Abstrak
Estimasi effort merupakan aspek krusial dalam rekayasa perangkat lunak karena berperan dalam perencanaan sumber daya, waktu, dan biaya proyek. Dua metode populer yang banyak digunakan adalah COCOMO II (Constructive Cost Model) dan Use Case Points (UCP). Keduanya memiliki pendekatan dan karakteristik berbeda dalam memperkirakan effort pengembangan perangkat lunak. Artikel ini membandingkan kedua model dalam konteks akurasi, kompleksitas, dan kesesuaian untuk berbagai jenis proyek. Studi dilakukan melalui penerapan kedua model pada satu studi kasus proyek sistem informasi, serta analisis kelebihan dan kekurangan masing-masing pendekatan.
Pendahuluan
Salah satu tantangan terbesar dalam rekayasa perangkat lunak (RPL) adalah melakukan estimasi effort secara akurat. Estimasi effort berkaitan erat dengan alokasi tenaga kerja, durasi proyek, dan pengendalian biaya. Kesalahan dalam estimasi dapat menyebabkan proyek mengalami keterlambatan, pembengkakan anggaran, bahkan kegagalan.
Berbagai metode estimasi telah dikembangkan, dua di antaranya adalah COCOMO II dan Use Case Points. COCOMO II merupakan model estimasi berbasis empiris yang menghitung effort berdasarkan ukuran proyek (seperti SLOC atau Function Points) dan faktor-faktor penyesuaian. Di sisi lain, Use Case Points merupakan metode yang lebih modern dan cocok digunakan dalam proyek berbasis UML, dengan estimasi didasarkan pada kompleksitas use case dan aktor sistem.
Landasan Teori
1. COCOMO II
COCOMO II adalah evolusi dari model COCOMO klasik yang diperkenalkan oleh Barry Boehm. Model ini menghitung effort dalam satuan Person-Month (PM) menggunakan formula:
Effort=ASizeBM\text{Effort} = A \times \text{Size}^{B} \times M