Mohon tunggu...
Dina Mardiana
Dina Mardiana Mohon Tunggu... Penulis dan penerjemah, saat ini tinggal di Prancis untuk bekerja

Suka menulis dan nonton film, main piano dan biola

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Menilik Dua Desa Nelayan di Marseille: Les Goudes dan Vallon des Auffes

15 Juli 2025   05:27 Diperbarui: 16 Juli 2025   17:52 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Desa Les Goudes, yang berbatasan dengan formasi batuan kapur Calanques. (foto: dok. pribadi)

Kedekatannya dengan laut Mediterania, menjadikan kota Marseille dikenal sebagai kota pelabuhan.

Tidak hanya pelabuhan komersil untuk komoditi industri yang diangkut kapal-kapal tanker dalam jumlah besar oleh perusahaan-perusahaan logistik seperti CMA CGM, melainkan juga pelabuhan untuk para nelayan tradisional.

Nah, ada dua desa nelayan di kota berpenduduk kedua terbesar di Prancis ini yang pernah saya kunjungi, yaitu Les Goudes (baca: legud) dan Vallon des Auffes (baca: valong dezof). 

Dua desa nelayan ini juga yang menjadi tempat tujuan wisata para pelancong yang singgah di Marseille, karena lansekapnya yang indah serta unik seperti foto yang dipajang di kartu pos, dan orisinalitas kontur daerahnya yang masih terjaga hingga sekarang.

Tapi, walaupun disebut desa nelayan, para penduduknya tinggal di rumah-rumah beton dan punya kendaraan seperti mobil atau motor.

Di dalam rumah-rumah mereka juga rata-rata sudah punya boks wifi dan televisi seperti layaknya rumah penduduk biasa.

Walaupun, perlu diketahui bahwa banyak orang Prancis yang memutuskan untuk tidak mempunyai pesawat televisi karena dianggap membuang-buang waktu.

Desa Les Goudes di distrik ke-8 Marseille. (foto: dok. pribadi)
Desa Les Goudes di distrik ke-8 Marseille. (foto: dok. pribadi)

Les Goudes dulunya adalah pelabuhan kecil, sekaligus kawasan industri tempat dibangunnya pabrik soda buatan dan pabrik timah zaman akhir abad ke-19. 

Kemudian para pekerja, terutama buruh, mulai membangun pemukiman di kawasan itu, bahkan ada juga bangunan peninggalan militer bekas Perang Dunia II. 

Seiring industri berkembang di tempat lain, kawasan itu ditinggalkan sehingga menyisakan pondok-pondok kecil nelayan yang hingga kini masih berdiri sampai sekarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun