Mohon tunggu...
Dionisius Yuan Stefanus
Dionisius Yuan Stefanus Mohon Tunggu... Penulis

Menulis yang terdengar, memotret yang terasa.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Paus Fransiskus dan Doa Terakhir untuk Dunia

23 April 2025   23:44 Diperbarui: 23 April 2025   23:44 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Paus Fransiskus Ketika Sakit. Sumber: English.jagran.com

Kabar wafatnya Paus Fransiskus, pemimpin tertinggi Gereja Katolik ke-266, datang bagaikan angin duka yang melintasi berbagai belahan dunia. Kepergiannya sehari setelah perayaan Paskah, yang secara teologis merupakan momen  kemenangan kehidupan atas kematian, menyisakan simbolisme spiritual yang mendalam.

Bagi umat Katolik dan komunitas lintas agama yang selama ini mengikuti kiprahnya, Paus Fransiskus bukan hanya pemimpin Gereja. Tetapi ia adalah figur moral, gembala universal, dan suara yang tak pernah lelah menyerukan kemanusiaan. Dunia kini tidak hanya kehilangan seorang tokoh agama, tetapi juga kehilangan seorang penyeru kedamaian yang selama lebih dari satu dekade mengarahkan perhatian dunia pada persoalan-persoalan global dengan ketulusan dan kesederhanaan yang luar biasa.

Seorang Pemimpin di Tengah Dunia yang Terluka

Paus Fransiskus, yang lahir dengan nama Jorge Mario Bergoglio pada tahun 1936 di Buenos Aires, Argentina, adalah Paus pertama yang berasal dari belahan bumi Selatan dan Paus pertama yang berasal dari Ordo Yesuit. Pilihannya untuk menggunakan nama “Fransiskus”, yang merujuk pada Santo Fransiskus dari Assisi (pelindung orang miskin dan alam ciptaan), sudah sejak awal menjadi simbol dari arah pastoral yang ingin ia ambil: sebuah Gereja yang sederhana, inklusif, dan merangkul mereka yang berada di pinggiran kehidupan.

Pemilihan nama ini sejak awal mengisyaratkan visi kepemimpinan yang ingin ia bawa: sebuah Gereja yang rendah hati, merangkul yang tersingkir, dan menolak kemewahan duniawi demi mendekat kepada kemanusiaan yang nyata dan menderita. 

Dalam konteks dunia yang terus dilanda luka-luka sosial, politik, dan ekologis, kehadiran Paus Fransiskus menjadi oase moral sekaligus suara profetik. Ia tampil sebagai seorang pemimpin spiritual yang tidak hanya berbicara kepada umat Katolik, tetapi juga kepada seluruh umat manusia.

Dalam setiap pesannya, baik dalam homili, wawancara, dokumen apostolik, maupun pernyataan publik, Paus Fransiskus konsisten membawa suara mereka yang terpinggirkan: para pengungsi yang terombang-ambing di laut, anak-anak korban perang, buruh yang kehilangan pekerjaan, kaum miskin yang terjerat utang, hingga umat lintas iman yang hidup dalam bayang-bayang diskriminasi.

Ia menyuarakan keprihatinan mendalam terhadap sistem global yang memperkaya segelintir orang dan mengorbankan jutaan jiwa. Di mata Paus Fransiskus, krisis ekonomi, konflik geopolitik, dan kerusakan lingkungan adalah wajah-wajah dari dosa sosial yang menuntut pertobatan kolektif.

Paus Fransiskus menunjukkan keberpihakan yang nyata. Ia mengunjungi kamp pengungsi, menjabat tangan para tahanan, memeluk anak-anak korban kelaparan, dan berbicara secara langsung kepada para pemimpin dunia dalam forum-forum internasional. 

Kepemimpinannya tidak dibingkai oleh tembok Vatikan, tetapi menjangkau hingga ke pelosok dunia. Ia hadir dalam penderitaan umat manusia, tidak dengan posisi superior sebagai pemimpin tertinggi Gereja, tetapi dengan semangat solidaritas sebagai sesama manusia yang terluka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun