Mohon tunggu...
Diana Santi
Diana Santi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Menulis adalah Refreshing

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Belajar Toleransi dari Film PK

9 Januari 2015   18:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:29 1429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Setelah sekian lama tidak nonton film di bioskop, akhirnya karena bujukan sahabat maka saya pun merelakan lima puluh ribu rupiah untuk beli tiket. Dan film yang ditonton bukan sembarang film. Ini fim produksi Bollywood alias film India. Saya ingat terakhir kali nonton film ini ya nonton film nya Sahruk Khan yang judulnya : My Name is Khan.  Saat antri beli tiket sudah terlihat gejala akan penuhnya kursi dalam studio XXI itu. Salah satu penyebabnya karena di Jakarta film ini hanya diputar di tiga bioskop. Profil penonton sangat jelas. Mereka adalah orang kota yang sudah biasa nonton film bioskop.

Lalu, apa menariknya film india yang berjudul PK ini?

Sejak awal layar dibuka, teknik pengambilan film ini kelihatan buaaaguuuuusssss. View yang terpampang pada big screen studio itu begitu memukau. Kagum saya melihatnya. Industri film Bollywood semakin cetar membahana! Ck..ck.. ck..  Itu baru soal view.

Nah, isi cerita dalam film itu yang luar biasa berbobot. Film garapan Rajkumar Hirani itu berawal dari turunnya seorang laki-laki tanpa busana dari sebuah pesawat semacam UFO. Tampang laki-laki itu sangat innocent. Matanya melotot dan jarang berkedip. Dia mengenakan sebuah kalung dengan liontin Batu yang ukurannya relatif besar untuk ukuran liontin kalung pada umumnya. Setelah memijak bumi India, dia segera mengusap batu liontin di dadanya untuk memberi kode bahwa pesawat yang mengantarnya boleh meninggalkannya. Lalu, dia berjalan di padang gurun India , sendirian, tanpa sehelai benang pun (tentu saja penampakannya dalam film  tak ada pornografinya meski laki-laki itu telanjang, hehe..)

Pertemuannya dengan seorang pencuri batu liontin di dadanya membuat film ini bergulir dengan sangat mengagumkan. Bagaimana tidak, tanpa batu liontin di dadanya yang selalu disebutnya sebagai Remote Control yang memungkinkan dia memberi sinyal kepada komunitasnya di luar angkasa maka dia menjadi orang yang sesat, tak ada komunitas, tak dapat berkomunikasi seperti manusia dibumi, dan tak dapat kembali ke alam nya. Inilah yang kemudian menjadi inti cerita film ini.

Proses pencarian Remote control yang hilang merupakan petualangan mencari Tuhan karena setiap orang yang ditemuinya selalu menjawab " hanya Tuhan yang tahu dimana remote control itu" atau " mana saya tahu dimana remote control itu..? coba tanya Tuhan"  . Dengan keluguannya , dia mulai mencari siapa dan dimana sebenarnya Tuhan itu. Tuhan yang dianggapnya telah menyembunyikan remote controlnya. Dia blusukan ke Kuil dan mengikuti ritual khas Hindu. Meski sarat pesan moral, film nya lucunya pol! contohnya saat dia hendak membeli dupa untuk sesembahan di Kuil, dia bertanya mengapa harga sesajen itu berbed beda, apakah hatga Tuhan itu berbeda? Hahahaaaa... Saat dia di dalam Kuil , dia ikut berebut minta kepada pemimpin upacara agama itu supaya remotenya dikembalikan sampai akhirnya dia diusir dan ditangkap polisi. . Saat ditanya nama, laki-laki ini tak dapat menyebutkan. Maka Polisi memeriksa dompetnya dan menemukan sebuah kartu nama. Polisi menyimpulkan  berdasarkan nama yang ada dalam kartu nama itu, laki-laki lugu ini  adalah orang Kristen sehingga diarahkan untuk ke Gereja kalau hendak mencari Tuhan. Masih memakai dupa Hindu , dia pun ke Gereja. Di Gereja dia melemparkan Kelapa dalam paket sesajen Hindu ke arah patung Yesus Kristus yang ada di depan altar. Lagi-lagi dia membuat rusuh dan dianggap menghina Tuhan. Salah seorang Jemaatpun menasihatinya dengan berkata: "Tuhan telah mati bagi dosa-dosaMU". Sontak laki-laki yang akhirnya dijuluki sebagai pemabok alias PK itu pun terkejut. " Kapan Tuhan mati? bagaimana dengan remote control-ku?" Jemaat menjawab : " Tuhan telah mati 2000 tahun lalu"  . PK tambah heran dan putus asa karena Tuhan telah mati.  Saat keluar dari Gereja , dia memperhatikan sekilas ibadah Perjamuan Tuhan dalam Gereja yang menggunakan anggur sebagai lambang. PK lalu berpikir " O... Tuhan telah bosan minum air kelapa, jadi sekarang Tuhan menyukai anggur!" Hahahaahaaa...

PK menganggap bahwa Tuhan tidak konsisten. Dia cuma ingin mendapatkan kembali remote controlnya, tetapi cara mencarinya itu yang membuat bingung. Siapakah Tuhan itu yang dianggap telah menyembunyikan barang berharga yang dicarinya.  PK bingung karena perbedaan agama-agama dalam menerjemahankan Tuhan. PK menganggap bahwa pemuka agama adalah Manajer-nya Tuhan. Tuhan adalah CEO sebuah Perusahaan.  PK putus asa dan menangis. Dalam tangisnya dia berdoa" Tuhan, tolong katakan dimana sebenarnya Engkau berada. Manajer-manajerMU mengajarkan hal yang berbeda. Manajer mana yang benar, Tuhan? Manajer satu mengatakan kalau masuk rumah ibadah harus lepas sandal, tetapi Manajer lain sepatupun boleh dipakai. Manajer yang satu mengajarkan untuk melipat tangan saat berdoa, yang lain mengajar berlutut. Aku bingung , Tuhan. Meskipun begitu, aku tetap akan melakukan ajaran semua ManajerMU". Maka PK pun beribadah dengan car berpindah -pindah ke semua rumah ibadah.... Hihi.. lucu!

Dalam film ini, PK juga mengkritisi penggunaan simbol pakaian dari masing-masing agama yang sering digunakan untuk memberi cap kepada orang yang mengenakannya. Ditampilkan 5 orang yang memakai pakaian keagamaan dari 5 agama. PK meminta Pemimpin Hindu untuk  menebak, agama apa yang dianut oleh orang-orang itu. Dan jawaban Pemimpin Hindu pasti juga adalah jawaban dari kebanyakan kita. Namun, jawabannya salah besar!.  Agama mereka bukan seperti pakaian simbolis yang mereka kenakan. Orang Kristen memakai baju ikrom,  Orang Muslim memakai baju Pendeta Khatolik, dan Orang Hindu memakai Hijab. Waaaawww....!

Pemimpin Agama juga ikut dikritik oleh film ini. Menurut Pk, banyak pemimpin agama yang memberi solusi yang kurang masuk logika kepada umat yang sedang kesusahan. Pemimpin agama juga sering berlindung dibalik kalimat : " saya mendengar sendiri perintah ini dari Tuhan" . Pemimpin agama dalam film ini juga digambarkan telah memberi stigma negatif pada pemeluk agama lain dan setelah dibuktikan ternyata stigma itu salah total.

Hmm..  Saya tercengang dan menyadari betapa selama ini kita terjebak dengan simbol-simbol  dan cap Agama. Bangsa kita yang terdiri dari bermacam-macam suku dan agama seringkali justru saling mencurigai satu sama lain. Bangsa kita yang beraneka ragam ini sangat rentan diterpa isue soal suku dan agama. Film PK ini menunjukkan bahwa kasih kepada sesama itu sangat penting dijunjung tinggi dalam masyarakat yang plural. Pemimpin agama seyogyanya menjadi penyejuk umat, bukan malah memprovokasi dan menggiring umat untuk punya pemahaman yang keliru tentang agama lain.

Oiya satu lagi yang keren dalam film ini, saat Pemimpin agama itu berkata bahwa umatnya harus membela Tuhan dan agamanya. Ajaran ini  langsung ditanggapi oleh PK dengan kalimat  : " Apakah kamu manusia yang diciptakan oleh  Tuhan mau membela Tuhan yang menciptakan kamu dan seisi jagad ini? Apakah Tuhan tak sanggup membela diriNya sendiri? Tuhan tak butuh dibela. Apalagi oleh manusia yang lemah seperti kita. Tuhan Maha Kuasa dan sanggup membela diriNya sendiri"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun