Sementara pengeluaran rutin bulanan harus terus tersedia, salah satunya dana untuk KPR (bagi yang membeli rumah dengan cara mengansur).
Lantas apa yang harus dilakukan oleh pekerja di tengah kondisi tersebut?
Menjadi korban PHK
Guys, kondisi itulah yang menerpa saya pada saat ini. Saya menjadi salah satu korban dari PHK. Saya pun masih harus membayar cicilan KPR.
Saya menyadari bahwa di tengah ketidakpastiaan ekonomi seperti saat ini, penting bagi saya untuk mengelola keuangan dengan lebih cerdas.Â
Hal ini harus saya lakukan agar saya dapat terhindar dari kerugian finansial yang lebih dalam lagi. Pada artikel ini, saya akan sharing bagaimana saya keluar dari permasalahan tersebut, terutama menyiasati hutang (cicilan) KPR ke bank.
Saya mulai mengalami permasalahan finansial pada bulan Mei 2020, ketika perusahaan tempat saya bekerja mengumumkan adanya pemotongan gaji untuk seluruh karyawan. Ketika mengetahui bahwa saya hanya mengalami pemotongan gaji, saya masih terlihat tenang.
Saat itu, saya masih bersyukur karena saya masih mendapatkan gaji bulanan walaupun jumlahnya berkurang signifikan.
Saat terjadi pemotongan gaji, saya mulai mengambil ancang-ancang untuk berhemat dan mengurangi pengeluaran yang tidak perlu. Gaji yang saya terima, saya prioritaskan untuk beberapa hal penting yang tidak dapat ditunda.Â
Prioritas pengeluaran saat itu adalah memenuhi kebutuhan sehari-hari, membeli obat untuk kedua orang tua saya serta biaya ke dokter buat mereka.
Sedangkan sisa pengeluaran saya sisihkan untuk membayar cicilan KPR. Walau terasa berat, cicilan KPR harus terus dibayar kalau tidak mau rumah kita disita oleh pihak bank.