Mohon tunggu...
Dani Iskandar
Dani Iskandar Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis itu berbagi pengalaman dan menginspirasi http://menulismenulislah.blogspot.co.id

Menulis itu berbagi pengalaman dan menginspirasi http://menulismenulislah.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menuju Indonesia Raya

4 Agustus 2018   16:53 Diperbarui: 4 Agustus 2018   17:14 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Raya dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti Besar. Padanan katanya Akbar. Besar itu menunjukkan luas, semesta, kompleks, beragam. Lagu kebangsaan kita adalah Indonesia Raya. Cita-cita yang Raya ini telah ditulis oleh komposer bangsa ini, WR Supratman dan diperkenalkan saat Kongres Pemuda II di Batavia tanggal 28 Oktober 1928. Lagu ini menandakan kelahiran pergerakan nasionalisme seluruh nusantara yang digaungkan 90 tahun silam. Tahun 2018 ini, negara ini memasuki tahun ke-73 kemerdekaannya. Bulan Agustus ini adalah bulan yang sangat bernilai historis. Di bulan ini lah tonggak sejarah bagi Indonesia untuk membangun negara yang merdeka. Begitu besar cita-cita pendahulu kita, mewujudkan sebuah negara Indonesia Raya.

Perjuangan menuju Indonesia Raya

Kita tidak usah meragukan dan membahas bagaimana perjuangan para founding fathers dan pejuang kita dalam merebut kemerdekaan. Dan kita tidak perlu meragukan bagaimana negeri ini dibangun oleh para pendahulu kita sejak kemerdekaan hingga berdiri kokoh saat ini. Lika liku telah kita hadapi. Sampai dengan lepasnya Timor Timur saat itu, semua adalah proses yang harus dilalui bangsa ini hingga tegak berdiri kokoh sebagai sebuah negara berdaulat saat ini.

Tantangan berat ke depan adalah bagaimana mewujudkan Indonesia Raya seperti yang tertuang dalam lagu kebangsaan itu, Indonesia Bersatu. Bersatu dalam keragaman. Beragam pulau, suku, agama, adat istiadat dan pola pikir. Perbedaan yang ada harus dipersatukan. Mengangkat isu perbedaan sama saja memecahbelah Indonesia yang jelas-jelas beragam.

Tantangan ke depan tidak hanya datang dari pihak luar, namun juga besar dan berpotensi dari dalam. Kesalahpahaman dalam menafsirkan kondisi yang ada, atau keinginan untuk menguasai sebagian atau memerdekakan diri menjadi tantangan besar untuk mewujudkan Indonesia Raya.

Indonesia di abad milenial ini cukup diperhitungkan dunia. Disegani di daerah kawasan. Banyak pakar lahir disini. Banyak temuan berasal dari Indonesia. Indikator-indikator makro sosial-ekonomi menunjukkan Indonesia menuju sebuah negara maju. Semua tak lain karena kekuatan Pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia. Pembangunan terjadi di seluruh sektor ekonomi. Terjadi peningkatan kualitas SDM. Kedaulatan negeri ini pun ditunjukkan oleh kemampuan Pemerintah mengambilalih apa yang sejatinya milik kedaulatan negara Indonesia Raya. Kapal pencuri ikan ditenggelamkan, Freeport diambilalih yang terakhir adalah Blok Rokan. Semua demi kita, demi Indonesia Raya. Bangunlah jiwanya. Bangunlah badannya. Untuk Indonesia Raya. Hiduplah Indonesia Raya.


Dampak Kemajuan sebuah Negara

Tak heran bila sebuah bangsa menjadi maju maka dibutuhkan percepatan disana sini. Infrastruktur, SDM berkualitas, manufaktur, software dan teknologi. Otomatis percepatan ini berdampak pada lingkungan yang menyertainya. Daerah-daerah, orang-orang, lingkungan yang tidak dapat mengikuti atau beradaptasi dengan kecepatan perubahan itu pun akan tergilas. Semua harus beradaptasi, semua harus mengikuti perubahannya. 

Dampak lainnya adalah meningkatnya kebutuhan yang menyebabkan meningkatnya harga-harga. Kebutuhan akan sandang pangan papan dan saat ini teknologi juga menjadi tinggi. Hidup bukan lagi untuk makan, tetapi makan yang berkualitas, memiliki taste, rasa dan nuansa. 

Di ruang-ruang terbuka dituntut adanya fasilitas wifi internet gratis. Petunjuk-petunjuk arah. Lokasi wisata dimana, pasar, tol, spbu, dermaga, bandara semua tersajikan dengan satu kali klik. Kebutuhan menuntut pelayanan yang tinggi, pelayanan yang tinggi menuntut ongkos produksi yang tinggi. Sehingga menimbulkan harga-harga yang tinggi. Makan seporsi sarapan nasi uduk di pinggir jalan tidak bisa lagi hanya 5.000 rupiah, ketika sarapan yang sama disajikan disebuah cafe menjadi 15.000 sampai 25.000 rupiah. 

Mahal menjadi relatif. Banyak yang nyaman dengan harga yang dirasakan tinggi oleh sebagian yang lain. Karena rasa yang enak dan suasana tempat makan yang nyaman. Akibatnya UMR (Upah Minimum Regional) apakah itu propinsi, kabupaten atau kota pun terus meningkat sesuai kebutuhan hidup dan tuntutan zaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun