Mohon tunggu...
Humaniora

Berbedakah Kecerdasan Spiritual dengan Sikap Religius?

16 Oktober 2017   21:44 Diperbarui: 16 Oktober 2017   22:00 1612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kecerdasan spiritual tidak hanya di artikan terbatas pada rajin sholat, rajin beribadah, rajin ke masjid, dan ritual ibadah-ibadah lainya. Tetapi, kecerdasan spiritual itu juga kemampuan seseorang untuk memberi makna dalam kehidupan. Selain itu, ada juga orang yang menambahkan kecerdasan spiritual itu sebagai kemampuan untuk tetap bahagia dalam situasi apapun tanpa tergantung kepada situasinya.

                Mengutip Tony Buzan, pakar mengenai otak dari amerika, menyebutkan, "Ciri orang yang cerdas spiritual itu diantaranya adalah senang berbuat baik,senang menolong orang lain, telah menemukan tujuanhidupnya,merasa memikul sebuah misi yang mullia, kemudian merasa terhubung dengan sumber kekuatan di alam semesta yaitu Tuhan, dan punya sense of humor yang baik."

Penelitian itu di lanjutkan sampai muncul aliran di dalam psikologi yang membuat terapi baru. Dulu jika ada depresi diobati dengan obat anti depresi seperti prozak, sekarang cukup disuruh beramal atau menolong orang lain,perbaikan pun terjadi. Dengan menolong dan beramal, dia menemukan bahwa hidupnya bermakna.inilah yang dinamakan dengan kecerdan spiritual.

jadi, bagi seseorang muslim orang orang yang cerdas spiritual itu tidak cukup atau tidak selesai hanya dengan rajin shlat saja, atau beribadah, tapi juga yang senang membantu orang lain, meninggalkan hal-hal yang akan menimbulkan kemurkaan Allah, mempunyai kemmapuan empati yang tinggi terhadap penderitan orang lain, dan bisa memilih kebahagiaan dalam hidupnya.

                Sejalan dengan ayat-ayat yang telah diterangkan di atas bahwa kecerdasan spiritual bisa tercipta dengan adanya pemaknaan terhadap nilai-nilai ke-Tuhanan dan nilai-nilai ke-Tuhanan tersebut bisa terbangun tidak hanya dengan pemaknaan hubungan vertikan dengan Tuhan tapi juga dengan adanya pemeknaan terhadap nilai-nilai hubungan horizontalterhadap sesame.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun