Mohon tunggu...
Dita Widodo
Dita Widodo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha. Praktisi urban garden dari 2016-sekarang. Kompasiana sebagai media belajar dan berbagi.

1996 - 2004 Kalbe Nutritional Foods di Finance Division 2004 - 2006 Berwirausaha di Bidang Trading Stationery ( Prasasti Stationery) 2006-sekarang menjalankan usaha di bidang Travel Services, Event Organizer dan Training Consultant (Prasasti Selaras). 2011 Mulai Belajar Menulis sebagai Media Belajar & Berbagi

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Hati-hati Menyewakan Rumah

16 Mei 2015   21:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:11 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan "Sesibuk apapun jangan tinggalkan shalat" di sebuah perumahan mewah di bilangan Cibubur yang beberapa hari lalu gempar karena terjadi kasus penelantaran anak sempat mengusik tanya. Siapa yang menempel tulisan di balik pintu tersebut? Rasanya tidak mungkin orang yang mendirikan shalat akan mampu melakukan hal keji pada orang lain, terlebih darah dagingnya sendiri.

Jika agama sekadar pakaian, maka ia tidak akan cukup berarti sebagai pedoman hidup manusia. Agama apa pun itu, karena yang salah bukan agamanya, tapi manusianya tentu saja.

Belakangan setelah menyimak lebih lanjut berita seputar AD dan kedua orang tuanya, ternyata keluarga yang tinggal di perumahan cukup elit itu adalah 'kontraktor' alias pengontrak. Jadi jelas sudah. Bisa saja tulisan tersebut ditempel oleh pemilik rumah. Yang pastinya si pemilik juga tidak tahu se-error apa orang yang menyewa rumahnya itu.

Berbagi cerita soal penyewa rumah, saya jadi ingin berbagi kejadian yang menurut kami pun 'luar biasa'. Ceritanya tetangga sebelah rumah kami adalah pengontrak, dimana satu rumah dihuni oleh sepasang suami istri dimana sang suami adalah seorang pelayar. Lalu kedua orang tua ( entah dari istri atau suami, saya kurang jelas). Ditambah dengan seorang adik perempuan dan seorang pembantu rumah tangga. Keluarga muda itu baru saja dikaruniai seorang bayi.

Keluarga tersebut terbilang tertutup, dan tidak pernah membalas sapaan kami sehingga akhirnya kami pun malas berinteraksi dengan 'si cuek' tersebut. Hanya sekali suami mendatangi rumah mereka, dan itu pun karena urusan menegur mereka yang membuang sampah ke selokan. Hal yang harus tegas kami ingatkan, suka atau tidak suka. Mereka juga santai saja menerima teguran tersebut meski akhirnya dibereskan beberapa hari kemudian.

Maka ketika si pemilik rumah yang adalah teman kami memberitakan kepindahan penyewa rumah akhir April lalu, kami pun turut bersuka cita. Apa sih enaknya punya tetangga yang 'cuek bebek' dan cenderung 'masa bodoh' dengan urusan lingkungan kan? Tetangga semestinya menjadi saudara terdekat, tempat berbagi sepiring pisang goreng atau mendoan. Tempat meminta sesiung bawang putih ketika kehabisan. Tempat berbagi cerita di mana ada kesempatan. "Semoga penghuni yang baru nanti lebih baik deh ya Bu....mungkin bisa diseleksi lebih ketat sebelum masuk" ujar saya ketika mendengar curhatan pemilik rumah soal uang sewa yang masih belum dilunasi hingga kepindahan mereka.

***

"Sini deh Bu masuk....lihat sini." Encik teman saya melambaikan tangan meminta saya menginspeksi rumahnya yang beberapa hari lalu ditinggalkan pengontraknya sebelum menyelesaikan urusan pembayaran. Alasannya akan segera kembali setelah uang kiriman dari suami sampai.

Saya bergegas masuk, dan Astaghfirullah....Rumah udah kayak kapal pecah, sampah dimana-mana. Buku-buku bertaburan di lantai kotor dan rusak. Botol susu anak yang tak dicuci penuh jamur dan berbau. Dapur penuh piring kotor bertumpuk tanpa dicuci. Panci dengan sisa sayur yang membusuk. Dan berbagai barang yang berantakan di lantai, miriiiiiiiip sekali dengan kondisi rumah yang ramai dibicarakan di Cibubur itu.

Si encik sahabat saya yang terkenal tak pernah marah dan baik hati itu berujar ; "Saya sudah telepon mereka untuk membersihkan rumah hari ini juga. Saya bilang saya sudah terlalu banyak bersabar. Saya bilang aja besok sudah ada penyewa lain yang mau masuk." Wajahnya terlihat merah menaham geram.

Saya mencoba melihat buku-buku tebal apa yang dibiarkan mubazir dan rusak di lantai. Buku-buku filsafat, kitab Bible, buku manajemen.Ck ck ck..... "Dia belajar filsafat dan ilmu agama serta berbagai ilmu tapi tidak dipakai ya Bu...." Demikian komentar saya pendek sambil geleng-geleng kepala.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun