“Cabut ke luar negeri, yuk.” Kalimat ini kini bukan lagi sekadar gurauan di tongkrongan. Semakin banyak anak muda Indonesia yang serius mempertimbangkan pilihan tersebut—baik untuk bekerja, melanjutkan studi, atau mencari kehidupan yang dianggap lebih stabil dan layak.
Sebagai generasi yang hidup di tengah ketidakpastian—mulai dari ekonomi yang fluktuatif, sistem yang sering mengecewakan, hingga tekanan sosial yang melelahkan—wajar bila sebagian mulai berpikir: mungkin jawabannya tidak berada di sini.
Kenapa Banyak yang Memilih Pergi?
Keputusan untuk pergi ke luar negeri bukan hanya mengikuti tren. Banyak yang memiliki alasan yang sangat rasional, seperti:
Ingin mendapat pengakuan berdasarkan kemampuan, bukan koneksi
Mengejar pendidikan yang sistemnya lebih terstruktur dan meritokratis
Mencari kualitas hidup yang lebih layak dan manusiawi
Atau ingin hidup tanpa terus-menerus “berperang” dengan ketimpangan sistem
Negara-negara maju memang menawarkan semua itu: birokrasi yang efisien, penghargaan atas hak individu, serta jalur karier yang lebih terbuka. Dalam kondisi seperti ini, pindah ke luar negeri bukan lagi dianggap kemewahan, melainkan strategi.
Namun, Apakah Pergi Selalu Menjadi Solusi?
Tinggal di luar negeri bukan tanpa tantangan. Mulai dari adaptasi budaya, tekanan sosial, hingga rasa keterasingan yang tidak semua orang siap hadapi.