Belum lama ini saya mengangkat topik tentang gelombang panas di Eropa yang panasnya bisa mencapai 40 derajat Celcius. Ndilalah, baru hari ini, Selasa 8 Juli 2025, terjadi kebakaran besar yang asapnya membumbung hingga menutupi kota Marseille, setelah 7 tahun saya tinggal di Marseille. Padahal, dua hari sebelumnya, tepatnya di hari Minggu, hujan rintik-rintik membasahi kota Marseille dan beberapa kota tetangganya, membuat suhu udara menjadi lumayan lebih bersahabat, di bawah 30 derajat Celcius.
Selain hujan, kota Marseille diterpa angin Mistral yang kecepatannya mencapai sekitar 30 kilometer per jam. Bahkan, angin Mistral masih bertiup hingga hari ini yang menyebabkan asap cepat membumbung apabila terjadi kebakaran. Angin Mistral merupakan angin regional yang bertiup dengan kecepatan rata-rata mencapai 50 km/jam, dan hembusan anginnya bisa melebihi 100 km/jam. Angin ini bersifat dingin dan terasa kering, dan kekuatan hembusannya dapat menyapu bersih apa pun yang dilewatinya. Ia bertiup melintasi lembah Rhone, Provence dan sepanjang pesisir Laut Mediterania. Oleh karena intensitasnya yang tinggi, angin Mistral dianggap mampu membersihkan udara yang kotor, sehingga langit di sepanjang pesisir Laut Mediterania selalu tampak biru cemerlang dan jarang terlihat awan yang mengendap lama.
Angin ini juga memiliki dampak langsung pada fauna dan flora di wilayah sekitar Provence dan sekitarnya. Yang saya maksud dengan Provence adalah kawasan yang mencakup bagian tenggara Prancis yang berbatasan dengan Italia dan Laut Mediterania. Pemandangan alam yang mengelilinginya pun bervariasi, mulai dari bagian selatan Pegunungan Alpen, sampai dengan ladang anggur dan kebun zaitun di pesisir Mediterania, serta kota-kota pantai wisata yang terkenal seperti Nice, Cannes dan Saint-Tropez. Tentu saja, kota Marseille termasuk dalam kawasan Provence ini.
Angin Mistral mendukung pertumbuhan beberapa tanaman khas kawasan ini seperti lavender dan pohon zaitun. Ia juga berpengaruh pada sektor pertanian, khususnya vitikultura (budidaya tanaman anggur), karena membantu menjaga kesehatan kebun anggur dengan mengurangi kelembapan dan risiko penyakit.
Kenapa diberi nama angin Mistral? Kalau yang saya baca di google, kata mistral berasal dari dialek Provensal yang artinya angin yang dominan. Angin ini berciri khas dari hembusan yang sepoi-sepoi hingga menjadi tiupan yang kencang bak angin badai, sehingga buat teman-teman Kompasianer yang tidak biasa kena angin... hati-hati masuk angin!
Kembali lagi ke musibah kebakaran tadi. Sebenarnya, setiap musim panas di beberapa kota di selatan Prancis termasuk Marseille, risiko musibah kebakaran selalu saja berulang. Apalagi, di Marseille, setiap ada angin mistral tiupannya lumayan kencang dengan kecepatan yang saya sebutkan di atas, antara 30 hingga 50 km/jam. Selain itu, di sini ada perbukitan Calanques dengan banyak vegetasi khas Mediterania, yang sangat berisiko terkena gesekan saat musim panas datang. Belum lagi, para pendaki yang melewati perbukitan ini atau siapa saja yang senang melewatkan waktu di alam terbuka dengan tanpa sadar membuang puntung rokok sembarangan.
Kebakaran yang hari ini terjadi di kota Marseille diakibatkan sebuah kendaraan yang sedang melintasi jalan tol antara kota Marseille-les Pennes Mirabeau, kota sebelah utara Marseille, terbakar. Api dengan cepat menjalar sejauh 350 hektar, menyebabkan bandar udara kota Marseille ditutup untuk sementara waktu, dan langit kota Marseille berselaputkan awan tebal berwarna kuning kehitaman. Untuk mencegah api semakin meluas, sekitar 168 petugas SAR dikerahkan, didukung tujuh pesawat Canadair dan Dash yang mampu menyemprotkan air sebanyak 6000 hingga 10 000 liter, dan 2 helikopter Puma.