Mohon tunggu...
Dani Iskandar
Dani Iskandar Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis itu berbagi pengalaman dan menginspirasi http://menulismenulislah.blogspot.co.id

Menulis itu berbagi pengalaman dan menginspirasi http://menulismenulislah.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Meraih Kemenangan di Hari Raya Idul Fitri

9 April 2024   14:17 Diperbarui: 9 April 2024   14:23 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Tahun ini, umat Islam di seluruh dunia akan berpisah dengan Ramadhan dan menyambut datangnya Hari Kemenangan yaitu Hari Raya Idul Fitri. Kita sering kali mendengar atau mengucapkan Minal Aidin Wal Faizin di saat Hari Raya Idul Fitri. Kalimat ini biasa diterjemahkan dengan 'Semoga kita termasuk orang-orang yang kembali dan semoga kita meraih kemenangan'. 

Pendiri Pusat Studi Al-Qur'an sekaligus cendekiawan muslim Prof Quraish Shihab menjelaskan, kemenangan dalam konteks Idul Fitri artinya kemenangan dari segi bahasa, berarti kemampuan mengalahkan lawan atau musuh. Menang juga bisa diartikan sukses dalam ujian. Tetapi ketika kita berkata semoga kita termasuk orang yang kembali kepada fitrah kesucian kita dan meraih kemenangan, kemenangan melawan setan. Peperangan melawan setan terus berlanjut hingga akhir usia. Kemenangan yang dicapai melawan setan, baru kemenangan sementara. 

Jika merujuk pada Al-Qur'an dengan memperhatikan ayat-ayat yang menggunakan kata 'faizin' dalam berbagai bentuknya, kita akan menemukan bahwa Al-Qur'an memaknai kemenangan itu dengan dua hal. Pertama, pengampunan dosa dan yang kedua, masuk ke dalam surga, sehingga ketika kita berkata Minal Aidin Wal Faizin yakni semoga kita termasuk orang-orang yang kembali kepada fitrah, kemudian kembali kepada Allah dengan meraih surga. Itu makna kemenangan kepada Idul Fitri, dan itulah yang sering diucapkan dalam rangka perayaan atau dalam rangka penyelesaian kita menghadapi Idul Fitri. 

Bukan seperti pemahaman orang-orang munafik yang memahami kemenangan itu dalam arti kata meraih materi sehingga Al-Qur'an mengecam mereka yang menyatakan demikian dalam Surat An-Nisa ayat 72 yang artinya "Dan sesungguhnya di antara kamu pasti ada orang yang sangat enggan (ke medan pertempuran). Lalu, jika kamu ditimpa musibah, dia berkata, "Sungguh Allah telah memberi nikmat kepadaku karena aku tidak ikut berperang bersama mereka".

Ramadhan adalah Madrasah untuk mendidik diri agar menjadi pribadi yang baik, sekolah bagi kaum beriman untuk belajar, menuntut ilmu dan mengisi ulang (recharge) keimanan sebagai media membangun karakter dan peningkatan ketakwaan kita sebagai hamba Allah swt. Di madrasah ini peserta didik (baca: orang yang beriman) digembleng, belajar banyak hal yang berhubungan dengan Allah swt (hablum minallah) dan dengan manusia (hablum minannas).

Kehidupan Dunia adalah Permainan dan Senda Gurau

Allah swt menggambarkan Kehidupan Dunia ini di dalam Al Quran sebagai Permainan dan Senda Gurau. Ada 4 ayat yang menyatakan hal tersebut yaitu Surat Al An'am ayat 32, Surat Al Ankabut ayat 64, Surat Muhammad ayat 36 dan Surat Al Hadid ayat 20. Tantangannya adalah apakah seorang manusia itu larut dalam Permainan dan Senda Gurau atau memenangkannya. Untuk memenangkan permainan itu dibutuhkan lah Ramadhan yang satu bulan itu untuk menghadapi permainan kehidupan dunia ini selama 11 bulan. Sangat disayangkan ketika umat muslim juga larut dalam permainan dan senda gurau selama ramadhan. Imam Ghazali mengatakan bahwa pada diri manusia terdapat empat sifat, tiga sifat berpotensi untuk mencelakakan manusia, satu sifat berpotensi mengantarkan manusia menuju pintu kebahagiaan. Pertama, sifat kebinatangan dengan tanda-tandanya menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan tanpa rasa malu. Kedua, sifat buas dengan tanda-tandanya banyaknya kezhaliman dan sedikit keadilan. 

Yang kuat selalu menang sedangkan yang lemah selalu kalah meskipun benar dan ketiga adalah sifat syaithaniyah yang tanda-tandanya mempertahankan hawa nafsu yang menjatuhkan martabat manusia. Jika ketiga tiga sifat ini lebih dominan atau lebih mewarnai sebuah masyarakat atau bangsa niscaya akan terjadi sebuah perubahan tatanan sosial yang sangat mengkhawatirkan. Sedangkan satu-satunya sifat yang membahagiakan adalah sifat rububiyah yang ditandai dengan keimanan, ketakwaan dan kesabaran yang telah kita bina bersama-sama sepanjang bulan Ramadhan. Orang yang dapat dengan baik mengoptimalkan sifat rububiyah di dalam jiwanya niscaya jalan hidupnya disinari oleh cahaya Al-Qur'an, prilakunya dihiasi budi pekerti yang luhur (akhlaqul karimah). Selanjutnya, ia akan menjadi insan muttaqin, insan pasca Ramadhan, yang menjadi harapan setiap orang. Insan yang dalam hari raya ini menampakkan tiga hal sebagai pakaiannya: menahan diri dari hawa nafsu, memberi ma`af dan berbuat baik pada sesama manusia dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. 

Untuk memenangkan sebuah permainan, seorang hamba Allah harus mengenali permainan apa yang sedang dimainkannya. Karena kehidupan dunia ini adalah Permainan dan Senda Gurau maka untuk memenangkannya kita harus mengenali permainan apa yang sedang kita hadapi. Setiap permainan tentu ada jenis dan tingkatannya. Dilihat dari jenisnya ada ketangkasan, perlombaan, pertandingan, kecepatan dan sebagainya, demikian pula dengan tingkatannya, kita tidak bisa tiba-tiba bermain di level 3 tanpa melalui level 1 dan 2. Kebanyakan umat muslim larut dalam permainannya, tanpa memperhatikan bahwa ada berapa tingkatan dari permainan yang dimainkannya sehingga sering kita lihat banyak yang berkeluh kesah nasibnya tidak berubah, sudahnya pendidikan rendah, minim skil, malas dan tidak mau pula sholat dan berdoa kepada Allah swt, boro-boro puasa, setiap hari alasannya sudah susah makan, ditambah lagi dengan puasa ramadhan, tidak akan ada harapan nasibnya akan berubah. 

Didalam permainan sesederhana sekalipun kita lihat, disana ada harap (doa) dan strategi seperti dalam permainan ular tangga, mereka yang doanya baik, diijabah Allah swt akan mendapat loncatan tangga permainan, bisa loncatan kecil bahkan loncatan besar, namun disisi lain, banyak juga yang terjerumus ketika sudah akan mencapai finis mendapat musibah turun ke dasar kehidupan. Demikian pula permainan ludo yang sering dimainkan saat kanak-kanak, ada harap (doa) yang dipanjatkan dari mata dadu yang keluar agar pemain bisa keluar dari rumahnya dan lari sekencang-kencangnya dan menjatuhkan lawan dan menyelesaikan permainan. Namun tantangan dalam permainan tak ayal seorang pemain jatuh bangun keluar masuk rumah dihajar oleh pemain lain dan tak sedikit yang menunggu mata dadu kemenangan didalam jalur aman tetapi kalah dengan pemain lain yang lebih beruntung mata dadu nya untuk memenangkan permainan.

Permainan-permainan semakin berkembang yang bisa kita lihat dimainkan anak-anak jaman now, ada ketangkasan, kecepatan, kekuatan, strategi dan sebagainya. Di setiap game atau permainan, pemain biasanya diberikan nyawa atau jatah bermain sebanyak 3 atau 5 yang dimainkan selama game berlangsung. Nyawa atau jatah bermain dalam game ini ibarat Iman kita dalam hidup, ia bisa naik bisa turun, maka ramadhan menjadikannya wadah untuk tetap hidup. Iman kita direcharge, diisi ulang agar didalam permainan itu nyawanya selalu full atau penuh terisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun