Mohon tunggu...
Desta ralianti
Desta ralianti Mohon Tunggu... Koki - Saya suka nonton film

film apapun yg penting bagus saya suka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penerapan Kurikulum 2013 di SMAK Kolase Santo Yusuf

3 Desember 2019   22:11 Diperbarui: 3 Desember 2019   22:09 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

               Oleh karena itu, kurikulum  merupakan modal dasar bagi peserta didik dalam mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan sehingga peserta didik mampu mengikuti pengalaman-pengalaman yang direncanakan dan diprogramkan (George Willis, 1999:9). Lalu kurikulum dirancang atau diprogram dengan sejumlah mata pelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum yang dirancang dilaksanakan sesuai dengan aktivitas pendidikan yang dijadikan sebagai pedoman pembelajaran. Melalui pengembangan  kurikulum maka dapat mengembangkan kognitif afektif serta psikomotorik peserta didik. Adapun yang termasuk dalam kurikulum itu adalah materi, isi, bahan yang dapat dijadikan sebagai aturan-aturan dalam mengikuti program pembelajaran (Rene Overly, 2003:23).

               McDonald dan Leeper (1965:6) mendefinisikan bahwa yang termasuk kegiatan kurikulum adalah memproduksi rencana kegiatan, sedangkan pembelajaran adalah kegiatan pelaksanaan rencana tersebut. Jadi, perencanaan kurikulum mendahului proses pembelajaran. Ahli lain, Popham dan Baker (1970:48) mengusulkan bahwa kurikulum adalah tujuan akhir dari program pembelajaran yang direncanakan oleh sekolah, sedangkan pembelajaran adalah cara mencapai tujuan tersebut. Dalam merancang kurikulum, para perencana akan menyatakan tujuan akhir dalam bentuk yang operasional sebagai perilaku yang dapat diamati dan diukur, yang dapat diperlihatkan oleh siswa setelah menjalani program pembelajaran. Dengan menggunakan definisi Popham dan Baker ini maka banyak profesional bidang pendidikan yang berpendapat bahwa tujuan kurikulum yang dinyatakan dalam bentuk yang operasional itu adalah tujuan instruksional, atau tujuan pembelajaran.

               Kurikulum pendidikan di Indonesia sering mengalami pergantian. Dari mulai orde lama, orde baru, sampai reformasi. Kurikulum 2013 merupakan serentetan rangkaian penyempurnaan terhadap kurikulum yang telah dirintis tahun 2004 yang berbasis kompetensi lalu diteruskan dengan kurikulum 2006 (KTSP). Kurikulum 2013 dibuat seiring dengan kemerosotan karakter bangsa Indonesia pada akhir-akhir ini. Korupsi, penyalahgunaan obat terlarang, pembunuhan, kekerasan, premanisme, dan lain-lain adalah kejadian yang menunjukkan kualitas pendidikan dan sumber daya manusia yang rendah serta rapuhnya fondasi moral dan spiritual kehidupan bangsa (Mulyasa, 2013:14). Selain itu, penyebab perlunya mengembangkan kurikulum 2013 adalah beberapa hasil dari riset internasional yang dilakukan oleh Global Institute dan Programme for International Student Assessment (PISA) merujuk pada suatu simpulan bahwa prestasi peserta didik Indonesia tertinggal dan terbelakang (Mulyasa, 2013: 60).

               Dalam konteks ini, kurikulum 2013 berusaha untuk lebih menanamkan nilai-nilai yang tercermin pada sikap dan berbanding lurus dengan keterampilan yang  diperoleh peserta didik melalui pengetahuan dalam pendidikan formal. Dengan kata lain, antara soft skills dan hard skills tertanam secara seimbang, berdampingan, dan mampu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya, kurikulum 2013, harapannya peserta didik dapat memiliki kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang meningkat dan berkembang sesuai jenjang pendidikan yang telah ditempuhnya sehingga akan dapat berpengaruh menentukan kesuksesan dalam kehidupan selanjutnya (Fadhilah, 2013:14).

               Tujuan dari pengembangan kurikulum 2013 menurut Kemendikbud adalah (Permendikbud No. 69 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah) adalah mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Adapun ciri kurikulum 2013 yang paling mendasar ialah menuntut kemampuan guru dalam berpengetahuan dan mencari tahu pengetahuan sebanyak-banyaknya karena siswa zaman sekarang telah mudah mencari informasi. Sedangkan untuk siswa lebih didorong untuk memiliki tanggung jawab kepada lingkungan, kemampuan interpersonal, antarpersonal, maupun memiliki kemampuan bersikap kritis.

               Menurut Mulyasa (2013:14) bahwa kurikulum  2013 mendapat sorotan dari berbagai pihak, salah satunya dari segi persiapan dan kurang optimalnya sosialisasi kepada seluruh pelaksana dilapangan sehingga membuat para guru masih banyak yang kebingungan dengan kurikulum 2013, sehingga pada kenyataan yang terjadi tidak sesuai dengan tujuan dari kurikulum 2013 itu sendiri, pertama, guru tidak siap mengajarkan kurikulum ini. Persoalan guru dirasakan krusial karena apabila guru tidak siap mengimplementasikan kurikulum baru, maka kurikulum sebaik apapun tidak akan membawa perubahan apapun pada dunia pendidikan nasional. Kedua, infrastruktur kurikulum belum tersedia sepenuhnya. Belum tersedianya buku paket untuk murid maupun pegangan guru. Masalah lainnya adalah minimnya kesiapan guru dalam menerapkan kurikulum ini karena banyak guru yang belum mendapat pelatihan. Kualitas belajar mengajar di sekolah dikhawatirkan semakin rendah, karena guru tidak menguasai materi kurikulum 2013 sepenuhnya.

               Berdasarkan uraian diatas merupakan upaya untuk mengetahui kesulitan dan apa yang ditemui guru terhadap pelaksanaan kurikukulum 2013 yang telah diterapkan di seluruh Indonesia pada tahun 2013 lalu. Melihat kondisi pendidikan yang masih baru dalam penerapan kurikulum 2013 , maka tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui penerapan kurikulum 2013 di SMAK Kolase Santo Yusup.

METODE PENELITIAN

               Ditinjau dari tempat penelitiannya, maka penelitian ini termasuk penelitian lapangan, karena dalam penelitian ini penulis langsung terjun dalam latar obyek yang diteliti, adapun penelitian ini dilaksanakan di salah satu sekolah menengah atas yang berada di Jalan Simpang Borobudur Nomor 1, Mojolangu, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur 65142  yaitu SMAK Kolase Santo Yusup. Dan dilihat dari karakteristik penelitian yang akan dilakukan, maka  penelitian ini termasuk penelitian kualitatif karena sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif. Dalam pandangan penelitian kualitatif, gejala yang timbul dari fokus masalah bersifat holistik. Penelitian kualitatif bersifat holistik (menyeluruh, tidak dapat dipisah-pisahkan), yang mengakibatkan penelitian kualitatif tidak dapat menetapkan penelitiannya hanya berdasarkan variabel penelitian, tetapi keseluruhan situasi sosial yang diteliti yang meliputi aspek tempat (place), perilaku (actor), dan aktifitas yang berinteraksi secara sinergi (Sugiyono, 2011 :207), sehingga penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis ancangan deskriptif.

               Bogdan dan Tylor mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati (Lexy J. Moleong, 2010: 4) atau juga dapat diartikan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterprestasi obyek sesuai dengan apa adanya (Sukardi, 2007:157). Metode kualitatif deskriptif menyesuaikan pendapat antara peneliti dengan informan. Pemilihan metode ini dilakukan karena analisisnya tidak bisa dalam bentuk angka dan peneliti lebih mendeskripsikan melalui data dari informan. Sumber data utama dalam penelitian ialah kata-kata, tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain (Lexy J. Moleong, 2010: 4). Data yang telah didapat dari proses wawancara disajikan dengan bentuk deskripsi dengan menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti.

               Sumber data dalam penelitian kualitatif dinamakan 'narasumber, atau partisipan, atau informan' (Sugiyono, 2011: 216). Sumber data dalam penelitian ini melalui Waka Kurikulum SMAK Kolase Santo Yusup yang bernama Ibu Lidya, M.Pd. dengan melakukan teknik wawancara. Teknik yang dapat diartikan percakapan yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Lexy J. Meleong, 2010: 186). Melalui wawancara inilah peneliti menggali data, informasi, dan kerangka keterangan dari subyek penelitian. Teknik wawancara yang dilakukan adalah wawancara bebas terpimpin, artinya pertanyaan yang dilontarkan tidak terpaku pada pedoman wawancara dan dapat diperdalam maupun dikembangkan sesuai dengan situasi dan kondisi lapangan dan juga menggunakan wawancara semiterstruktur (semistructure interview) yang termasuk dalam kategori wawancara secara mendalam (in depth interview).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
  21. 21
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun