Mendidik dan mengasuh anak untuk mencapai kedewasaannya merupakan tugas yang sulit. Adapun yang terlibat di dalam proses tersebut pada umumnya adalah orang tua, kerabat atau keluarga juga lembaga pendidikan dan masyarakat di sekitar anak.
Orang tua dalam hal ini tentunya menjadi yang pertama dan paling utama. Orang tua memiliki tanggung jawab dan kewenangan yang sangat besar dalam upaya pengasuhan dan pendidikan anak. Tidak bisa dipungkiri, bahkan berkat orangtualah karakter dan jati diri anak terbentuk.
Kemudian yang kedua terlibat ada kerabat atau keluarga. Tentu saja interaksi yang intens bagi anak setelah orang tua adalah mereka.
Baru kemudian yang ketiga adalah lembaga pendidikan, dimana guru termasuk di dalamnya.
Dan yang terakhir adalah masyarakat dalam komunitas yang anak tinggali.
Di mana pun posisinya, ternyata setiap kita tampaknya memiliki satu atau lebih peran dengan tanggungjawab yang sama terkait pendidikan anak ini. Jika semua saling memahami dan membantu mungkin hal tersebut akan sangat melegakan.
Pendidikan dan pengasuhan yang dilakukan oleh orang tua ini, selanjutnya disebut sebagai parenting. Dalam parenting, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, di antaranya:
- Orang tua (suami-istri) adalah dwitunggal. Artinya tanggung jawab dan kewenangan bukan lagi dibagi dan dikerjakan masing-masing. Tapi sebaliknya menjadi milik bersama.
- Orang tua membantu anak-anak untuk belajar. Tujuannya ialah untuk membantu proses belajarnya bukan malah menghindarkannya dari kesulitan.
- Pola pengasuhan vertikal atau penjajahan perlu dihindari karena dengan pola tersebut anak akan merasa dihambat. Saat ini diperlukan pola pengasuhan-pendidikan atau parenting dalam struktur yang horizontal atau sejajar yaitu diperlakukan sama.
- Buat anak menjadi pribadi yang andal. Berikan fasilitas yang diperlukan untuk belajar menghadapi situasi bukan sebaliknya.
- Berperan sesuai kebutuhan anak. Jika anak perlu contoh dan teladan maka berikanlah contoh. Jika anak perlu rekan, maka bekerjasamalah. Jika anak perlu masukan jadilah konsultan bagi mereka bukan menjadi komandan. Selain itu, hal ini akan menjadi pembelajaran bagi orang tua untuk memahami anak sebagai dirinya yang utuh. Perlakukan anak agar merasa dipahami sehingga anak pun akan mampu memahami dirinya sendiri.
- Berbesarhatilah untuk meminta maaf kepada anak jika melakukan kesalahan. Buat anak tahu dimana meminta maaf bukan berarti kalah. Meminta maaf adalah sikap yang perlu diamalkan. Minta maaf akan membuat orang lain merasa lepas dan lega dari beban amarah.
- Jauhkan dari strategi kekanakan. Salah satu contohnya konsep "adu-menang" seperti "enak-tidak enak" "perlu-tidak perlu" dan lain sebagainya. Hal ini jika dibiarkan akan membuat anak menjadi tampak suka memaksa dan tidak mau mengerti situasi atau kepentingan orang tua.