Mohon tunggu...
Eddyson Roga
Eddyson Roga Mohon Tunggu... -

simple, enjoyable..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pahami Diriku “Setidaknya” Lebih Dalam

8 November 2013   08:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:27 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

”Dari lembaran-lembaran kusam yang sudah layak untuk di bakar tetapi masih memiliki sisi positif untuk di telusuri lebih dalam makna rahasia dari lembaran-lembaran kusam itu, aku mengalir dan mengikuti setiap arah dan petunjuk yang di percayakan. Jika saja lembaran-lembaran kusam itu bisa dengan sendirinya berbicara dan semua orang bisa memahami bahwa isi yang sebenarnya adalah cerminan diri dalam tempo tidak singkat, tetapi tetap di pertahankan untuk terus-menerus di simpan selagi napas masih berhembus, pasti suatu saat akan menjadi sebuah kumpulan cerita indah.”

Lembaran demi lembaran kusam yang telah lama aku tinggalkan di tempat terdalam yang sekalipun sesama manusia tidak bisa melihat, kini aku buka kembali dan bertahan untuk kesekian kalinya dalam memori yang sudah berjalan dari waktu ke waktu. Ini tidak mudah untuk di buka dan di ceritakan. Hanya ada rasa penyesalan yang berkelanjutan dan mendarah daging seumur hidupku. Sebuah batu sandungan yang tinggi dan keras untuk di pecahkan dalam waktu yang singkat, sehebat apapun manusia yang memberikan penglihatan dan penguatan kepada diriku itu tidak akan pernah cukup untuk dengan mudahnya aku memahami dan merasa puas dengan apa yang mereka katakan.

Akupun tidak pernah memahami, Apa?rencana Tuhan dalam hidupku dari detik kelahiranku dulu sampai dengan detik kematianku nanti. Aku baru saja menjalani setengah anak tangga dari seharusnya, dan pada saat-saat itu aku sudah banyak mendapatkan dan mempelajari apa yang seharusnya diriku perbuat untuk diriku dan Tuhan yang menciptakanku. Aku mengalami masa-masa kegelapan dan kepiluan yang tidak bisa kudaraskan dengan kata-kata semata. Lebih jauh cobaan itu semakin mendekat dan besar mendera seperti ombak yang membelah pantai di kala pasang surut air laut. Terkadang aku merasa nyaman dengan kehidupanku yang sekarang tetapi terkadang aku merasa bersalah dengan kehidupanku sendiri, aku bingung harus menjalani yang memilih jalan mana yang seharusnya aku pakai untuk terus naik ke atas sampai pada ujung anak tangga.

-------------------------------------------------------------------------------------------------

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun