Mohon tunggu...
Dinda novelia
Dinda novelia Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mahasiswa pendidikan sejarah dan sosiologi. because by writing I can capture my thoughts, and hope to benefit the reader

Be your self and happy Temukan saya di instagram @dinda.nvl

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Menikah Itu Murah, yang Mahal Gengsinya

12 September 2019   21:20 Diperbarui: 14 September 2019   15:16 10243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pernikahan mewah (Sumber: www.bridestory.com)

Setelah mendengarkan perbincangan antara bapak saya dan temannya yang berprofesi menjadi polisi hutan, pagi tadi saya termotivasi untuk menulis sebuah artikel yang bertopik tentang resepsi pernikahan.

"Menikah itu sebenarnya gampang dan murah, yang sulit dan mahal itu adalah gengsinya", begitulah kata bapak polisi hutan tadi.

Bagi beliau, resepsi pernikahan itu tidaklah penting, mengapa? Karena dalam sebuah pernikahan hanyalah tentang ijab qobul/pemberkatan saja yang menjadi titik tumpu nilai sahnya sebuah pernikahan dan kesakralan.

Sedangkan pesta adalah sebuah acara yang sebenarnya tidak wajib ada dalam sebuah pernikahan, "menikah itu yang penting ada pengantin pria, pengantin wanita, wali nikah, saksi, ijab qobul/pemberkatan dan mahar saja, sedangkan dekorasi pelaminan, dekorasi tempat acara pernikahan, undangan, kue pernikahan, catering, souvenir, sound system, dan tetek bengek lainnya bukanlah nilai paling utama dalam sebuah pernikahan", lanjut beliau.

Setelah saya fikir-fikir lagi, ternyata benar juga apa yang dikatakan oleh beliau. Resepsi atau pesta pernikahan kan nggak wajib, nggak ada aturan atau Undang-Undang yang mewajibkan dan mengharuskan untuk menggelar resepsi pernikahan, tradisi juga tidak mengharuskan, bahkan agama pun hanya menganjurkan semampunya saja tidak harus muluk-muluk.

Tapi seperti yang kita saksikan sendiri, betapa banyak sekali orang yang sangat antusias sekali terhadap sebuah resepsi pernikahan menggelarnya hingga 7 hari 7 malam. 

Bahkan ada yang terobsesi pula, yang mana sang calon pengantin bekerja siang, malam, kepanasan, kehujanan, kelelahan hanya untuk sebuah pesta pernikahan impian. Lalu hasil uang yang ia dapatkan habis dalam waktu sekejap dalam hitungan jam, itu pun tidak menjamin kepuasanya.

Dari sini, saya ingat beberapa waktu lalu ketika saya bersama teman-teman saya menghadiri sebuah pesta pernikahan salah satu teman kami, acaranya meriah sekali, bahkan dekorasinya nampak mewah. Salah satu yang menarik perhatian saya ialah, lebar panggung pelaminan yang mana panjangnya sekitar 10 meter lebih dan itu panjang sekali! 

Menurut kami, gaun pengantinnya pun sangat mewah sekali dan tidak pasaran atau tidak semua orang bisa menyewanya, karena harganya yang kurang lebih di atas 5 juta per gaun. Bahkan, dekorasi tempat resepsi, meja display, tempat makan para undangan, dan yang lainnya pun terkesan sangat mewah.

sumber: sheikahijab.net
sumber: sheikahijab.net
Hiburan yang disajikan pun juga nampak mewah, begitu pula hidangan yang disajikan. Tidak lupa juga, berkat kue yang disajikan pun beragam, mulai dari kue dan masakan khas jawa, ada juga beberapa souvenir berupa Al-Qur'an serta beberapa sembako untuk kami bawa pulang. Yaaa maklum lah memang teman kami yang satu ini berasal dari kelas sosial yang levelnya lebih tinggi dari kami.

Nah saat menghadiri pesta pernikahan tersebut, salah satu teman laki-laki kami memberi tanggapan terhadap pesta tersebut "Kalo gue sih dari pada buat pesta pernikahan mewah-mewahan kayak gitu, mending uangya gue tabung aja atau gue jadiin modal buat usaha. Walaupun nikah tanpa resepsi yang penting keluarga dan temen deket ngumpul. Kehidupan kan gak cuma berhenti di pesta pernikahan aja, setelah nikah kan hidup masih terus berlanjut. Sah-sah aja sih kalo kita pengen bikin pesta gede-gede an itu hak semua orang kok. Tapi di balik pesta gede-gedean pasti ada biaya yang gak sedikit dongg."

Setelah saya mendengar pernyataan dari teman saya tersebut dalam hati saya berkata"bener juga yaa", kemudian saya mencoba untuk menghubung-hubungkan antara pernyataan teman saya tadi dengan cerita teman bapak saya.

Beliau bercerita, ketika beliau hendak menikahkan putri pertamanya, istrinya sangat terobsesi sekali dengan pesta pernikahan yang mewah. 

Maklum karena mereka sering sekali menghadiri undangan pernikahan dari kerabat dan teman-temannya yang rata-rata pestanya mewah, hampir tidak ada pesta pernikahan sederhana yang kerabat atau teman-temannya gelar, nyaris 95 persen pestanya mewah. 

Nah dari kebiasaan menghadiri pesta pernikahan yang mewah inilah yang menjadikan istrinya terobsesi dengan pesta pernikahan yang mewah. 

"Pak nanti kalo putri kita menikah, aku mau pestanya lebih mewah dari ini yaa, kan malu kalo pestanya sederhana".

Selalu seperti itu yang istrinya katakan usai menghadiri pesta pernikahan. Saat tiba waktunya beliau menikahkan putri pertamanya, beliau mengaku kesulitan dan kerepotan sekali dalam mempersiapkan pesta pernikahan itu.

Selain beliau dipusingkan dengan berbagai keperluan dan kebutuhan untuk pesta tersebu, beliau juga merasa terbebani oleh biaya pernikahan yang cukup mahal, ditambah pula beliau tidak mempunyai tabungan yang cukup untuk pesta tersebut.

Saat itu beliau hanya memiliki tabungan sekitar 30 juta, yang hanya cukup untuk pesta pernikahan kelas sederhana saja, sedangkan pesta pernikahan mewah tersebut menghabiskan biaya sekitar 100 juta lebih. Lalu bagaimana cara beliau untuk menggenapi biaya pernikahan tersebut?

Waktu itu beliau menjual perhiasan istrinya senilai 27 juta, kemudian beliau meminjam kepada bank sejumlah 80 juta dengan jaminan rumah yang mereka tempati.

Biaya dekorasi pelaminan, dekorasi tempat acara, sound system, catering, sewa baju pengantin plus make up, dan biaya foto plus video menghabiskan biaya sekitar 60 juta. 

Lalu, untuk berbelanja kebutuhan pokok menghabiskan biaya 50 juta, belum lagi dengan biaya hiburan seharga 15 juta. Kalo kita kalkulasikan sudah 125 juta. Belum lagi souvenir dan seserahan yang akan mereka bawa ke mempelai pria.

"Yaaa sekitar 150 jutaan lah yang kami habiskan untuk pesta pernikahan, uang yang kami dapatkan dari para tamu undangan kurang lebih hanya sekitar 45 juta, itu saja untuk membayar hutang di bank masih belum cukup. Tidak sebandinglah dengan pengeluaran", lanjutnya.

Setelah pesta pernikahan berakhir, selain beliau dipusingkan dengan beban hutang di bank sebanyak 80 juta, beliau juga menyadari kalau pesta pernikahan hanya menghambur-hamburkan uang saja. 

Bagaimana tidak, uang sejumlah 150 juta mereka habiskan dalam hitungan jam, dan itu tidak membuatnya senang, malah membuatnya merasa terbebani dengan hutang.

Dan jikalau dipikir, seperti memaksakan keadaan yang tidak ada harus menjadi ada, tidak mampu harus mampu, kurang harus cukup. Bukankah ini hal yang sulit dan menjepit? Lalu bagaimana dengan nasib hutangnya di bank?

Untuk melunasi hutangnya di bank, beliau harus merelakan mobil satu-satunya untuk dijual, bagaimana tidak setiap hari beliau tidak bisa tidur dengan nyenyak karena hutangnya.

Ditambah lagi putri yang baru saja beliau nikahkan akan segera melahirkan dan belum memiliki tempat tinggal (tinggal di kos). Akhirnya sisa uang dari penjualan mobil tersebut beliau gunakan untuk menyewa sebuah rumah untuk putrinya tinggal.

Miris bukan? Resepsi pernikahan bermewah-mewahan tetapi tidak memiliki tempat tinggal. 

"Hanya demi sebuah gengsi saya harus berhutang di bank, menghabiskan uang tabungan dan merelakan perhiasan isteri saya dan akhirnya saya menjual mobil satu-satunya untuk membayar hutang. Seandainya saya hanya membuat pesta kecil-kecilan pasti saya masih punya sisa uang, tidak perlu berhutang dan akhirnya menjual mobil, dan putri saya tidak perlu tinggal di kontrakan", ceritanya.

Dari cerita tersebut, saya teringat kembali dengan tetangga saya yang menjual sawah demi resepsi pernikahan putrinya, hampir sama ceritanya dengan bapak polisi hutan tadi, hanya saja tetangga saya tidak sampai berhutang di bank.

"Resepsi pernikahan itu biayanya tidak sedikit, minimal masih 50 juta. Jika tidak memiliki tabungan terpaksa akan berhutang atau menjual beberapa aset milik kita, lagian nikah tanpa resepsi/pesta kan kurang meriah. Malu juga apa kata tetangga", jelas tetangga saya.

Seringkali para orangtua atau bahkan kita sendiri beralasan "malu" jika tidak mengadakan pesta pernikahan untuk putra putrinya. Bukankah lebih malu lagi jika kita berhutang demi untuk kesenangan sesaat dan menghambur-hamburkan uang?

Coba kita ingat lagi, perkataan teman saya tadi "kehidupan tidak hanya berhenti di pesta pernikahan, setelah pernikahan hidup masih terus berlanjut".

Mengingat pesta pernikahan bukanlah hal yang wajib dalam sebuah pernikahan dan tidak ada Undang-Undang atau aturan yang mengharuskan, mengapa tidak kita buat semampunya saja?

Tidak perlu muluk-muluk dan bermewah-mewahan tetapi uangnya hutang hehe. Alangkah lebih baik, jika semampunya saja lalu mengalokasikan biaya pesta untuk hal yang lain, misalnya uangnya dijadikan modal usaha, diinvestasikan, ditabung, atau tidak jika kita tinggal di desa, kita belikan saja lahan untuk bertani atau sapu untuk kita perah yang nantinya akan menghasilkan uang. Ide bagus, bukan? 

Lalu dengan kita mengalokasikan biaya pesta untuk hal-hal semacam itu akan membantu dan menunjang kebutuhan hidup kita setelah kita menikah kan? Saya rasa itu lebih baik daripada menghambur-hamburkan uang untuk pesta pernikahan.

Bukankah nikah tanpa pesta tetaplah sah di mata agama dan negara? Yang pentingkan ijab qobul/pemberkatan. Sedangkan pesta kan bukan syarat utama pernikahan, iya tidak?

Lalu mengapa jika kita tidak mampu harus kita paksakan, hanya demi sebuah gengsi?

Sudahlah mari kita lupakan gengsi sejenak dan kembali bertumpu pada faktor ke sakralan dan sahnya sebuah pernikahan. Pesta bukan hal yang wajib kok.

Tapi kembali lagi pada masing-masing individu, karena sudut pandang setiap orang tentang pesta pernikahan berbeda-beda. Ada yang menganggapnya penting dan menjadi hal yang wajib, ada pula yang menganggap kurang penting dan tidak wajib.

Tapi alangkah lebik baik jika diadakan semampunya saja agar terhindar dari resiko berhutang atau menjuak aset.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun