Triliyunan rupiah sudah digelontorkan. Tapi rasanya percuma, manfaatnya tidak terasa. Pengembangan pertanian tak berjalan efektif. Antisipasi puso gagal. Gagal panen dimana-mana. Kementan harus berbenah. Dana segitu banyak dipake untuk apa aja?
Masalah hama, masih menjadi persoalan. Awal tahun ini, banyak lahan padi terserang wereng. Sekarang, banyak lahan Jawa Barat hampir gagal panen. Ribuan hektar sawah di Indramayu, hingga Cirebon kekeringan. Mana langkah antisipasinya, Kementan? Hanya mengandalkan doa minta hujan?
Padi itu sumber makanan pokok republik ini, jika tidak tersedia masyarakat harus bagaimana? Puasa makan nasi? Berapa lama? Produktifitas pertanian harus jadi pikiran utama. Anggaran dari pemerintah memang tidak cukup untuk menggenjot produksi beras nasional? Heran.
Dan sekarang, Mantan Pejabat Pembuat Komitmen Satuan Kerja Ditjen Hortikultura Kementan dan PT Hidayah Nur Wahana, disidang Pengadilan tipikor atas kasus korupsi pupuk. Pantas saja pertanian kita buruk, wong pupuknya aja dikorupsi. Memalukan.
Harga pupuk dinaikkan jauh dari harga normal. Bahkan mencapai harga 225.000,- perkilogram. Padahal harga normal hanya 50.000,- memang gila! Kalo mahal begini petani beli pakai apa? Memang markup harga seperti ini harus dibasmi.
Lantas, bagaimana dengan subsidi pupuk? Kalau terealisasi harusnya biaya produksi petani tidak mahal. Hanya omong kosong belaka kah? Kalo peralatan pertanian bagaimana? apa pengelolaan anggarannya sudah sesuai aturan? Kita butuh yang real. Masalah pertanian itu kompleks. Hama wereng saja sudah dari tahun lalu belum kelar.
Masalah hama, kekeringan lahan, sampai luasan hektar yang terancam puso harus segera terselesaikan. Anggaran sudah tersedia, bahkan melimpah di Kementan. Seharusnya pengelolaannya optimal. jika produksi gagal, yang menderita rakyat!