Mohon tunggu...
Desta ralianti
Desta ralianti Mohon Tunggu... Koki - Saya suka nonton film

film apapun yg penting bagus saya suka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penerapan Kurikulum 2013 di SMAK Kolase Santo Yusuf

3 Desember 2019   22:11 Diperbarui: 3 Desember 2019   22:09 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

PENERAPAN KURIKULUM 2013 DI SMAK KOLASE SANTO YUSUP

Destanika Dhiffa Ralianti

Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang,

Jl.Semarang No.5,  Malang, Jawa Timur, Indonesia 65145

E-mail:destanikadhiffaralianti@gmail.com

 

Abstrak: Studi ini bertujuan untuk mengetahui penerapan kurikulum 2013 di SMAK Kolase Santo Yusup. Metode yang digunakan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik nontes yang digunakan berupa wawancara. Hasil dari studi ini secara terperinci menunjukkan implementasi kurikulum 2013 di SMAK Kolase Santo Yusup dengan menerapkan sistem SKS (Sistem Kredit Semester) yang dilaksanakan pada tahun 2015 dan beralih kepada sistem paket disebabkan banyak hambatan dalam  proses penerapannya.

 

Kata kunci : kurikulum 2013; sistem SKS (Sistem Kredit Semester);sistem paket

PENDAHULUAN

               Pendidikan adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan pengetahuaan umum seseorang termasuk di dalam peningkatan penguasaan teori dan keterampilan, memutuskan dan mencari solusi atas persoalan-persoalan yang menyangkut kegiatan di dalam mencapai tujuannya, baik itu persoalan dalam dunia pendidikan ataupun kehidupan sehari-hari (Heidjrachman dan Husnah, 1997:77). Oleh karenanya, pengelolaan pendidikan harus berorientasi kepada bagaimana menciptakan perubahan yang lebih baik. Pada pendidikan formal bahwa tujuan dan program pendidikan tertuang di dalam kurikulum, bahkan program itulah yang mencerminkan arah dan tujuan yang diinginkan dalam proses pendidikan (Arifin, 1994:84).

               Oleh karena itu, kurikulum  merupakan modal dasar bagi peserta didik dalam mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan sehingga peserta didik mampu mengikuti pengalaman-pengalaman yang direncanakan dan diprogramkan (George Willis, 1999:9). Lalu kurikulum dirancang atau diprogram dengan sejumlah mata pelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum yang dirancang dilaksanakan sesuai dengan aktivitas pendidikan yang dijadikan sebagai pedoman pembelajaran. Melalui pengembangan  kurikulum maka dapat mengembangkan kognitif afektif serta psikomotorik peserta didik. Adapun yang termasuk dalam kurikulum itu adalah materi, isi, bahan yang dapat dijadikan sebagai aturan-aturan dalam mengikuti program pembelajaran (Rene Overly, 2003:23).

               McDonald dan Leeper (1965:6) mendefinisikan bahwa yang termasuk kegiatan kurikulum adalah memproduksi rencana kegiatan, sedangkan pembelajaran adalah kegiatan pelaksanaan rencana tersebut. Jadi, perencanaan kurikulum mendahului proses pembelajaran. Ahli lain, Popham dan Baker (1970:48) mengusulkan bahwa kurikulum adalah tujuan akhir dari program pembelajaran yang direncanakan oleh sekolah, sedangkan pembelajaran adalah cara mencapai tujuan tersebut. Dalam merancang kurikulum, para perencana akan menyatakan tujuan akhir dalam bentuk yang operasional sebagai perilaku yang dapat diamati dan diukur, yang dapat diperlihatkan oleh siswa setelah menjalani program pembelajaran. Dengan menggunakan definisi Popham dan Baker ini maka banyak profesional bidang pendidikan yang berpendapat bahwa tujuan kurikulum yang dinyatakan dalam bentuk yang operasional itu adalah tujuan instruksional, atau tujuan pembelajaran.

               Kurikulum pendidikan di Indonesia sering mengalami pergantian. Dari mulai orde lama, orde baru, sampai reformasi. Kurikulum 2013 merupakan serentetan rangkaian penyempurnaan terhadap kurikulum yang telah dirintis tahun 2004 yang berbasis kompetensi lalu diteruskan dengan kurikulum 2006 (KTSP). Kurikulum 2013 dibuat seiring dengan kemerosotan karakter bangsa Indonesia pada akhir-akhir ini. Korupsi, penyalahgunaan obat terlarang, pembunuhan, kekerasan, premanisme, dan lain-lain adalah kejadian yang menunjukkan kualitas pendidikan dan sumber daya manusia yang rendah serta rapuhnya fondasi moral dan spiritual kehidupan bangsa (Mulyasa, 2013:14). Selain itu, penyebab perlunya mengembangkan kurikulum 2013 adalah beberapa hasil dari riset internasional yang dilakukan oleh Global Institute dan Programme for International Student Assessment (PISA) merujuk pada suatu simpulan bahwa prestasi peserta didik Indonesia tertinggal dan terbelakang (Mulyasa, 2013: 60).

               Dalam konteks ini, kurikulum 2013 berusaha untuk lebih menanamkan nilai-nilai yang tercermin pada sikap dan berbanding lurus dengan keterampilan yang  diperoleh peserta didik melalui pengetahuan dalam pendidikan formal. Dengan kata lain, antara soft skills dan hard skills tertanam secara seimbang, berdampingan, dan mampu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya, kurikulum 2013, harapannya peserta didik dapat memiliki kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang meningkat dan berkembang sesuai jenjang pendidikan yang telah ditempuhnya sehingga akan dapat berpengaruh menentukan kesuksesan dalam kehidupan selanjutnya (Fadhilah, 2013:14).

               Tujuan dari pengembangan kurikulum 2013 menurut Kemendikbud adalah (Permendikbud No. 69 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah) adalah mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Adapun ciri kurikulum 2013 yang paling mendasar ialah menuntut kemampuan guru dalam berpengetahuan dan mencari tahu pengetahuan sebanyak-banyaknya karena siswa zaman sekarang telah mudah mencari informasi. Sedangkan untuk siswa lebih didorong untuk memiliki tanggung jawab kepada lingkungan, kemampuan interpersonal, antarpersonal, maupun memiliki kemampuan bersikap kritis.

               Menurut Mulyasa (2013:14) bahwa kurikulum  2013 mendapat sorotan dari berbagai pihak, salah satunya dari segi persiapan dan kurang optimalnya sosialisasi kepada seluruh pelaksana dilapangan sehingga membuat para guru masih banyak yang kebingungan dengan kurikulum 2013, sehingga pada kenyataan yang terjadi tidak sesuai dengan tujuan dari kurikulum 2013 itu sendiri, pertama, guru tidak siap mengajarkan kurikulum ini. Persoalan guru dirasakan krusial karena apabila guru tidak siap mengimplementasikan kurikulum baru, maka kurikulum sebaik apapun tidak akan membawa perubahan apapun pada dunia pendidikan nasional. Kedua, infrastruktur kurikulum belum tersedia sepenuhnya. Belum tersedianya buku paket untuk murid maupun pegangan guru. Masalah lainnya adalah minimnya kesiapan guru dalam menerapkan kurikulum ini karena banyak guru yang belum mendapat pelatihan. Kualitas belajar mengajar di sekolah dikhawatirkan semakin rendah, karena guru tidak menguasai materi kurikulum 2013 sepenuhnya.

               Berdasarkan uraian diatas merupakan upaya untuk mengetahui kesulitan dan apa yang ditemui guru terhadap pelaksanaan kurikukulum 2013 yang telah diterapkan di seluruh Indonesia pada tahun 2013 lalu. Melihat kondisi pendidikan yang masih baru dalam penerapan kurikulum 2013 , maka tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui penerapan kurikulum 2013 di SMAK Kolase Santo Yusup.

METODE PENELITIAN

               Ditinjau dari tempat penelitiannya, maka penelitian ini termasuk penelitian lapangan, karena dalam penelitian ini penulis langsung terjun dalam latar obyek yang diteliti, adapun penelitian ini dilaksanakan di salah satu sekolah menengah atas yang berada di Jalan Simpang Borobudur Nomor 1, Mojolangu, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur 65142  yaitu SMAK Kolase Santo Yusup. Dan dilihat dari karakteristik penelitian yang akan dilakukan, maka  penelitian ini termasuk penelitian kualitatif karena sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif. Dalam pandangan penelitian kualitatif, gejala yang timbul dari fokus masalah bersifat holistik. Penelitian kualitatif bersifat holistik (menyeluruh, tidak dapat dipisah-pisahkan), yang mengakibatkan penelitian kualitatif tidak dapat menetapkan penelitiannya hanya berdasarkan variabel penelitian, tetapi keseluruhan situasi sosial yang diteliti yang meliputi aspek tempat (place), perilaku (actor), dan aktifitas yang berinteraksi secara sinergi (Sugiyono, 2011 :207), sehingga penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis ancangan deskriptif.

               Bogdan dan Tylor mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati (Lexy J. Moleong, 2010: 4) atau juga dapat diartikan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterprestasi obyek sesuai dengan apa adanya (Sukardi, 2007:157). Metode kualitatif deskriptif menyesuaikan pendapat antara peneliti dengan informan. Pemilihan metode ini dilakukan karena analisisnya tidak bisa dalam bentuk angka dan peneliti lebih mendeskripsikan melalui data dari informan. Sumber data utama dalam penelitian ialah kata-kata, tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain (Lexy J. Moleong, 2010: 4). Data yang telah didapat dari proses wawancara disajikan dengan bentuk deskripsi dengan menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti.

               Sumber data dalam penelitian kualitatif dinamakan 'narasumber, atau partisipan, atau informan' (Sugiyono, 2011: 216). Sumber data dalam penelitian ini melalui Waka Kurikulum SMAK Kolase Santo Yusup yang bernama Ibu Lidya, M.Pd. dengan melakukan teknik wawancara. Teknik yang dapat diartikan percakapan yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Lexy J. Meleong, 2010: 186). Melalui wawancara inilah peneliti menggali data, informasi, dan kerangka keterangan dari subyek penelitian. Teknik wawancara yang dilakukan adalah wawancara bebas terpimpin, artinya pertanyaan yang dilontarkan tidak terpaku pada pedoman wawancara dan dapat diperdalam maupun dikembangkan sesuai dengan situasi dan kondisi lapangan dan juga menggunakan wawancara semiterstruktur (semistructure interview) yang termasuk dalam kategori wawancara secara mendalam (in depth interview).

               Hal ini dilakukan oleh peneliti karena narasumber atau informan yang ditetapkan oleh peneliti untuk diwawancarai telah ditetapkan berdasarkan pertimbangan tujuan peneliti dalam menjelajahi obyek penelitian. Dalam penelitian kualitatif posisi narasumber sangat penting, sebagai individu yang memiliki informasi. Peneliti dan narasumber memiliki posisi yang sama, dan narasumber bukan sekedar member tanggapan pada yang dimintai peneliti, tetapi ia bisa lebih memilih arah dan selera dalam menyajikan informasi yang ia miliki (Masykuri, 2003:111).

               Selain itu karena disini peneliti juga sebagai pengamat maka peneliti harus mampu melihat kegiatan atau peristiwa yang memberikan informasi. Pengamat yang telah berpengalaman mengarahkan perhatian pengamatannya pada jenis kegiatan dan peristiwa tertentu yang memberikan informasi dan pandangan yang benar-benar berguna ((Lexy J. Moleong, 2010: 178). Dalam penelitian ini peneliti akan mengamati proses wawancara dalam penerapan kurikulum 2013 di SMAK Kolase Santo Yusup.

               Tahap penelitian ini terdiri dari: 1) Penetapan pertanyaan riset, 2) Teknik pengumpulan data dan teknik analisis, 3) Persiapan untuk mengumpulkan data, 4) Pengumpulan data dalam kancah, 5) Evaluasi dan analisis data, serta 6) Penyiapan laporan (Susan K. Soy dalam  Mappiare, 2013: 151). Kehadiran peneliti dalam penelitian kualitatif diperlukan sebagai instrumen sekaligus pengumpul data. Pada penelitian kualitatif, "instrumennya adalah orang atau  human instrument, yaitu peneliti itu sendiri" (Sugiyono, 2011: 8) yang disertai alat bantuan berupa tape recorder dan kamera untuk mempermudah proses pengumpulan data.

               Aktivitas dalam analisis data penelitian ini menggunakan model analisis data menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2011: 246) meliputi 1) data reduction,2) data display dan 3) conclusion drawing/verification. Reduksi data dilakukan dengan cara memilih data dari catatan lapangan. Display data dalam penelitian ini yaitu penyusunan informasi melalui topic pertanyaan yang sudah disusun untuk mempermudah pemaparan dan penarikan kesimpulan berdasarkan temuan data di lapangan. Verifikasi data dilakukan dengan cara membandingkan, mengelompokkan, serta memeriksa hasil wawancara dari informan.

               Pengecekan keabsahan temuan untuk memenuhi kriteria kredibilitas (validitas internal) yaitu dilakukan peneliti dengan meningkatkan ketekunan,  melakukan triangulasi, dan member check. Sugiyono (2011: 272) mengemukakan bahwa "meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.". Peneliti melakukan peningkatan ketekunan dengan cara melakukan pengamatan secara lebih mendalam dan cermat agar diperoleh data yang sistematis. Peneliti  membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian terkait dengan temuan yang diteliti sebagai bekal memeriksa data yang diperoleh. Di samping itu, peneliti juga melakukan triangulasi, yaitu triangulasi teori, dan juga peneliti menyebutkan garis besar ketika di akhir wawancara agar responden memperbaiki kekeliruan atau menambahkan informasi yang masih kurang.

HASIL 

 

               Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan dilapangan, maka peneliti menemukan beberapa temuan mengenai data yang peneliti perlukan. Responden dari penelitian ini yaitu Ibu Lidya, M.Pd. Peneliti mendapatkan data tentang penerapan kurikulum 2013 di SMAK Kolase Santo Yusup. Berikut ini akan dideskripsikan data hasil penelitian sebagai berikut: 

1.   Bagaimana penerapan kurikulum 2013 di SMAK Kolase Santo Yusup?

      Untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan penelitian di atas, maka diajukan beberapa pertanyaan kepada informan. Pertanyaan pertama adalah Apa penerapan kurikulum di SMAK Kolase Santo Yusup ini ?

      Dari pertanyaan tersebut diperoleh jawaban sebagai berikut :

      Kurikulum 2013 dengan sistem paket

                Berdasarkan dari keterangan Ibu Lidya, M.Pd. bahwa di SMAK Kolase Santo Yusup sudah menerapkan kurikulm 2013 dengan sistem paket.

      Peneliti melanjutkan pertanyaannya, 

      Bagaimana penerapan sistem paket yang kaitannya dengan kurikulum 2013 ?

      Dari pertanyaan tersebut diperoleh jawaban sebagai berikut

Di SMAK Kolase Santo Yusup pada tahun 2015 masih menggunakan sistem SKS akan tetapi angkatan yang sekarang ini sudah murni menggunakan sistem paket, yang ada sistem naik atau tidak naik, sedangkan sistem SKS berbeda dari sistem paket. Dan waktu itu di SMAK Kolase Santo Yusup ini menerapkan sistem SKS yang model on off kalau kurikulm 2013 yang sekarang sistem SKSnya menggunakan model KBM.

         Dari keterangan Ibu Lidya, M.Pd. dapat peneliti ketahui bahwa pada tahun 2015 di SMAK Kolase Santo Yusup telah menerapkan kurikulum 2013 sistem SKS dengan model on off dan angkatan yang sekarang menggunakan sistem paket.

Kemudian peneliti mengajukan pertanyaan selanjutnya, 

Apakah tahun ini yang mulai menggunakan sistem paket ?

      Dari pertanyaan tersebut diperoleh jawaban sebagai berikut

Ada tahun-tahun dimana sebagian menggunakan sistem paket dan sebagian lagi menggunakan sitem SKS, jika siswa itu dari kelas 10 sudah mendapatkan sistem SKS, maka sampai lulus juga tetap mendapatkan sistem SKS. Seperti yang tahun kemarin yang 2 angkatan mendapatkan sistem paket dan sisanya mendapatkan sistem SKS, ya sampai lulus tetap menggunakan sistem seperti itu. Maka akan beda program dan program penilaiannya juga berbeda.

         Dari jawaban Ibu Lidya, M.Pd. dapat peneliti ketahui bahwa di SMAK Kolase Santo Yusup dalam penerapan kurikulum 2013 yaitu sebagian angkatan mendapatkan sistem SKS (Sistem Kredit Semester) dan sebagian lagi mendapatkan sistem paket yang programnya akan berbeda termasuk dalam penilaiannya.

Peneliti melanjutkan pertanyaannya,

Apa saja metode pembelajaran yang diterapkan di SMAK Kolase Santo Yusup ?

Dari pertanyaan tersebut diperoleh jawaban sebagai berikut

Bermacam-macam sesuai dengan gurunya masing-masing, tetapi disini seluruh siswa dapat belajar didalam maupun diluar kelas, kalau diluar kelas kebanyakan dari mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan, Seni Budaya, kemudian ada speaking.

         Berdasarkan jawaban dari Ibu Lidya, M.Pd. bahwa metode pembelajaran di SMAK Kolase Santo Yusup dapat melalui out door maupun in door.

Kemudian peneliti mengajukan pertanyaan selanjutnya,

Di era industri 4.0, apakah di kelas sudah menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan soft skill, seperti critical thinking, jiwa kepemimpinan?

Dari pertanyaan tersebut diperoleh jawaban sebagai berikut

Secara tidak langsung sudah pasti, dan juga sekarang ini di SMAK Kolase Santo Yusup sedang mendapatkan dana hibah dari pemerintah untuk yang kewirausahaan jadi siswa dimotivasi untuk menjadi wirausahawan kemudian bapak maupun ibu guru juga dilatih dalam penyampaiannya, supaya dalam pembelajaran dapat membangkitkan minat siswa dalam berwirausaha.

         Dari jawaban Ibu Lidya, M.Pd. bahwa di SMAK Kolase Santo Yusup sudah menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan soft skill yaitu melalui berwirausaha.

Kemudian peneliti melanjutkan pertanyaannya,

Apakah ada produk-produk tertentu yang menjadi hasil dari siswa ?

Dari pertanyaan tersebut diperoleh jawaban sebagai berikut,

Kalau di SMAK Kolase Santo Yusup ini pengolahannya yang diambil dari bahan lokal, seperti tempe, singkong lalu mereka olah dengan inovasi mereka menjadi makanan yang disukai oleh masyarakat, kemarin sempat membuat cendol tempe, nasi memakai rempahh-rempah. Dan juga belajar pemasarannya juga, kadang mereka sampai lulus masih melanjutkan bisnis online.

         Dari keterangan dari Ibu Lidya, M.Pd. bahwa di SMAK Kolase Santo Yusup para siswa diajarkan cara pengolahan makanan menjadi makanan yang lebih inovatif, dan juga diajarkan cara pemasarannya.

Peneliti melanjutkan pertanyaannya,

Guru-guru disini rata-rata lulusan S1 atau S2 dan berapa jumlah guru maupun siswanya?

Dari pertanyaan tersebut diperoleh jawaban sebagai berikut,

Kebanyakan masih S1 akan tetapi S2 juga ada, jumlah guru mata pelajaran sekitar 80 orang , dan  jumlah guru Bimbingan dan konseling ada 9 orangyang terdiri dari lulusan S1 Bimbingan dan Konseling dan S1 Psikologi sedangkan jumlah siswanya sekitar 1200.

         Berdasarkan keterangan dari Ibu Lidya, M.Pd. bahwa guru di SMAK Kolase Santo Yusup masih didominasi oleh lulusan S1, dengan jumlah guru mata pelajaran sekitar 80 orang, sedangkan jumlah guru Bimbingan dan Konseling dengan jumlah 9 orang.

Kemudian peneliti melanjutkan pertanyaannya,

Lalu kolaborasi antara guru disini sistemnya wali kelas atau penasihat akademik?

Dari pertanyaan tersebut diperoleh jawaban sebagai berikut,

Dengan wali kelas, kalau waktu sistem SKS dengan penasihat akademik.

         Dari keterangan Ibu Lidya, M.Pd. bahwa kolaborasi antara guru di SMAK Kolase Santo Yusup dengan wali kelas.

Peneliti melanjutkan pertanyaannya,

Berapa jam dalam proses pembelajarannya?

Dari pertanyaan tersebut diperoleh jawaban sebagai berikut,

Pembelajaran dimulai pukul 07.00 dan pada hari Senin sampai Kamis berlangsung selama 8 jam sehingga sampai jam 15.00, lalu yang hari jum'at sampai sabtu proses pembelajarannya berlangsung selama 6 jam sehingga sampai jam 13.00

         Dari  jawaban Ibu Lidya, M.Pd. bahwa pembelajaran dimulai pada jam 07.00 dan pada hari Senin sampai Kamis proses pembelajaran berlangsung sampai pada pukul 15.00, sedangkan pada hari Jum'at sampai Sabtu proses pembelajarannya berlangsung sampai pada pukul 13.00

2. Apa saja hambatan dalam penerapan kurikulum 2013 di SMAK Kolase Santo Yusup

     Untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan penelitian di atas, maka diajukan beberapa pertanyaan kepada informan. Pertanyaan pertama adalah apa saja kendala dalam penerapan kurikulum 2013 di SMAK Kolase Santo Yusup ini?

     Dari pertanyaan tersebut diperoleh jawaban sebagai berikut,

     Karena harus jalan dua program ya repot, yang berupa sistem SKS dan sistem paket. Karena sistem SKS berupa on off maka harus diatur sedemikian rupa supaya jadwalnya antara semester ganjil dan semester genap diupayakan seimbang, kalau yang sistem paket lebih enak karena jadwal semester ganjil dan semester genapnya stabil. Sehingga harus mengatur supaya antara semester ganjil dan genap bisa saimbang, jangan sampai semester ganjil banyak yang ngajar dan semester genap tidak ada jam jadi itu sulit, dan waktu pertukaran sulit, seperti kemarin waktu semester genap yang jadwal Pendidikan Kewarganegaraan berada di semester genap dan seluruh angkatan ada di semester genap semua maka tidak cukup.

              Berdasarkan jawaban Ibu Lidya, M.Pd. bahwa penerapan kurikulum 2013 memiliki kendala dikarenakan di SMAK Kolase Santo Yusup menjalankan dua sistem yaitu sistem paket dan sistem SKS, dan juga ketika menjalankan sistem SKS yang menggunnakan model on off diharuskan untuk menyeimbangkan jadwal antara semester genap dan semester ganjil.

     Kemudian peneliti melanjutkan pertanyaannya

     Apakah para guru merasa kewalahan dikarenakan sistem kurikulumnya ada dua?

Dari pertanyaan tersebut diperoleh jawaban sebagai berikut,

Iya, kalau sekarang lebih mudah dalam mengaturnya dikarenakan sudah seragam yaitu seluruh angkatan sudah menerapkan kurikulum 2013 dengan sistem paket semua, dan juga yayasan memang tidak ingin menerapkan kurikulum 2013 dengan sistem SKS kalau sistem SKS menggunakan program semester pendek, kalau yang sistem paket ini menggunakan program remedial teaching, jadi ada kesempatan bagi siswa untuk menuntaskan bagi nilainya yang kurang tuntas yang dilaksanakan pada sore hari.

         Menurut keterangan Ibu Lidya, M.Pd. bahwa di SMAK Kolase Santo Yusup ini seluruh angkatan sudah menerapkan kurikulum 2013 dengan sistem paket yang menimbulkan penjadwalan antara semester ganjil dan semester genap sudah stabil, dan juga dalam sistem paket menggunakan sistem remedial teaching agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk menuntaskan nilainya.

PEMBAHASAN

         Berdasarkan hasil wawancara, maka dapat dikemukakan pembahasan yang berdasarkan dari hasil penelitian, yaitu sebagai berikut :

SMAK Kolese Santo Yusup menerapkan Kurikulum 2013 sistem SKS pada tahun 2015 yang dulunya menggunakan sistem paket. Namun, ada hambatan yang ditemui dalam menerapkan sistem SKS yaitu:

  • Terjadinya ketidakseimbangan guru. Dalam sistem SKS ada istilah on off. Artinya, ada beberapa pelajaran yang on di satu semester dan pelajaran yang off di semester berikutnya. Dampak dari sistem on off  ini ialah guru yang tidak seimbang jam mengajarnya. Seperti ungkapan ibu Lidya, M.Pd. bahwa untuk semester genap dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan on, maka semua kelas akan memiliki kelas Pendidikan Kewarganegaraan secara serentak. Akhirnya, guru memiliki  jam yang overload. 
  • Perbedaan penggunaan sistem SKS dirasa menyulitkan, karena dalam 3 jenjang menggunakan 2 sistem atau tidak berseragam, yaitu Kurikulum 2013 sistem paket dan Kurikulum 2013 Sistem SKS. Akhirnya proses administrasi dan pembelajaran dirasa kurang efektif karena sistem yang berbeda tadi.

         Untuk menyelesaikan permasalahan diatas, pihak sekolah akhirnya kembali menggunakan sistem paket dimana dalam satu semester sudah ditetapkan mata pelajaran yang dipilih dan siswa tidak bisa mengurangi atau menambahkan. Di SMAK Kolese Santo Yusup juga menerapkan sistem remedial bagi yang tidak lulus dalam mata pelajaran pada akhir semester. Agar tidak bosan dengan pembelajaran di kelas, guru dan siswa bisa belajar di luar kelas atau outdoor di titik sekolah yang sudah ditentukan. Dalam penerapan Kurikulum 2013 dengan sistem paket, bahwa beban belajar dengan sistem paket sebagaimana diatur dalam struktur kurikulum setiap satuan pendidikan yang merupakan pengaturan alokasi waktu untuk setiap mata pelajaran yang terdapat pada semester gasal dan genap dalam satu tahun pelajaran. Beban belajar pada sistem paket berdasarkan Permendikbud No. 69 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah terdiri atas pembelajaran tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri.

Meskipun menggunakan Kurikulum 2013 sistem paket, siswa tetap dituntut untuk berlatih soft skills di era industri 4.0. Pembelajaran pun tetap student centered yang porsinya 50:50 dengan guru. Siswa juga dilatih untuk memiliki jiwa kewirausahaan, salah satu caranya membuat produk. Banyak dari mereka yang sampai saat ini masih memasarkan produk yang dihasilkan saat SMA dan bisnisnya bertambah luas. Guru-guru di SMAK Kolese Santo Yusup juga selalu mengikuti seminar, workshop atau PPG untuk menambah wawasan mengenai sistem pembelajaran yang baik.

SIMPULAN DAN SARAN

 

Simpulan

            Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. Pertama, implementasi kurikulum 2013 di SMAK Kolase Santo Yusup dengan sistem paket telah dilaksanakan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari jadwal antara semester ganjil dan genap dapat berjalan dengan stabil. Kedua, situasi internal sekolah yang mempengaruhi implementasi kurikulum 2013 dengan sistem paket, dikarenakan ketika menggunakan sistem SKS (Sistem Kredit Semester) dengan on off maka jadwal antara semester genap dan ganjil diupayakan seimbang agar jam mengajar guru mata pelajaran tidak overlood, dan ada sebagian guru yang belum siap yang rata-rata guru di SMAK Kolase Santo Yusup merupakan lulusan S1, dan juga penentuan beban belajar masih berubah--ubah, serta dana yang digunakan untuk menunjang sangat terbatas dikarenakan SMAK Kolase Santo Yusup merupakan SMA swasta. Ketiga, implementasi Kurikulum 2013 dengan sistem paket di SMAK Kolase Santo Yusup telah menimbulkan dampak yang positif terhadap peserta didik dan sekolah itu sendiri, dikarenakan terdapat program remedial teaching sehingga ada kesempatan bagi siswa untuk memperbaiki nilainya yang dirasa masih kurang, sedangkan pada sistem SKS (Sistem Kredit Semester) menggunakan program semester pendek, dan juga dengan penerapan sistem paket jadwal antara semester ganjil dan genap dapat diatur dengan seimbang.

Saran

            Berdasarkan hasil penelitian dapat disampaikan saran--saran yaitu. Pertama, bagi Kepala Sekolah SMAK Kolase Santo Yusup hendaknya: (1) memberdayakan peran semua warga sekolah secara maksimal; (2) melakukan evaluasi secara berkala, untuk terus memantau kinerja guru. Kedua, pendidik hendaknya memahami secara lebih mendalam mengenai implementasi pembelajaran yang sesuai dengan Kurikulum 2013; (2) mengembangkan kreativitas untuk mengemas strategi pembelajaran yang lebih bervariasi dan menyenangkan, dan meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan guru lain. Ketiga, Kepala Dinas Pendidikan Kota Malang hendaknya memberikan fasilitas kepada sekolah--sekolah yang menerapkan Kurikulum 2013 agar di sekolah- sekolah di Malang khususnya di SMAK Kolase Santo Yusup dapat sesuai dengan tujuan Kurikulum 2013, serta memberikan pengarahan tentang pelaksanaan Kurikulum 2013. Dan terakhir, bagi peneliti lain yang hendak melakukan penelitian dapat mengembangkan penelitian ini pada fokus evaluasi Kurikulum 2013, sehingga dapat diperoleh data perbandingan yang lebih mendalam berkaitan dengan perubahan kurikulum.

 

 

DAFTAR RUJUKAN

 

Arifin, M. 1994. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Mulyasa,E.2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung:  Remaja Rosdakarya.

Bakri, Masykuri. 2003. Metode Penelitian Kualitatif. Surabaya : Visipress.

Fadhilah, M.2014. Implementasi Kurikulum 2013. AR-RUZ MEDIA:Yogyakarta.

George, Willis. 1999. Curriculum Alternative Approache, On going Issues. New Jersey: Merrill PranticeHall.

Heidjrachman dan Suad Husnan 1997. Manajemen Personalia. Yogyakarta: BPFE.

Mappiare-AT, A. 2013. Tipe-Tipe Metode Riset Kualitatif untuk Eksplanasi Sosial Budaya dan Bimbingan Konseling. Malang: Elang Mas bersama Prodi Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.

Mc Donald,& Leeper. Dentistry for The Child and Adolescent.Missouri: Mosby-Year Book.

Moleong, M.J.2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosda Karya.

Paparan Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I Bidang Pendidikan tentang Konsep dan Implementasi Kurikulum 2013. Kemendikbud (online). (https://www.kemdikbud.go.id/kemdikbud/dokumen/Paparan/Paparan%20Wamendik.pdf) diakses pada tanggal 31 Oktober 2019.

Popham, J,& Baker, E, L. 1970. Teknik Mengajar Secara Sistematis. Jakarta: Rineka Cipta.

 Rene, Overly. 2003.The Unstudied Curriculum: Its Impact on Children. Washington: Association for Supervition.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. 2007. Metode Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Prakteknya . Jakarta: Bumi Aksara.

PENERAPAN KURIKULUM 2013 DI SMAK KOLASE SANTO YUSUP

Destanika Dhiffa Ralianti

Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang,

Jl.Semarang No.5,  Malang, Jawa Timur, Indonesia 65145

E-mail:destanikadhiffaralianti@gmail.com

 

Abstrak: Studi ini bertujuan untuk mengetahui penerapan kurikulum 2013 di SMAK Kolase Santo Yusup. Metode yang digunakan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik nontes yang digunakan berupa wawancara. Hasil dari studi ini secara terperinci menunjukkan implementasi kurikulum 2013 di SMAK Kolase Santo Yusup dengan menerapkan sistem SKS (Sistem Kredit Semester) yang dilaksanakan pada tahun 2015 dan beralih kepada sistem paket disebabkan banyak hambatan dalam  proses penerapannya.

 

Kata kunci : kurikulum 2013; sistem SKS (Sistem Kredit Semester);sistem paket

PENDAHULUAN

               Pendidikan adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan pengetahuaan umum seseorang termasuk di dalam peningkatan penguasaan teori dan keterampilan, memutuskan dan mencari solusi atas persoalan-persoalan yang menyangkut kegiatan di dalam mencapai tujuannya, baik itu persoalan dalam dunia pendidikan ataupun kehidupan sehari-hari (Heidjrachman dan Husnah, 1997:77). Oleh karenanya, pengelolaan pendidikan harus berorientasi kepada bagaimana menciptakan perubahan yang lebih baik. Pada pendidikan formal bahwa tujuan dan program pendidikan tertuang di dalam kurikulum, bahkan program itulah yang mencerminkan arah dan tujuan yang diinginkan dalam proses pendidikan (Arifin, 1994:84).

               Oleh karena itu, kurikulum  merupakan modal dasar bagi peserta didik dalam mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan sehingga peserta didik mampu mengikuti pengalaman-pengalaman yang direncanakan dan diprogramkan (George Willis, 1999:9). Lalu kurikulum dirancang atau diprogram dengan sejumlah mata pelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum yang dirancang dilaksanakan sesuai dengan aktivitas pendidikan yang dijadikan sebagai pedoman pembelajaran. Melalui pengembangan  kurikulum maka dapat mengembangkan kognitif afektif serta psikomotorik peserta didik. Adapun yang termasuk dalam kurikulum itu adalah materi, isi, bahan yang dapat dijadikan sebagai aturan-aturan dalam mengikuti program pembelajaran (Rene Overly, 2003:23).

               McDonald dan Leeper (1965:6) mendefinisikan bahwa yang termasuk kegiatan kurikulum adalah memproduksi rencana kegiatan, sedangkan pembelajaran adalah kegiatan pelaksanaan rencana tersebut. Jadi, perencanaan kurikulum mendahului proses pembelajaran. Ahli lain, Popham dan Baker (1970:48) mengusulkan bahwa kurikulum adalah tujuan akhir dari program pembelajaran yang direncanakan oleh sekolah, sedangkan pembelajaran adalah cara mencapai tujuan tersebut. Dalam merancang kurikulum, para perencana akan menyatakan tujuan akhir dalam bentuk yang operasional sebagai perilaku yang dapat diamati dan diukur, yang dapat diperlihatkan oleh siswa setelah menjalani program pembelajaran. Dengan menggunakan definisi Popham dan Baker ini maka banyak profesional bidang pendidikan yang berpendapat bahwa tujuan kurikulum yang dinyatakan dalam bentuk yang operasional itu adalah tujuan instruksional, atau tujuan pembelajaran.

               Kurikulum pendidikan di Indonesia sering mengalami pergantian. Dari mulai orde lama, orde baru, sampai reformasi. Kurikulum 2013 merupakan serentetan rangkaian penyempurnaan terhadap kurikulum yang telah dirintis tahun 2004 yang berbasis kompetensi lalu diteruskan dengan kurikulum 2006 (KTSP). Kurikulum 2013 dibuat seiring dengan kemerosotan karakter bangsa Indonesia pada akhir-akhir ini. Korupsi, penyalahgunaan obat terlarang, pembunuhan, kekerasan, premanisme, dan lain-lain adalah kejadian yang menunjukkan kualitas pendidikan dan sumber daya manusia yang rendah serta rapuhnya fondasi moral dan spiritual kehidupan bangsa (Mulyasa, 2013:14). Selain itu, penyebab perlunya mengembangkan kurikulum 2013 adalah beberapa hasil dari riset internasional yang dilakukan oleh Global Institute dan Programme for International Student Assessment (PISA) merujuk pada suatu simpulan bahwa prestasi peserta didik Indonesia tertinggal dan terbelakang (Mulyasa, 2013: 60).

               Dalam konteks ini, kurikulum 2013 berusaha untuk lebih menanamkan nilai-nilai yang tercermin pada sikap dan berbanding lurus dengan keterampilan yang  diperoleh peserta didik melalui pengetahuan dalam pendidikan formal. Dengan kata lain, antara soft skills dan hard skills tertanam secara seimbang, berdampingan, dan mampu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya, kurikulum 2013, harapannya peserta didik dapat memiliki kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang meningkat dan berkembang sesuai jenjang pendidikan yang telah ditempuhnya sehingga akan dapat berpengaruh menentukan kesuksesan dalam kehidupan selanjutnya (Fadhilah, 2013:14).

               Tujuan dari pengembangan kurikulum 2013 menurut Kemendikbud adalah (Permendikbud No. 69 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah) adalah mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Adapun ciri kurikulum 2013 yang paling mendasar ialah menuntut kemampuan guru dalam berpengetahuan dan mencari tahu pengetahuan sebanyak-banyaknya karena siswa zaman sekarang telah mudah mencari informasi. Sedangkan untuk siswa lebih didorong untuk memiliki tanggung jawab kepada lingkungan, kemampuan interpersonal, antarpersonal, maupun memiliki kemampuan bersikap kritis.

               Menurut Mulyasa (2013:14) bahwa kurikulum  2013 mendapat sorotan dari berbagai pihak, salah satunya dari segi persiapan dan kurang optimalnya sosialisasi kepada seluruh pelaksana dilapangan sehingga membuat para guru masih banyak yang kebingungan dengan kurikulum 2013, sehingga pada kenyataan yang terjadi tidak sesuai dengan tujuan dari kurikulum 2013 itu sendiri, pertama, guru tidak siap mengajarkan kurikulum ini. Persoalan guru dirasakan krusial karena apabila guru tidak siap mengimplementasikan kurikulum baru, maka kurikulum sebaik apapun tidak akan membawa perubahan apapun pada dunia pendidikan nasional. Kedua, infrastruktur kurikulum belum tersedia sepenuhnya. Belum tersedianya buku paket untuk murid maupun pegangan guru. Masalah lainnya adalah minimnya kesiapan guru dalam menerapkan kurikulum ini karena banyak guru yang belum mendapat pelatihan. Kualitas belajar mengajar di sekolah dikhawatirkan semakin rendah, karena guru tidak menguasai materi kurikulum 2013 sepenuhnya.

               Berdasarkan uraian diatas merupakan upaya untuk mengetahui kesulitan dan apa yang ditemui guru terhadap pelaksanaan kurikukulum 2013 yang telah diterapkan di seluruh Indonesia pada tahun 2013 lalu. Melihat kondisi pendidikan yang masih baru dalam penerapan kurikulum 2013 , maka tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui penerapan kurikulum 2013 di SMAK Kolase Santo Yusup.

METODE PENELITIAN

               Ditinjau dari tempat penelitiannya, maka penelitian ini termasuk penelitian lapangan, karena dalam penelitian ini penulis langsung terjun dalam latar obyek yang diteliti, adapun penelitian ini dilaksanakan di salah satu sekolah menengah atas yang berada di Jalan Simpang Borobudur Nomor 1, Mojolangu, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur 65142  yaitu SMAK Kolase Santo Yusup. Dan dilihat dari karakteristik penelitian yang akan dilakukan, maka  penelitian ini termasuk penelitian kualitatif karena sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif. Dalam pandangan penelitian kualitatif, gejala yang timbul dari fokus masalah bersifat holistik. Penelitian kualitatif bersifat holistik (menyeluruh, tidak dapat dipisah-pisahkan), yang mengakibatkan penelitian kualitatif tidak dapat menetapkan penelitiannya hanya berdasarkan variabel penelitian, tetapi keseluruhan situasi sosial yang diteliti yang meliputi aspek tempat (place), perilaku (actor), dan aktifitas yang berinteraksi secara sinergi (Sugiyono, 2011 :207), sehingga penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis ancangan deskriptif.

               Bogdan dan Tylor mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati (Lexy J. Moleong, 2010: 4) atau juga dapat diartikan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterprestasi obyek sesuai dengan apa adanya (Sukardi, 2007:157). Metode kualitatif deskriptif menyesuaikan pendapat antara peneliti dengan informan. Pemilihan metode ini dilakukan karena analisisnya tidak bisa dalam bentuk angka dan peneliti lebih mendeskripsikan melalui data dari informan. Sumber data utama dalam penelitian ialah kata-kata, tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain (Lexy J. Moleong, 2010: 4). Data yang telah didapat dari proses wawancara disajikan dengan bentuk deskripsi dengan menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti.

               Sumber data dalam penelitian kualitatif dinamakan 'narasumber, atau partisipan, atau informan' (Sugiyono, 2011: 216). Sumber data dalam penelitian ini melalui Waka Kurikulum SMAK Kolase Santo Yusup yang bernama Ibu Lidya, M.Pd. dengan melakukan teknik wawancara. Teknik yang dapat diartikan percakapan yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Lexy J. Meleong, 2010: 186). Melalui wawancara inilah peneliti menggali data, informasi, dan kerangka keterangan dari subyek penelitian. Teknik wawancara yang dilakukan adalah wawancara bebas terpimpin, artinya pertanyaan yang dilontarkan tidak terpaku pada pedoman wawancara dan dapat diperdalam maupun dikembangkan sesuai dengan situasi dan kondisi lapangan dan juga menggunakan wawancara semiterstruktur (semistructure interview) yang termasuk dalam kategori wawancara secara mendalam (in depth interview).

               Hal ini dilakukan oleh peneliti karena narasumber atau informan yang ditetapkan oleh peneliti untuk diwawancarai telah ditetapkan berdasarkan pertimbangan tujuan peneliti dalam menjelajahi obyek penelitian. Dalam penelitian kualitatif posisi narasumber sangat penting, sebagai individu yang memiliki informasi. Peneliti dan narasumber memiliki posisi yang sama, dan narasumber bukan sekedar member tanggapan pada yang dimintai peneliti, tetapi ia bisa lebih memilih arah dan selera dalam menyajikan informasi yang ia miliki (Masykuri, 2003:111).

               Selain itu karena disini peneliti juga sebagai pengamat maka peneliti harus mampu melihat kegiatan atau peristiwa yang memberikan informasi. Pengamat yang telah berpengalaman mengarahkan perhatian pengamatannya pada jenis kegiatan dan peristiwa tertentu yang memberikan informasi dan pandangan yang benar-benar berguna ((Lexy J. Moleong, 2010: 178). Dalam penelitian ini peneliti akan mengamati proses wawancara dalam penerapan kurikulum 2013 di SMAK Kolase Santo Yusup.

               Tahap penelitian ini terdiri dari: 1) Penetapan pertanyaan riset, 2) Teknik pengumpulan data dan teknik analisis, 3) Persiapan untuk mengumpulkan data, 4) Pengumpulan data dalam kancah, 5) Evaluasi dan analisis data, serta 6) Penyiapan laporan (Susan K. Soy dalam  Mappiare, 2013: 151). Kehadiran peneliti dalam penelitian kualitatif diperlukan sebagai instrumen sekaligus pengumpul data. Pada penelitian kualitatif, "instrumennya adalah orang atau  human instrument, yaitu peneliti itu sendiri" (Sugiyono, 2011: 8) yang disertai alat bantuan berupa tape recorder dan kamera untuk mempermudah proses pengumpulan data.

               Aktivitas dalam analisis data penelitian ini menggunakan model analisis data menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2011: 246) meliputi 1) data reduction,2) data display dan 3) conclusion drawing/verification. Reduksi data dilakukan dengan cara memilih data dari catatan lapangan. Display data dalam penelitian ini yaitu penyusunan informasi melalui topic pertanyaan yang sudah disusun untuk mempermudah pemaparan dan penarikan kesimpulan berdasarkan temuan data di lapangan. Verifikasi data dilakukan dengan cara membandingkan, mengelompokkan, serta memeriksa hasil wawancara dari informan.

               Pengecekan keabsahan temuan untuk memenuhi kriteria kredibilitas (validitas internal) yaitu dilakukan peneliti dengan meningkatkan ketekunan,  melakukan triangulasi, dan member check. Sugiyono (2011: 272) mengemukakan bahwa "meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.". Peneliti melakukan peningkatan ketekunan dengan cara melakukan pengamatan secara lebih mendalam dan cermat agar diperoleh data yang sistematis. Peneliti  membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian terkait dengan temuan yang diteliti sebagai bekal memeriksa data yang diperoleh. Di samping itu, peneliti juga melakukan triangulasi, yaitu triangulasi teori, dan juga peneliti menyebutkan garis besar ketika di akhir wawancara agar responden memperbaiki kekeliruan atau menambahkan informasi yang masih kurang.

HASIL 

 

               Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan dilapangan, maka peneliti menemukan beberapa temuan mengenai data yang peneliti perlukan. Responden dari penelitian ini yaitu Ibu Lidya, M.Pd. Peneliti mendapatkan data tentang penerapan kurikulum 2013 di SMAK Kolase Santo Yusup. Berikut ini akan dideskripsikan data hasil penelitian sebagai berikut: 

1.   Bagaimana penerapan kurikulum 2013 di SMAK Kolase Santo Yusup?

      Untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan penelitian di atas, maka diajukan beberapa pertanyaan kepada informan. Pertanyaan pertama adalah Apa penerapan kurikulum di SMAK Kolase Santo Yusup ini ?

      Dari pertanyaan tersebut diperoleh jawaban sebagai berikut :

      Kurikulum 2013 dengan sistem paket

                Berdasarkan dari keterangan Ibu Lidya, M.Pd. bahwa di SMAK Kolase Santo Yusup sudah menerapkan kurikulm 2013 dengan sistem paket.

      Peneliti melanjutkan pertanyaannya, 

      Bagaimana penerapan sistem paket yang kaitannya dengan kurikulum 2013 ?

      Dari pertanyaan tersebut diperoleh jawaban sebagai berikut

Di SMAK Kolase Santo Yusup pada tahun 2015 masih menggunakan sistem SKS akan tetapi angkatan yang sekarang ini sudah murni menggunakan sistem paket, yang ada sistem naik atau tidak naik, sedangkan sistem SKS berbeda dari sistem paket. Dan waktu itu di SMAK Kolase Santo Yusup ini menerapkan sistem SKS yang model on off kalau kurikulm 2013 yang sekarang sistem SKSnya menggunakan model KBM.

         Dari keterangan Ibu Lidya, M.Pd. dapat peneliti ketahui bahwa pada tahun 2015 di SMAK Kolase Santo Yusup telah menerapkan kurikulum 2013 sistem SKS dengan model on off dan angkatan yang sekarang menggunakan sistem paket.

Kemudian peneliti mengajukan pertanyaan selanjutnya, 

Apakah tahun ini yang mulai menggunakan sistem paket ?

      Dari pertanyaan tersebut diperoleh jawaban sebagai berikut

Ada tahun-tahun dimana sebagian menggunakan sistem paket dan sebagian lagi menggunakan sitem SKS, jika siswa itu dari kelas 10 sudah mendapatkan sistem SKS, maka sampai lulus juga tetap mendapatkan sistem SKS. Seperti yang tahun kemarin yang 2 angkatan mendapatkan sistem paket dan sisanya mendapatkan sistem SKS, ya sampai lulus tetap menggunakan sistem seperti itu. Maka akan beda program dan program penilaiannya juga berbeda.

         Dari jawaban Ibu Lidya, M.Pd. dapat peneliti ketahui bahwa di SMAK Kolase Santo Yusup dalam penerapan kurikulum 2013 yaitu sebagian angkatan mendapatkan sistem SKS (Sistem Kredit Semester) dan sebagian lagi mendapatkan sistem paket yang programnya akan berbeda termasuk dalam penilaiannya.

Peneliti melanjutkan pertanyaannya,

Apa saja metode pembelajaran yang diterapkan di SMAK Kolase Santo Yusup ?

Dari pertanyaan tersebut diperoleh jawaban sebagai berikut

Bermacam-macam sesuai dengan gurunya masing-masing, tetapi disini seluruh siswa dapat belajar didalam maupun diluar kelas, kalau diluar kelas kebanyakan dari mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan, Seni Budaya, kemudian ada speaking.

         Berdasarkan jawaban dari Ibu Lidya, M.Pd. bahwa metode pembelajaran di SMAK Kolase Santo Yusup dapat melalui out door maupun in door.

Kemudian peneliti mengajukan pertanyaan selanjutnya,

Di era industri 4.0, apakah di kelas sudah menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan soft skill, seperti critical thinking, jiwa kepemimpinan?

Dari pertanyaan tersebut diperoleh jawaban sebagai berikut

Secara tidak langsung sudah pasti, dan juga sekarang ini di SMAK Kolase Santo Yusup sedang mendapatkan dana hibah dari pemerintah untuk yang kewirausahaan jadi siswa dimotivasi untuk menjadi wirausahawan kemudian bapak maupun ibu guru juga dilatih dalam penyampaiannya, supaya dalam pembelajaran dapat membangkitkan minat siswa dalam berwirausaha.

         Dari jawaban Ibu Lidya, M.Pd. bahwa di SMAK Kolase Santo Yusup sudah menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan soft skill yaitu melalui berwirausaha.

Kemudian peneliti melanjutkan pertanyaannya,

Apakah ada produk-produk tertentu yang menjadi hasil dari siswa ?

Dari pertanyaan tersebut diperoleh jawaban sebagai berikut,

Kalau di SMAK Kolase Santo Yusup ini pengolahannya yang diambil dari bahan lokal, seperti tempe, singkong lalu mereka olah dengan inovasi mereka menjadi makanan yang disukai oleh masyarakat, kemarin sempat membuat cendol tempe, nasi memakai rempahh-rempah. Dan juga belajar pemasarannya juga, kadang mereka sampai lulus masih melanjutkan bisnis online.

         Dari keterangan dari Ibu Lidya, M.Pd. bahwa di SMAK Kolase Santo Yusup para siswa diajarkan cara pengolahan makanan menjadi makanan yang lebih inovatif, dan juga diajarkan cara pemasarannya.

Peneliti melanjutkan pertanyaannya,

Guru-guru disini rata-rata lulusan S1 atau S2 dan berapa jumlah guru maupun siswanya?

Dari pertanyaan tersebut diperoleh jawaban sebagai berikut,

Kebanyakan masih S1 akan tetapi S2 juga ada, jumlah guru mata pelajaran sekitar 80 orang , dan  jumlah guru Bimbingan dan konseling ada 9 orangyang terdiri dari lulusan S1 Bimbingan dan Konseling dan S1 Psikologi sedangkan jumlah siswanya sekitar 1200.

         Berdasarkan keterangan dari Ibu Lidya, M.Pd. bahwa guru di SMAK Kolase Santo Yusup masih didominasi oleh lulusan S1, dengan jumlah guru mata pelajaran sekitar 80 orang, sedangkan jumlah guru Bimbingan dan Konseling dengan jumlah 9 orang.

Kemudian peneliti melanjutkan pertanyaannya,

Lalu kolaborasi antara guru disini sistemnya wali kelas atau penasihat akademik?

Dari pertanyaan tersebut diperoleh jawaban sebagai berikut,

Dengan wali kelas, kalau waktu sistem SKS dengan penasihat akademik.

         Dari keterangan Ibu Lidya, M.Pd. bahwa kolaborasi antara guru di SMAK Kolase Santo Yusup dengan wali kelas.

Peneliti melanjutkan pertanyaannya,

Berapa jam dalam proses pembelajarannya?

Dari pertanyaan tersebut diperoleh jawaban sebagai berikut,

Pembelajaran dimulai pukul 07.00 dan pada hari Senin sampai Kamis berlangsung selama 8 jam sehingga sampai jam 15.00, lalu yang hari jum'at sampai sabtu proses pembelajarannya berlangsung selama 6 jam sehingga sampai jam 13.00

         Dari  jawaban Ibu Lidya, M.Pd. bahwa pembelajaran dimulai pada jam 07.00 dan pada hari Senin sampai Kamis proses pembelajaran berlangsung sampai pada pukul 15.00, sedangkan pada hari Jum'at sampai Sabtu proses pembelajarannya berlangsung sampai pada pukul 13.00

2. Apa saja hambatan dalam penerapan kurikulum 2013 di SMAK Kolase Santo Yusup

     Untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan penelitian di atas, maka diajukan beberapa pertanyaan kepada informan. Pertanyaan pertama adalah apa saja kendala dalam penerapan kurikulum 2013 di SMAK Kolase Santo Yusup ini?

     Dari pertanyaan tersebut diperoleh jawaban sebagai berikut,

     Karena harus jalan dua program ya repot, yang berupa sistem SKS dan sistem paket. Karena sistem SKS berupa on off maka harus diatur sedemikian rupa supaya jadwalnya antara semester ganjil dan semester genap diupayakan seimbang, kalau yang sistem paket lebih enak karena jadwal semester ganjil dan semester genapnya stabil. Sehingga harus mengatur supaya antara semester ganjil dan genap bisa saimbang, jangan sampai semester ganjil banyak yang ngajar dan semester genap tidak ada jam jadi itu sulit, dan waktu pertukaran sulit, seperti kemarin waktu semester genap yang jadwal Pendidikan Kewarganegaraan berada di semester genap dan seluruh angkatan ada di semester genap semua maka tidak cukup.

              Berdasarkan jawaban Ibu Lidya, M.Pd. bahwa penerapan kurikulum 2013 memiliki kendala dikarenakan di SMAK Kolase Santo Yusup menjalankan dua sistem yaitu sistem paket dan sistem SKS, dan juga ketika menjalankan sistem SKS yang menggunnakan model on off diharuskan untuk menyeimbangkan jadwal antara semester genap dan semester ganjil.

     Kemudian peneliti melanjutkan pertanyaannya

     Apakah para guru merasa kewalahan dikarenakan sistem kurikulumnya ada dua?

Dari pertanyaan tersebut diperoleh jawaban sebagai berikut,

Iya, kalau sekarang lebih mudah dalam mengaturnya dikarenakan sudah seragam yaitu seluruh angkatan sudah menerapkan kurikulum 2013 dengan sistem paket semua, dan juga yayasan memang tidak ingin menerapkan kurikulum 2013 dengan sistem SKS kalau sistem SKS menggunakan program semester pendek, kalau yang sistem paket ini menggunakan program remedial teaching, jadi ada kesempatan bagi siswa untuk menuntaskan bagi nilainya yang kurang tuntas yang dilaksanakan pada sore hari.

         Menurut keterangan Ibu Lidya, M.Pd. bahwa di SMAK Kolase Santo Yusup ini seluruh angkatan sudah menerapkan kurikulum 2013 dengan sistem paket yang menimbulkan penjadwalan antara semester ganjil dan semester genap sudah stabil, dan juga dalam sistem paket menggunakan sistem remedial teaching agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk menuntaskan nilainya.

PEMBAHASAN

         Berdasarkan hasil wawancara, maka dapat dikemukakan pembahasan yang berdasarkan dari hasil penelitian, yaitu sebagai berikut :

SMAK Kolese Santo Yusup menerapkan Kurikulum 2013 sistem SKS pada tahun 2015 yang dulunya menggunakan sistem paket. Namun, ada hambatan yang ditemui dalam menerapkan sistem SKS yaitu:

  • Terjadinya ketidakseimbangan guru. Dalam sistem SKS ada istilah on off. Artinya, ada beberapa pelajaran yang on di satu semester dan pelajaran yang off di semester berikutnya. Dampak dari sistem on off  ini ialah guru yang tidak seimbang jam mengajarnya. Seperti ungkapan ibu Lidya, M.Pd. bahwa untuk semester genap dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan on, maka semua kelas akan memiliki kelas Pendidikan Kewarganegaraan secara serentak. Akhirnya, guru memiliki  jam yang overload. 
  • Perbedaan penggunaan sistem SKS dirasa menyulitkan, karena dalam 3 jenjang menggunakan 2 sistem atau tidak berseragam, yaitu Kurikulum 2013 sistem paket dan Kurikulum 2013 Sistem SKS. Akhirnya proses administrasi dan pembelajaran dirasa kurang efektif karena sistem yang berbeda tadi.

         Untuk menyelesaikan permasalahan diatas, pihak sekolah akhirnya kembali menggunakan sistem paket dimana dalam satu semester sudah ditetapkan mata pelajaran yang dipilih dan siswa tidak bisa mengurangi atau menambahkan. Di SMAK Kolese Santo Yusup juga menerapkan sistem remedial bagi yang tidak lulus dalam mata pelajaran pada akhir semester. Agar tidak bosan dengan pembelajaran di kelas, guru dan siswa bisa belajar di luar kelas atau outdoor di titik sekolah yang sudah ditentukan. Dalam penerapan Kurikulum 2013 dengan sistem paket, bahwa beban belajar dengan sistem paket sebagaimana diatur dalam struktur kurikulum setiap satuan pendidikan yang merupakan pengaturan alokasi waktu untuk setiap mata pelajaran yang terdapat pada semester gasal dan genap dalam satu tahun pelajaran. Beban belajar pada sistem paket berdasarkan Permendikbud No. 69 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah terdiri atas pembelajaran tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri.

Meskipun menggunakan Kurikulum 2013 sistem paket, siswa tetap dituntut untuk berlatih soft skills di era industri 4.0. Pembelajaran pun tetap student centered yang porsinya 50:50 dengan guru. Siswa juga dilatih untuk memiliki jiwa kewirausahaan, salah satu caranya membuat produk. Banyak dari mereka yang sampai saat ini masih memasarkan produk yang dihasilkan saat SMA dan bisnisnya bertambah luas. Guru-guru di SMAK Kolese Santo Yusup juga selalu mengikuti seminar, workshop atau PPG untuk menambah wawasan mengenai sistem pembelajaran yang baik.

SIMPULAN DAN SARAN

 

Simpulan

            Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. Pertama, implementasi kurikulum 2013 di SMAK Kolase Santo Yusup dengan sistem paket telah dilaksanakan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari jadwal antara semester ganjil dan genap dapat berjalan dengan stabil. Kedua, situasi internal sekolah yang mempengaruhi implementasi kurikulum 2013 dengan sistem paket, dikarenakan ketika menggunakan sistem SKS (Sistem Kredit Semester) dengan on off maka jadwal antara semester genap dan ganjil diupayakan seimbang agar jam mengajar guru mata pelajaran tidak overlood, dan ada sebagian guru yang belum siap yang rata-rata guru di SMAK Kolase Santo Yusup merupakan lulusan S1, dan juga penentuan beban belajar masih berubah--ubah, serta dana yang digunakan untuk menunjang sangat terbatas dikarenakan SMAK Kolase Santo Yusup merupakan SMA swasta. Ketiga, implementasi Kurikulum 2013 dengan sistem paket di SMAK Kolase Santo Yusup telah menimbulkan dampak yang positif terhadap peserta didik dan sekolah itu sendiri, dikarenakan terdapat program remedial teaching sehingga ada kesempatan bagi siswa untuk memperbaiki nilainya yang dirasa masih kurang, sedangkan pada sistem SKS (Sistem Kredit Semester) menggunakan program semester pendek, dan juga dengan penerapan sistem paket jadwal antara semester ganjil dan genap dapat diatur dengan seimbang.

Saran

            Berdasarkan hasil penelitian dapat disampaikan saran--saran yaitu. Pertama, bagi Kepala Sekolah SMAK Kolase Santo Yusup hendaknya: (1) memberdayakan peran semua warga sekolah secara maksimal; (2) melakukan evaluasi secara berkala, untuk terus memantau kinerja guru. Kedua, pendidik hendaknya memahami secara lebih mendalam mengenai implementasi pembelajaran yang sesuai dengan Kurikulum 2013; (2) mengembangkan kreativitas untuk mengemas strategi pembelajaran yang lebih bervariasi dan menyenangkan, dan meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan guru lain. Ketiga, Kepala Dinas Pendidikan Kota Malang hendaknya memberikan fasilitas kepada sekolah--sekolah yang menerapkan Kurikulum 2013 agar di sekolah- sekolah di Malang khususnya di SMAK Kolase Santo Yusup dapat sesuai dengan tujuan Kurikulum 2013, serta memberikan pengarahan tentang pelaksanaan Kurikulum 2013. Dan terakhir, bagi peneliti lain yang hendak melakukan penelitian dapat mengembangkan penelitian ini pada fokus evaluasi Kurikulum 2013, sehingga dapat diperoleh data perbandingan yang lebih mendalam berkaitan dengan perubahan kurikulum.

 

 

DAFTAR RUJUKAN

 

Arifin, M. 1994. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Mulyasa,E.2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung:  Remaja Rosdakarya.

Bakri, Masykuri. 2003. Metode Penelitian Kualitatif. Surabaya : Visipress.

Fadhilah, M.2014. Implementasi Kurikulum 2013. AR-RUZ MEDIA:Yogyakarta.

George, Willis. 1999. Curriculum Alternative Approache, On going Issues. New Jersey: Merrill PranticeHall.

Heidjrachman dan Suad Husnan 1997. Manajemen Personalia. Yogyakarta: BPFE.

Mappiare-AT, A. 2013. Tipe-Tipe Metode Riset Kualitatif untuk Eksplanasi Sosial Budaya dan Bimbingan Konseling. Malang: Elang Mas bersama Prodi Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.

Mc Donald,& Leeper. Dentistry for The Child and Adolescent.Missouri: Mosby-Year Book.

Moleong, M.J.2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosda Karya.

Paparan Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I Bidang Pendidikan tentang Konsep dan Implementasi Kurikulum 2013. Kemendikbud (online). (https://www.kemdikbud.go.id/kemdikbud/dokumen/Paparan/Paparan%20Wamendik.pdf) diakses pada tanggal 31 Oktober 2019.

Popham, J,& Baker, E, L. 1970. Teknik Mengajar Secara Sistematis. Jakarta: Rineka Cipta.

 Rene, Overly. 2003.The Unstudied Curriculum: Its Impact on Children. Washington: Association for Supervition.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. 2007. Metode Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Prakteknya . Jakarta: Bumi Aksara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
  21. 21
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun