Mohon tunggu...
Dinda Khoirunnisssa
Dinda Khoirunnisssa Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Film

Kritik Sosial dalam Film Pendek "Tak Lagi Sama"

27 November 2021   15:48 Diperbarui: 27 November 2021   15:54 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Pada zaman yang serba teknologi sekarang, banyak sekali cara untuk mengakses film tanpa harus pergi ke tempat pemutaran film ataupun lewat televisi. Masyarakat dapat mengakses film-film lewat internet seperti youtube, netflix, viddse, disney hotsar, dan situs-situs illegal maupun legal yang dengan mudah diakses. Tema-tema yang diangkat di dalam film sekarang ini, kebanyakan mengangkat kehidupan yang relevan dengan kegiatan sehari-hari dan membuat banyak masyarakat secara tidak langsung merasa masuk ke dalam film tersebut.

Film merupakan sebuah karya seni yang direkam dengan menggunakan media, yang dapat memunculkan citra gerak, gambar, beserta bunyi sehingga memiliki pemaknaan naratif yang dapat dimengerti oleh penontonnya (Susanti, 2017: 319). Menurut Rayya Makarim (2009) dijelaskan bahwa film adalah salah satu sarana komunikasi massa, selain jaringan radio, televisi dan telekomunikasi. Film membawa pesan-pesan komunikasi untuk diperlihatkan pada penonton, sesuai yang ingin diberikan oleh sutradara entah dalam drama, horor, komedi, dan aksi.

Adat istiadat, norma, hukum, serta aturan yag mengatur semua pola tingkah laku manusia dalam bermasyarakat ini sudah sepatutnya dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat. Akan tetapi, fakta sosial yang terjadi di masyarakat tidak sepenuhnya sesuai dengan harapan. Hal ini, disebabkan tidak semua anggota masyarakat mematuhi aturan yang berlaku. Tentu saja fakta sosial ini akan menimbulkan kritik sosial dalam masyarakat tersebut.

Kritik sosial merupakan salah satu bentuk kepedulian masyarakat terhadap masalah sosial yang terjadi di sekitarnya. Soekanto (2010: 320--- 346) mengemukakan beberapa masalah sosial yang dihadapi oleh masyarakat pada umumnya, yaitu masalah kemiskinan, kejahatan, disorganisasi keluarga, pelanggaran terhadap norma masyarakat, kependudukan, lingkungan hidup, birokrasi, dan pendidikan. Anggota masyarakat berhak menyampaikan kritik terhadap masalah-masalah sosial tersebut sebagai bentuk kepeduliannya terhadap masalah yang terjadi di sekitarnya.

Dalam menanggapi kepedulian terhadap masyarakat, penulis mengambil film pendek "Tak Lagi Sama" sebagai objek yang akan dianalisis. Film yang diproduseri oleh MADE Entertainment ini sudah ditonton lebih dari 6,8 juta kali di kanal youtube Salshabilla TV. Film  ini menceritakan tentang konflik hubungan percintaan yang dihadapi oleh sepasang kekasih. 

Aktor yang berperan dalam film ini merupakan para aktris cilik yaitu Adriani Salshabilla dan Mahardika Yusuf. Matahari Aluna yang diperankan oleh Adriani Salshabilla merupakan seorang pelukis rumahan yang memiliki kekasih dari mereka masih sama-sama duduk di bangkuws Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu Sagara seorang jurnalis yang diperankan oleh Mahardika Yusuf.

Kritik sosial yang akan diangkat oleh penulis adalah bagaimana kehidupan sepasang kekasih yang belum menikah tetapi sudah tinggal di rumah yang sama. Hal ini bertentangan dengan sudut pandang agama yang tidak memperbolehkan tinggal bersama jika belum menikah. Apalagi masyarakat Indonesia merupakan mayoritas beragama Islam yang menentang hal tersebut.

Hal ini dapat kita lihat pada menit awal film yaitu saat Sagara keluar dari kamar saat Aluna sedang sarapan. Sagara keluar dengan keluhan yang ditujukkan oleh kekasihnya Aluna karena tidak dibangunkan lebih awal untuk berangkat rapat kerja. Kejadian ini dapat menjadi bukti bahwa Sagara dan Aluna tinggal bersama di satu atap yang sama.

Lalu kita juga dapat melihat hal yang lebih membuktikan lagi kalau Sagara dan Aluna tinggal di satu atap yang sama dengan ranjang yang sama. Hal itu tergambar dalam menit ke 09.24 yang menunjukkan Aluna sedang menahan isakan tangis agar tidak terdengan oleh Sagara yang ada di sebelahnya.

Bukan tidak mungkin jika film dengan jenis seperti ini banyak beredar di pasaran, banyak remaja yang menolerir kejadian yang dilakukan oleh Aluna dan Sagara dan menganggap bukan lagi hal yang tabu. Apalagi jika dilihat dari keseluruhan film, tokoh orang tua tidak dihadirkan dan hanya berfokus pada sepasang kekasih ini. Sehingga menimbulkan perspektif bahwa mereka hanya tinggal berdua di satu rumah.

Tetapi terdapat pesan moral yang ada dalam film ini yaitu jangan memiliki ekspetasi tinggi kepada seseorang termasuk orang yang dekat dengan kita. Karena jika suatu saat ia berubah dalam tingkah laku yang ditujukkan kepada kita, kita tidak akan terlalu mengalami kekecewaan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun