Mohon tunggu...
Dismas Kwirinus
Dismas Kwirinus Mohon Tunggu... Penulis - -Laetus sum laudari me abs te, a laudato viro-

Tumbuh sebagai seorang anak petani yang sederhana, aku mulai menggantungkan mimpi untuk bisa membaca buku sebanyak mungkin. Dari hobi membaca inilah, lalu tumbuh kegemaran menulis.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Karl Raimund Popper dan Rasionalisme Kritis

9 Oktober 2020   09:45 Diperbarui: 9 Oktober 2020   10:04 1762
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: flickr.com/photos/lselibrary / LSE library

Popper terlahir dengan nama Karl Raimund Popper. Dia dilahirkan pada tanggal 28 Juni 1902 di Wina, Austria. Ayahnya seorang Yahudi bernama Dr. Simon Siegmund Karl Popper. Dia seorang pengacara yang senang dengan filsafat. Minat Popper pada filsafat rupanya tumbuh dari ayahnya.

Pemikiran-pemikiran Popper dalam epistemologi mengritisi pemikiran aliran sebelumnya yaitu aliran skeptisisme, rasionalisme dan empirisme. Popper yakin bahwa manusia dapat mencapai suatu pengetahuan yang benar. Hal ini berlawanan dengan pendapat dari kaum skeptik. 

Akan tetapi manusia tidak boleh puas dengan pengetahuan yang sudah didapatnya. Pengetahuan manusia itu tidak sempurna dan bahkan dapat salah. Untuk itu manusia harus selalu mengritisi pengetahuan yang sudah didapatnya. 

Melihat kenyataan ini, Popper memunculkan teori falsifikasi dalam epistemologi dengan tujuan untuk menyempurnakan rasionalisme dan empirisme. Selanjutnya akan diuraikan di bawah ini:

Rasionalisme Kritis

Popper mengajukan paham rasionalisme kritis untuk mengritisi rasionalisme yang tidak kritis. Rasionalisme yang tidak kritis itu tidak konsisten karena tidak didukung oleh penalaran atau pengalaman. 

Menurut Popper rasionalitas dan rasionalisme perlu dikembangkan dengan banyak membaca dan berdiskusi. Hal ini sangat esensial dalam melanjutkan langkah ketika kita ingin berfilsafat dan belajar filsafat. Pandangan Popper tentang rasionalisme kritis yang dijelaskan dalam tulisan ini dapat menjadi sarana kita untuk memancing perkembangan rasio kita.

Popper sejalan dengan pemikiran Kant yang menyatakan bahwa pengetahuan itu bersifat a priori tetapi dia tidak setuju dengan pendapat Kant tentang pengetahuan yang dianggap sah secara a priori. 

Popper berpendapat bahwa suatu teori itu merupakan suatu hipotesis atau dugaan sementara kita saja. Akan tetapi kita dapat menggunakan teori itu sebagai landasan atau titik tolak untuk mencapai pengetahuan yang benar. Oleh karena itu perlunya sikap kritis dan terbuka atas teori kita. Kita harus siap mengganti teori kita yang lama dengan teori yang baru jika kita menemukan kesalahan dalam teori itu supaya teori itu semakin disempurnakan.

Telaah terhadap rasionalisme kritis yang ditujukan kepada empirisme dan skeptisisme tidak dimaksudkan untuk menimbulkan keraguan tentang peranan rasio dalam pembentukan pengetahuan melalui epistemologi. Kritik ini haruslah dipandang sebagai acuan dalam mencari solusi alternatif mengatasi kelemahan-kelemahan dalam teori sebelumnya. 

Penggunaan pancaindra yang memiliki keterbatasan harus dibantu dengan penalaran yang sempurna untuk menyempurnakan pengamatan. Metode-metode eksperimen yang dijalankan harus ditetapkan secara benar sehingga keterbatasan pengamatan manusia dapat diminimalisasikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun