Mohon tunggu...
Dio Rizky
Dio Rizky Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Mencoba menulis

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Childfree Apakah Lari Dari Tanggung Jawab?

11 Februari 2023   00:15 Diperbarui: 11 Februari 2023   00:20 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Childfree itu pilihan, mempunyai anak merupakan tanggung jawab yang berat. Perlu berbagai persiapan yang matang agar tumbuh kembang anak bisa optimal, dan menjadi pribadi yang baik. Salah pola asuh akan sangat berakibat fatal.

Keberhasilan dalam mengurus anak sangatlah tidak tentu, seperti melempar dadu. Bisa saja anak tersebut tidak sesuai dengan harapan orang tua, atau bahkan bisa saja melebihi harapan orang tua, dengan menjadi individu yang berperilaku sangat baik.

Karakter dan sifat menjadi salah satu hal penting yang ada pada diri manusia, karena hal ini merupakan salah satu bagian dari identitas. Sebagian besar hal ini didapatkan dari orang tua, maka dari itu peran serta kesiapan orang tua dalam mengasuh anak sangatlah penting. Selain itu, lingkungan dan orang-orang yang ada di sekitarnya juga cukup membawa berpengaruh dalam pembentukan karakter sang anak. Meski tidak semua orang tua dapat mendidik dan membawa anak sampai tahap ini.

"Tidak semua orang pantas menjadi orang tua atau mempunyai anak" ini merupakan kenyataan pahit yang sulit diterima oleh masyarakat. Orang yang pantas mempunyai anak dan menjadi orang tua adalah orang yang sudah siap dalam segala hal, baik secara mental, fisik,  atau finansial .

Disayangkan masih banyak orang-orang yang berpikiran bahwa "banyak anak banyak rezeki", "anak adalah investasi masa depan". Stigma tersebut membuat banyak orang berpikir bahwa mempunyai anak adalah wajib bagi sepasang suami istri, sehingga di lingkungan sekitar kita banyak orang tua yang mempunyai anak lebih dari 3, bahkan ada yang lebih dari 5 anak. Fenomena seperti ini masih sering terjadi di daerah pedesaan, mereka mempunyai banyak anak namun tidak siap finansial, sehingga anak-anak mereka tidak bisa mendapatkan pendidikan, serta fasilitas kesehatan yang layak, yang kemudian berakibat mempengaruhi sifat dan karakternya, dan permasalahan ini akan terus berlanjut hingga anak menjadi dewasa. Ada juga orang tua yang belum siap secara mental namun karena stigma masyarakat tadi, mereka "terpaksa" mempunyai anak, sehingga sang anak tumbuh dengan tidak optimal, dan dengan pendamping orang tua yang buruk, yang kemudian berakibat pada sifat dan karaker dari sang anak tersebut.

Orang-orang zaman dahulu berpikiran bahwa banyak anak banyak rezeki, sehingga mereka mempunyai anak yang banyak tanpa memikirkan modal dan bagaimana cara merawatnya.

Sebelum menjadi calon orang tua, seharusnya kita mampu berpikir dan melakukan refleksi diri terlebih dahulu, kasihan anak yang bahkan belum lahir sudah dibebani dengan harapan yang banyak dan tidak mudah untuk digapai juga. Jangan sampai kalimat "aku nggak mau dilahirkan" keluar dari mulut anak kita ketika sedang mengeluh, kalaupun sang anak mengeluhkan hal yang seperti itu, janganlah kita langsung memarahinya, mari lakukan refleksi diri, apakah kita sudah bisa menjadi orang tua yang baik, apa yang masih kita, atau ahal apa yang kita bebankan kepada anak kita.

Kata orang-orang "Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya", saya dan anda mungkin sering menilai sifat orang tua dengan melihat perilaku anak mereka, atau berlaku sebaliknya. Sifat anak sering kali kita kaitkan dengan didikan orang tuanya, apabila sang anak berperilaku nakal, dengan otomatis kita berpikir bahwa pasti ada yang salah dari didikan orang tuanya, begitu juga ketika sang anak berperilaku baik, pasti kita akan memuji orang tuanya dengan berpikir bahwa orang tuanya berhasil mendidik sang anak sehingga dapat berperilaku baik seperti itu.

Anak merupakan tanggung jawab yang besar, mereka juga manusia, sama seperti orang tua yang berhak memilih jalan hidupnya sendiri. Anak bukanlah budak atau boneka orang tuanya, mereka dilahirkan bukan hanya untuk mematuhi segala perintah dan kemauan orang tuanya saja. Mereka juga berhak memilih jalan hidupnya sendiri.

Lalu bagaimana pandangan saya tentang childfree/childless?

Saya setuju, karena saya rasa mereka yang memutuskan untuk childfree sudah memikirkan dengan matang berbagai kemungkinan yang akan terjadi, tidak menjadi hal yang salah apabila sepasang suami istri tidak mempunyai anak, otu pilihan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun