjaga peninggalan-peninggalan tersebut dengan sangat baik. Setiap harinya pantai ini dibersihkan oleh masyarakat setempat guna melestarikan pura-pura yang ada di sana. Terdapat pura- pura yang tidak boleh dibersihkan oleh masyarakat karena di percayai dalam pure tersebut adalah tempat suci yang bisa membersihkan ataupun masuk kedalam hanya orang-orang tertentu saja. Pantai Ngobaran ini terkenal akan keunikan sejarah yang ada, bukan hanya itu melainkan adanya masjid yang menghadap ke selatan. Saat pandemi seperti saat ini masyarakat lebih fokus untuk memperbaiki bagian- bagian di sekitar pantai ngobaran guna untuk mempercantik pantai tersebut.

Dokpri
Dokpri
   Desa Kanigoro, Kecamatan Saptosari, Kabupaten Gunungkidul, 13.15 WIB (04/15/2021)

Nama Pantai Ngobaran yang unik ini tentu tak lepas dari cerita masalalu. Pantai ini di percayai oleh masyarakat setempat untuk menggelar suatu acara khusus hari- hari besar saja. Kemudian nama Pantai Ngobaran yang unik ini tentu tak lepas dari cerita masalalu. Kisahnya berawal dari Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Demak. Pada saat itu, Kerajaan Majapahit berada di bawah kepemimpinan Raja Prabu Brawijaya V. Suatu hari, Kerajaan Majapahit diserang oleh Kerajaan Demak yang dipimpin oleh Raden Patah, putra dari Raja Prabu Brawijaya V sendiri. Raja Prabu Brawijaya V tidak mau melawan anaknya sendiri, sehingga dia memutuskan untuk melarikan diri bersama anaknya yang lain, yaitu Bondan Kejawen. Pelariannya sampai di sebuah pantai yang sekarang kita kenal sebagai Pantai Ngobaran. Di pantai ini, sang Raja tidak menemukan jalan keluar lain. Kemudian ia memutuskan untuk melaksanakan upacara moksa atau ritual pembakaran diri. Pembakaran tersebut menghasilkan kobaran api yang sangat besar, dan dari sinilah asal-usul nama Pantai Ngobaran yang diambil dari kata 'kobaran'. Karena masyarakat masih ingin tahu kejelasan dan keaslian dari sejarah yang ada, maka masyarakat setempat melakukan penelitian, dan hasil penelitian tersebut masyarakat menemukan tulang- tulang yang diduga sebagai tulang hewan anjing dan beberapa sisa pembakaran kala itu.

Dokpri
Dokpri
  Desa Kanigoro, Kecamatan Saptosari, Kabupaten Gunungkidul, 10.21 WIB (04/15/2021)

Bagi wisatawan yang beragama Islam pun tak perlu khawatir. Pasalnya terdapat pula bangunan Masjid di depan sebuah Pura dengan ukuran 34 meter. Uniknya, bangunan Masjid ini tidak menghadap timur seperti Masjid lain, tapi menghadap ke arah selatan. Meskipun begitu, petunjuk arah kiblat tetap diberikan agar pengunjung yang ingin beribadah tidak kebingungan."Sebelum pandemi, memang masjid di pinggir Pantai Ngobaran tidak bisa di gunakan kembali. Karena selain bangunannya kecil, sehingga harus membatasi jumlah jamaahnya yang ingin beribadah dikarenakan pandemi, juga masjid tersebut kurang terrawat oleh warga sehingga membuat masjid menjadi kurang layak untuk dipergunakan sebagai tempat beribadah", kutipan salah satu pengunjung. Namun tidak perlu khawatir, dalam perjalanan dari Pantai Ngobaran menuju Pantai Nguyahan terdapat masjid besar untuk beribadah para wisatawan dan jika pengunjung merasa kelaparan maupun kehausan, di pinggir masjid terdapat pula warung makan warga, sehingga pengunjung dapat menikmati keindahan pantai dengan jajanan yang sudah ada. Namun saat pandemi, warga yang memiliki warung di sekitar pantai tidak hanya bekerja sebagai seorang pedagang, namun juga memiliki  pekerjaan lain." Saya kalau tidak memiliki pekerjaan sampingan, kebutuhan keluarga kurang. Karena pandemi ini membatasi jumlah pengunjung di Pantai Ngobaran. Memang pantai ini sepi pengunjungnya, namun sekarang dari bulan ke bulan pengunjung naik sedikit", kata  pemilik warung setempat.

 Pantai Ngobaran yang berada di sebelah barat Pantai Baron masih satu deretan dengan Pantai Ngrenehan dan Nguyahan. Jarak yang di tempuh dari Kota Yogyakarta berkisar 65 kilometer dengan waktu tempuh kira-kira 2 jam. Berbeda lagi bila Anda memulai perjalanan dari Borobudur, Magelang. Waktu tempuhnya menjadi sekitar 3 jam. Tiket masuk Pantai Ngobaran sangatlah terjangkau. Anda hanya mengeluarkan uang sebesar 5 ribu rupiah saja per orangnya. Tiket ini juga berlaku untuk wisata pantai lain di sekeliling Pantai Ngobaran. Selain itu, biaya tambahan yang dikenakan adalah parkir. Untuk sepeda motor dikenakan tarif 2 ribu rupiah, mobil 5 ribu rupiah dan bus 10 ribu rupiah. Pantai biasanya tidak memiliki jam operasional tertentu.Tapi setidaknya Anda harus bisa memperkirakan waktu sesuai keadaan lokasi.Pantai ini berada di ujung selatan Gunungkidul yang kondisi jalannya masih sepi dan minim penerangan di malam hari. Oleh karena itu, para pengunjung lebih baik datang pada jam-jam normal, yaitu pagi hingga sore hari.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun