Mengobrol dengan sesama pasien, menyaksikan aktivitas beberapa pasien yang sedang berolahraga, melihat anak-anak berlari kecil adalah Sebagian nikmat yang bisa saya rasakan pada saat itu.
Setelah matahari mulai meninggalkan wajahnya, saya turun ke lantai 18. Tidak lama kemudian, terlihat lagi pengumuman di WA group bahwa makan malam sudah tersedia. Sesudah membersihkan diri, saya kembali bergegas menuju ruang poli untuk mengambil makan dan obat.
Setelah mengantre (tidak banyak pasien juga pada saat itu), waktunya saya mengambil obat dan diukur tensinya (tensi saat itu adalah 125/80) serta suhu badannya (36.3). Obatnya masih sama dengan yang pagi. Cuma bedanya untuk malam, saya tidak diberikan obat Levofloxacin HCL.Â
Nah teman-teman, menu makan malamnya adalah nasi as usual, rendang, baso goreng (2 biji loh), tahu, dan sayur. Tidak lupa ada pisangnya. Lumayanlah menu makan hari kedua. Mudah-mudahan menunya tidak membuat saya bosen selama mendekam di wisma ini.
Begitulah kisah hari kedua saya di Wisma Atlet. Pada hari ketiga saya mau sharing pengalaman dari beberapa pasien yang pernah saya temui. Teman dan sahabat akan merasakan betapa pilu, haru, dan duka yang dialami oleh mereka baik sebelum dan sesudah masuk ke wisma ini.
Jujur saya mendapat banyak pengalaman ketika saya mengobrol dengan mereka. Saya harus lebih kuat dari mereka. Saya tidak boleh kalah dengan mereka. Saya tidak boleh cengeng dan saya pasti bisa sembuh dan keluar dari Wisma Atlet ini. Amin.