Pendahuluan
Di tengah laju inovasi teknologi yang semakin cepat, pengembangan perangkat lunak tidak lagi sekadar berfokus pada performa dan fungsionalitas. Aspek inklusivitas menjadi elemen penting dalam memastikan bahwa perangkat lunak dapat diakses, digunakan, dan bermanfaat bagi semua kalangan, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus, berasal dari latar belakang budaya yang berbeda, atau memiliki tingkat literasi digital yang beragam. Untuk menjawab tantangan ini, pendekatan Human-Centered Design (HCD) hadir sebagai metode yang menempatkan kebutuhan, keinginan, dan keterbatasan manusia sebagai pusat dari proses desain dan rekayasa perangkat lunak.
Artikel ini membahas bagaimana prinsip HCD dapat diterapkan secara efektif dalam proses Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) guna menghasilkan sistem yang inklusif, adaptif, dan berdaya guna secara luas.
Apa Itu Human-Centered Design?
Human-Centered Design adalah pendekatan yang menekankan pada pemahaman mendalam terhadap pengguna dalam seluruh proses desain dan pengembangan. Tujuannya adalah menciptakan solusi yang relevan, mudah digunakan, dan memecahkan masalah nyata yang dihadapi pengguna.
Tiga prinsip utama dalam HCD adalah:
Empati terhadap pengguna: Memahami kebutuhan, motivasi, keterbatasan, dan konteks pengguna.
Inklusi dalam proses desain: Melibatkan berbagai jenis pengguna, termasuk mereka yang terpinggirkan.
Iterasi berkelanjutan: Mengembangkan prototipe, menguji, dan memperbaiki secara terus-menerus berdasarkan umpan balik pengguna.
Mengapa Inklusivitas Penting dalam RPL?